free page hit counter

Yuk! Kenali Budaya Pakaian Banjar: Laki-Laki Remaja dan Dewasa

Banyak hal menarik yang bisa kita angkat ketika membicarakan Suku Banja, salah satunya yaitu pakaian banjar. Tulisan ini merupakan lanjutan dari part sebelumnya yang membahas mengenai pakaian banjar. Disini, penulis ingin mengangkat tentang Pakaian Laki-Laki Remaja dan Dewasa saat bepergian, yang bersumber dari buku Pakaian Adat Tradisional Daerah Kalimantan Selatan yang diterbitkan oleh Departrmen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1987.

Dalam beberapa hal, pakaian bepergian antara remaja putra dengan pria dewasa terdapat persamaan, kecualli ketika orang dewasa hendak mengunjungi pertunjukkan kesenian gandut yang hanya boleh didatangi oleh orang dewasa. Berikut, budaya pakaian banjar laki-laki remaja dan dewasa:

Baju Taluk Balanga

Baju taluk balanga adalah kemeja bertangan panjang. Leher baju bundar tanpa kerah, dan dibagian leher berbelah sampai ke dada. Panjang belahan itu tergantung pada tinggi rendahnya badan si pemakai. Kalau si pemakai termasuk berperawakan tinggi, maka panjang belahan dari leher depan ke dada antara 15 sampai 20 cm. Sekeliling leher baju bagian dalam sampai ke belahan di bagian dada diberi lapisan kain yang sama dengan bahan baju.

Pada bagian dada yang terbelah itu diberi kancing sebanyak tiga buah. Kancing dijahit di belahan sebelah kanan. Sedangkan di belahan sebelah kiri dibuat lubang kancing sebanyak tiga buah pula. Lubang kancing dibuat dengan cara menempelkan kain sedemikian rupa, yaitu dengan melipat potongan kain tersebut, kemudian baru dijahit, sehingga berbentuk seperti tali. Kedua ujung kain yang menyerupai tali itu dimasukkan ke dalam lapisan di bagian dada, lalu dijahit. Bagian yang dikeluarkan membentuk lubang yang disesuaikan dengan besar kancing yang akan dipasang. Kantong baju ada tiga buah, satu di antaranya terletak di bagian dada sebelah kiri, sedangkan yang dua lagi terletak di kiri dan kanan bagian bawah baju depan.

Pada bahu kiri dan kanan sampai ke bagian bawah terdapat jahitan lurus yaitu sambungan kain sampai ke ketiak terus ke bagian bawah baju. Dari bagian ketiak itu kain disambung lagi dengan bagian belakang baju. Di atas kantong bawah sebelah kiri dan kanan terdapat lapisan kain yang agak mencong keluar selebar lebih kurang 2 cm. Ujung tangan dan bagian bawah baju dilipat ke dalam dan dijahit selebar lebih kurang 5 cm. Bahan untuk baju taluk blaanga ini bermacam-macam, antara lain kain kaci, satin, dan cita patis polos. warna dapat dipilih yang putih, biru muda, biru langit, atau kuning babanyun (kuning muda).

Salawar Batik

Pasangan baju taluk balanga adalah salawar batik yang panjangnya sampai ke mata kaki. Bentuknya sangat sederhana, pada bagian pinggang dibuat uluh-uluh untuk memasukkan tali salawar. Salawar ini tidak memakai kantong. Bahannya dibuat dari tapih bahalai (kain batik tulis) dengan motif liris. Kain sarung ini berasal dari Pekalongan atau Solo.

Tutup Kepala

Tutup kepala menggunakan kopiah (peci) Padang atau kopiah beludru hitam. Kopiah Padang dibuat dari kain payung (kain satin) hitam. Bentuknya agak rendah dari kopiah beludru biasa. Selain itu kopiah Padang dapat dilipat-lipat dan dimasukkan ke dalam kantong.

Alas Kaki

Alas kaki in berupa sandal kalipik atau sandal tali silang buatan Amuntai.

 

Orang dewasa jika pergi mengunjungi pertunjukan seni gandur (kesenian ini tidak dikunjungi oleh para remaja) mereka memakai pakaian yang sedikit berbeda dengan bepergian biasa. Perbedaan terletak pada baju dan kelengkapan yang dipakai. Seni gandut adalah pertunjukkan tari dari seorang penari wanita yang disebut gandut. Kaum pria boleh maigali (menari) dengan gandut tersebut, tetapi sebelumnya harus menaburkan sejumlah uang ke dalam talam yang sudah disediakan. Persaingan antara para pria yang mau maigali dengan gandut selalu terjadi. Persaingan itu berupa keberanian menaburkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam talam, dan keberanian untuk menanggung resiko, misalnya berkelahi, sebagai akibat dari persaingan tersebut.

Pakaian yang biasa dipakai oleh laki-laki dewasa pada saat pertunjukan gandut tersebut adalah baju kaci, yaitu sejenis kemeja berlengan panjang. Baju ini sering pula disebut baju palimbangan. Bentuknya hampir sama dengan baju taluk balanga, hanya saja belahan baju depan sampai ke bawah dan berkacing lima buah. Tangan baju ini berukuran besar dan ditengahnya terdapat sambungan. Leher baju bundar dengan kerah kecil tegak, tapi ada juga yang tidak berkerah. Kantong terdapat di bagian bawah baju kiridan kanan. Pada corak lain ada juga yang berkantong tiga buah di mana satu diantaranya terletak di bagian kiri atas baju.

Bahan baju bisa dari kain kaci, karena itu disebut baju kaci. Bisa pula dari kain cita polos. Warna yang disukai putih, kuning muda dan warna-warna muda. Baju kaci atau baju palimbangan ini dibuat oleh tukang jahit setelah ada yang memesannya. Jadi tidak diproduksi untuk dipasarkan.

Kelengkapan yang umum dipakai untuk maigali gandut ini adalah tapih (sarung) yang diselampangkan di bahu. Tapih yang digunakan ada yang berupa sarung Samarinda, tetapi ada juga yang berasal dari Jawa. Pada umumnya yang dipakai adalah tapih kaling.

Di bahu sebelah kiri digantung parang bungkul (senjata parang khas Banjar). Kalau orangnya termasuk jagoan maka pasangan kupiah mereka agak miring ke kiri atau ke kanan. Ditambah dengan gelang bahar (akar bahar) pada pergelangan kanan. (DIL/AJP)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *