Imsak, dalam Pandangan Sunnah
Salah satu momen paling berkesan di Bulan Ramadan ialah ketika menjelang imsak. Dahulu banyak orang tua yang mengisinya dengan bersiap-siap mengajak keluarganya pergi ke Masjid untuk menunaikan salat subuh. Lantas, apakah sebenarnya Waktu Imsak ini?
Imsak secara harfiah berarti menahan atau memelihara. Jika merujuk ke masa Nabi Muhammad SAW, maka keberadaan istilah ini belum menemukan kaitannya dengan puasa Ramadan. Uniknya pula, tradisi ini hanya terdapat di Kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Imsak secara istilah merupakan penanda waktu antara sahur dan sebelum masuk waktu subuh atau fajar yang durasinya itu sekitar 10 menit.
Hal ini bukanlah sesuatu yang baru dalam islam, melainkan muncul sebagai bentuk sikap berhati-hati (ihtiyath). Rujukan masalah ini dapat ditelusuri dasar diberlakukannya hadist riwayat Zaid bin Tsabit.
“Diriwayatkan dari Muslim bin Ibrahim, diriwayatkan dari Hisyam, diriwayatkan dari Qatadah, dari Anas, dari Zaid bin Tsabit r.a ia berkata ‘Kami sahur bersama Nabi Muhammad SAW kemudian kami melakukan salat (Subuh)’ saya berkata: ‘berapa lama ukuran antara Sahur dan Subuh?’ Nabi bersabda: ‘Seukuran membaca 50 ayat Al-Qur’an!’,”
Meskipun demikian, apabila waktu imsak telah tiba, tetapi kondisi masih makan minum, maka dianjurkan untuk segera menghabiskan hidangannya tersebut, dan mempersiapkan diri untuk berpuasa.
Rujukan lainnya dalam masalah ini dapat ditemukan pendapat Imam Al-Mawardi di dalam karyanya al-Iqna’. Lebih lanjut, menurut beliau terdapat imsak yang kedua, yakni menahan diri sementara waktu ketika saatnya berbuka, untuk menyempurnakan puasanya. Dengan demikian tradisi ini tidaklah menyalahi aturan, tetapi haruslah dapat diilmui dengan baik, sehingga tidak salah persepsi terhadap waktu mulai dan berakhirnya aktivitas puasa ini. [RON/IAN]
Referensi
http://mui.or.id/baca/mui/melacak-asal-usul-imsak-dalam-sunnah-nabi-muhammad-saw
https://ramadan.tempo.co/read/1845045/apa-itu-imsak-di-bulan-ramadan-ini-arti-dan-penjelasannya