Cerpen Part 1
Sopir Ganjil
Taksi yang hendak kutumpangi hari ini rencananya akan membawaku ke kampung halaman kota Bavaria. Katanya, kalau naik taksi kurang lebih delapan jam perjalanan dari Arse sampai ke kota ku, dengan melewati 5 kota lainnya. Entah benar atau tidak akan selama itu perjalananku, karena ini pertama kaliku mencoba moda transportasi darat untuk balik ke rumah.
Arlojiku sudah menunjukkan pukul 13.30, artinya sudah 2 jam aku menunggu disini. Tak ada tanda-tanda taksi melintas. Hampir aku menyerah duduk di halte, bokongku panas dan penat, kursinya tidak empuk sama sekali. Saat ingin beranjak dari sana, aku dihampiri lelaki tua yang penuh tato di lengannya, mengenakan jeans seperempat, baju kaos bergambar Iwan Fals, ditambah topi hitam polos, namun aroma badannya cukup menusuk penciumanku masam sekali.
“Cari taksi tujuan mana, adik sayang?” tanyanya lembut.
“Bavaria, Pak.” Agak gemetar kujawab, takut dan geli jadi satu rasa.
“Oh …. Hari ini emang ‘tak ada jadwal ke kota sana, tapi bisa saja kalau ada duitnya.” Sambil menaikturunkan alisnya.
Ternyata lelaki ini adalah seorang calo, aku paham maksudnya. ‘Tak apalah, aku sudah bosan menunggu, hati juga sudah kepingin pulang ke kampung. Aku memutuskan untuk memberinya uang sebanyak 300 ribu, katanya sudah include dengan biaya taksiku. Tak apalah aku rugi lima puluh ribu yang penting aku bisa berangkat ke Bavaria hari ini.
Tiga puluh menit waktuku terbuang lagi untuk menunggu calo itu, pikiran buruk sudah menghampiri kepala, takut aku ditipu karena uang itu sudah sepenuhnya diberikan. Namun, di menit selanjutnya, taksi putih yang cukup bersih berhenti di depanku. Di dalamnya hanya ada sopir dan calo tadi. Tanpa basa-basi, caloku membukakan pintu taksi untukku. Kubalas senyuman dan ucapan terima kasih. Walaupun entah mengapa perasaanku kurang nyaman menaiki taksi ini, karena tidak melihat tulisan Bavaria di kaca belakangnya. (US/IAN)