free page hit counter

LAMUT SEBAGAI SYIAR PERDAMAIAN SUKU BANJAR

Kesenian sastra dimiliki oleh setiap suku yang ada di Indonesia, salah satunya adalah masyarakat suku Banjar. Hal ini menjadi ciri khas pembeda antarsuku yang ada dan menjadikannya warisan budaya yang harus dilestarikan. Seni sastra bisa berupa tulisan atau lisan yang mengandung pesan melalui seni yang disampaikan baik berupa nilai – nilai ajaran norma, berperilaku, sosial, keagamaan, dan perdamaian.

Lamut, sastra seni lisan yang dimiliki oleh masyarakat suku Banjar. Kegiatan balamut adalah kegiatan bertutur yang disampaikan oleh seseorang di hadapan penonton dengan syair – syair yang dibawakan mengandung pesan. Kegiatan ini dimainkan dengan digiringi oleh alat music yang dipukul biasanya disebut dengan terbang (alat tabuh untuk hadrah, rebana). Pada masa Kerajaan Banjar dipimpin Sultan Suriansyah, lamut hidup bersama seni tutur Banjar yang lain, seperti Dundam, Madihin, Bakesah, dan Bapantun.

Sejarah awal mula Lamut berasal dari negeri China yang yang dibawa oleh pedagang Tionghoa ke Banjar. Mulanya syair yang digunakan menggunakan bahasa Tionghoa kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Banjar. Datangnya lamut di tanah Banjar kira-kira pada tahun 1816 yang dibawa oleh para pedagang Tionghoa ke Banjar hingga ke Amuntai. Orang-orang dulu sangat menyukainya karena lamut membawa cerita yang sangat banyak dan merupakan cerita pengalaman di banyak negeri yang disampaikan secara bertutur. Pada saat sampai di Amuntai kegiatan ini semakin berkembang dimana Raden Ngabe bertemu pedagang China pemilik kapal dagang Bintang Tse Cay. Dari  pertemuan pertama kali ini mendengar alunan syair China dan membuat tertarik untuk mempelajarinya. Hingga enam bulan sesudahnya, Raden Ngabe kemudian mendapatkan salinan syair China tersebut.

Lamut saat ini semakin jarang ditemui karena proses kewarisan dan regenerasi dari orang yang bisa dalam kegiatan ini sedikit. Para generasi muda tidak tertarik dengan kegiatan ini seiring dengan berkembangnya waktu. Padahal, kegiatan seni Lamut ini selain sebagai media dalam menyampaikan nilai pesan, moral, dan perdamaian dapat juga sebagai sarana hiburan dan pendidikan bagi masyarakat suku Banjar. (RA/IAN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *