free page hit counter

Tragedi Tenggelamnya Kapal Onrust

Tragedi tenggelamnya kapal Onrust tidak lepas dari peran Tumenggung Surapati, pendukung gigih perjuangan Pangeran Antasari, bahkan berjuang bersama-sama dengan Pangeran Antasari melawan Belanda. 43 Dari segi kekeluargaan, Tumenggung Surapati merupakan ipar Pangeran Antasari. Saudara Tumenggung Surapati, Nyai Minah menjadi istri Pangeran Antasari. Setelah Pengaron kembali berhasil dikuasai Belanda, Pangeran Antasari berlari ke pedalaman dan bergabung dengan Tumenggung Surapati.

Berita keberadaan Pangeran Antasari tersebar sampai kepada Bengert. Seorang komandan dan pejabat sipil Belanda di Marabahan dan Tanah Dusun. Bengert merupakan teman dekat Tumenggung Surapati. Bengert memesan sebuah kapal dari Banjarmasin. Pada tanggal 14 November 1859, Letnan R. L. De Haes mengirim kapal api Onrust di bawah komando Letnan J.C.H. Van De Velde. Bengert dan Letnan J.C.H. Van De Velde meminta bantuan Haji Muhammad Thaib, seorang Bakumpai dan Marabahan yang berprofesi sebagai pedagang di pedalaman Kalimantan sebagai mediator dan penterjemah. Pada tanggal 19 November kapal Onrust berangkat dari Maraban menuju Hulu Barito dengan 20 orang serdadu. Akan tetapi mereka tidak dapat bertemu dengan Tumenggung Surapati. Bengert hanya mendapat desas-desus bahwa Tumenggung Surapati tidak bersedia membantu perjuangan Pangeran Antasari. Mereka kemudian kembali ke Banjarmasin pada tanggal 1 Desember 1859.

Tanggal 14 Desember 1859 kapal Onrust kembali melakukan ekspedisi kedua dengan personil 6 orang perwira, 25 orang Eropa, 20 orang prajurit pribumi. Pada tanggal 19 Desember 1859 kapal Onrust tiba dan berlabuh di desa Lontontor. Kemudian Haji Muhammad Thaib mengutus Talib dan Takol untuk membawa suratnya sendiri dan surat Bengert kepada Tumenggung Surapati, Tumenggung Aryapati dan para kepala suku Dayak lainnya di Teweh, Lahei, Murung, dan Siang. Tanggal 23 Desember 1859, Talib dan Takol kembali dan menyampaikan bahwa Tumenggung Surapati akan datang pada tanggal 27 Desember 1859.

Pada tanggal 27 Desember 1859 Tumenggung Surapati beserta 15 orang pengikutnya, termasuk mantri-mantri, 2 orang putranya, Tumenggung Kornel, dan Tumenggung Lada serta menantunya Burakhman tiba di Lontontor menggunakan sebuah perahu besar. Sementara pengikutnya yang lain menggunakan perahu kecil. Tumenggung Surapati dan pasukannya diterima dengan baik. Bengert dan Van De Velde mengundang Tumenggung Surapati, anak-anak, dan menantunya berunding di kabin kapal. Setelah berunding, Bengert dan Van De Velde keluar terlebih dahulu dari kabin, disusul oleh Tumenggung Surapati, anak-anak, dan menantunya. Tiba-tiba salah seorang anak Surapati berteriak, “Amuk!” Ia menebas tubuh Bengert. Bengert yang tidak bersenjata mati bersimbah darah. Mendengar teriakan anaknya, Tumenggung Surapati segera menghunus mandaunya dan menebas tubuh Van De Velde. Sebelum mati Van De Velde sempat menikam Tumenggung Surapati dengan sebuah poniard, tetapi hanya mengenai dahi dan tidak menimbulkan luka yang berarti. Pasukan Tumenggug Surapati yang menunggu diperahu segera merapat ke kapal Onrust disusul dengan pasukan lain yang bersembunyi di tikungan sungai. Dalam sekejap, sekitar 500 sampai 600 orang pasukan Tumenggung Surapati menyerbukapal Onrust. Haji Muhammad Thaib dan Talib bergegas meninggalkan kapal Onrust menggunakan sebuah perahu kecil menuju tepi sungai. Dari tepi sungai inilah Haji Muhammad Thaib mengamati apa yang terjadi di kapal Onrust. Ia melihat 5 orang juru api Eropa yang bekerja di kapal, menembak para pasukan Tumenggung Surapati lalu melompat ke dalam air, tetapi segera prajurit-prajurit Tumenggung Surapati membunuh mereka di dalam air.47 Setelah semua pasukan ekspedisi kapal Onrust meninggal, prajuritprajurit Tumenggung mengambil semua isi kapal, seperti senapan, meriam, lila dan mesiu. Setelah semua isi kapal diangkut, kapal Onrust ditenggelamkan di dasar sungai Barito. (SR/IAN)

 

Sumber: Kiky Ariawan, Andrian . 2021. Martir di Awal Tuaian: Dampak Perang Banjar Tahun 1859-1866 terhadap Pelayanan Rheinische Missionsgesellschaft. Jurnal Teologi Pambelum Volume 1, Nomor 1.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *