free page hit counter

Cerpen Pt. 2

Sopir Ganjil

 

“Jangan ragu, abang akan mengantarmu sampai Bavaria dengan selamat,” ungkap sopir.

Seolah pikiranku gampang ditebak, hingga sopir memberi pernyataan itu. Setidaknya, aku merasa lebih tenang, karena sudah diyakinkan dan duduk nyaman di depan. Taksi mulai melaju sedang, tidak ada percakapan lagi antara aku dan sopir ini. Hingga 1 kota telah dilintasi, kemudian mampir di tempat yang biasa sebagai transitnya para sopir taksi katanya.

“Maaf, taksiku cuma bisa mengantar sampai sini, nanti kamu naik taksi selanjutnya aja, ‘tak perlu bayar lagi, sudah kuuruskan,” titah sopir itu tanpa bisa dibantah.

Aku merasa tertipu sekali, tidak mampu aku menyahut sopir itu, karena lidahku kelu, air mata sudah siap diluruhkan. Hufft…, cengeng sekali aku ini, sangat kesal rasanya. Padahal dari awal si sopir sangat meyakinkan akan mengantarku sampai tujuan yang kuinginkan, ternyata hanya bualan. Berat hati aku naik taksi selanjutnya.

“Tenang cantik, om akan mengantar dengan selamat,” ujar sopir baru itu sambil memanyunkan bibirnya, seakan menggodaku. Ku balas om-om itu dengan tatap sinis.

Di taksi kedua ini, aku duduk di barisan paling belakang, berdampingan dengan ibu-ibu kisaran umur 50an sambil mengasuh TV. Heran mengapa ia tidak meletakkan di bagasi saja, aku menatap penuh tanya padanya. Seakan mengetahui pertanyaan yang ada dalam benakku, ia membuka pembicaraan.

“Aku merasa lebih aman kalau TV ini ku asuh sendiri, karena ini hadiah yang sudah kusiapkan untuk anakku yang mendapatkan pekerjaan pertamanya, supaya ia ‘tak bosan dikontrakkan,” jelas si Ibu. Kubalas dengan senyum dan manggut-manggut mengerti ujarnya.

Tiga jam perjalanan sudah ditempuh, dan aku tertidur pulas di dalam taksi. Suara keributan dari luar membangunkanku, hanya aku yang tersisa dalam taksi ini. Cepat-cepat aku beranjak ke luar, ibu-ibu disampingku tadi yang ternyata beseteru dengan sopir taksi, sampai membuat sopir tergeletak pingsan. Ku lihat cukup banyak darah mengucur dari pelipisnya. Ibu-ibu itu ‘tak terima sopir membawa taksi melaju cepat, kemudian mengerem mendadak sampai banting setir, membuat TV yang ia asuh terpental hingga terbentur kaca jendela. TV itu ia gunakan untuk menubruk kepala si sopir, sebagai pelampiasan kekesalannya. Entah bagaimana alur kejadian sebenarnya, itulah yang bisa kupahami dari cerita penumpang lainnya.

Peristiwa nahas yang terjadi membuat atensi dari masyarakat, hingga dibawa ke pihak yang berwajib. Ibu-ibu itu dibawa ke kantor polisi, dan si sopir diangkut ambulans. Aku hanya bisa menatap nanar keadaan ini, sisi lain dari taksi sudah menampakkan diri. Kesialan sedang berpihak padaku. (US/IAN)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *