free page hit counter

Cerita Perjalanan Ibu Ana tentang Hidup dalam Keberagaman

Ibu Ana (43) merupakan seorang perempuan suku Dayak yang tumbuh dan besar dalam keluarga beragama Kristen. Ayah dari ibu Ana merupakan seorang pendeta yang cukup terkemuka di tempat tinggal beliau, ajaran mengenai agama dan toleransi cukup besar diberikan oleh kedua orang tua beliau sedari kecil bahkan ibu Ana sering diajarkan mengenai ragam perbedaan yang terdapat dalam keluarga mereka. Walaupun tumbuh dengan ajaran Kristen yang cukup kental  orang tua ibu Ana sama sekali tidak membatasi keputusan mengenai perjalanan spiritual beliau dalam memilih agama.

Ajaran mengenai toleransi dan keberagaman tersebut sangat melekat kepada diri ibu Ana, beliau sangat menghargai perbedaan yang terdapat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perbedaan atas dasar suku bangsa, agama, ras, atau warna kulit, profesi, dan asal daerah. Menurut beliau perbedaan tersebutlah yang membuat manusia utuh menjadi seorang manusia.

Awal umur 20 tahun beliau memutuskan untuk menjadi seorang muslim, setelah perjalanan spiritual yang cukup panjang, walaupun ayah dari ibu Ana adalah seorang pendeta. Beliau sama sekali tidak menentang keputusan ibu Ana untuk pindah agama, karena menurut ayah beliau agama adalah keputusan bukan hanya sekedar warisan dari orang tua.

Setelah bertahun-tahun memutuskan menjadi mualaf kemudian ibu Ana menikah dengan seorang muslim dari suku Banjar. Pernikahan beda etnis/suku merupakan bentuk komunikasi antar budaya yang di dalamnya terdapat perbedaan seperti bahasa, kebiasaan, dan adat-isti adat. Di dalam keluarga multikultural saling bertukar budaya dan menjadikan budaya masing-masing adalah untuk saling melengkapi.

Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Dalam masyarakat yang multi-etnis, multikultural, dan berkumpul di berbagai macam kelompok memang akan menimbulkan identitas sosial yang komplek sifatnya. Meskipun begitu, dengan adanya identitas-identitas, secara tidak langsung akan mengajarkan diri kita lebih dewasa terhadap pebedaan.

Ajaran mengenai toleransi dan keberagaman terus diajarkan ibu Ana kepada sanak dan keluarga beliau apalagi tentang keberagaman pilihan. Kita harus menghormati pilihan seseorang walaupun kita memiliki pilihan yang berbeda dengan orang lain, karena beliau juga yakin apa yang menjadi keputusan seseorang akan mengubah hidupnya. (SM/IAN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *