free page hit counter

SAKIT BUKAN HALANGAN UNTUK KITA BERBAGI KEBAHAGIAAN

Hari yang masih saja tidak terlihat tanda-tanda akan cerah, begitu murung dan gelap seperti suasana hatiku. Oh, ayolah. Aku tidak ingin basah dan kedinginan karena air hujan ini. Aku terus menatap setiap tetesan yang jatuh dari langit membasahi jalan raya saat ini. Meratapi setiap detik yang aku lalui dengan bosan.

“Kapan sih hujannya berhenti, mau cepat pulang buat istirahat,” monologku sendiri sembari berharap didalam hati agar hujan segera berhenti atau setidaknya ada paying agar dapat pulang dengan keadaan tetap kering.

“Kak.” Panggil seseorang membuatku tersadar dari doa yang begitu panjang aku panjatkan.

Aku melihat bahwa disebelahku terdapat seorang anak perempuan yang aku taksir berumur sekitar 9 tahun atau mungkin lebih muda dari itu.

“Kamu sendiri?” tanyaku karena tidak melihat siapapun lagi selain aku dan dia.

“Iya,” jedanya, “tidak juga.” Sambungnya lagi membuatku mengerutkan kening.

“Jadi?” tanyaku memastikan.

“Tadi aku sama bibi, tapi bibinya mau pergi ke toilet sebentar dan aku disuruh tunggu disana,” jawabnya sambil menunjuk sebuah tempat untuk berteduh juga namun tidak ada orang satupun disana. Mungkin iya takut sendirian sehingga menghampiriku.

“Kamu takut sendirian?” tanyaku.

“Aku? Takut?” ia menunjuk dirinya sendiri dengan sebuah senyuman meremehkanku. Oh ini membuatku sedikit kesal.

“Iya, memangnya kamu tidak takut sendirian?” tanyaku lagi dengan berlagak seperti orang yang seolah akan selalu berani melindungi anak kecil ini.

“Apa yang perlu ditakutkan ketika hal yang paling ditakuti setiap orang sudah dekat denganku.”jawabnya pasti namun membuatku kembali bingung. Sungguh anak yang aneh.

Aku sedikit melupakan kebosananku karena ia merupakan anak yang cukup asik sebagai teman berbicara. Wajahnya yang begitu cerita dengan tawanya yang renyah mulai menghangatkanku diantara tetesan hujan dan udara yang cukup dingin. Walau terlihat sedikit pucat namun tidak menghilangkan binary indah dimatanya. Ia bercerita banyak hal hingga sebuah suara menginterupsi perbincangan kami berdua.

“Adek dicari sama bibi yang disana,” ucap seorang suster yang entah kapan berada didekatku. Aku dapat melihat bahwa ia seorang suster dari kartu identitas yang digunakannya.

“Baiklah, terima kasih.” Ucapnya kepada suster yang mengur kami tadi.

“Ayo cepat kembali, sudah ditunggu kamu,” jawab suster ramah dan terlihat akrab.

“Kakak, ini payung buat kakak biar nggak kehujanan, nanti sakit. Terima kasih telah menemaniku hari ini,” ucapnya sembari memberikan sebuah payung kecil dan berlari menerobos hujan

Hahhh.

Aku menoleh kesumber suara. Seorang suster tadi menghela napas membuatku mengangkat kedua alisku seakan bertanya ada apa.

“Sungguh anak yang baik dan cantik,” ucapnya dan aku menyetujui ucapannya.

“Ya, andai saja ia menjadi adikku, maka sungguh bahagia orang tuaku” jawabku.

“Sayangnya sisa waktu hidupnya tidak lama lagi. Ia begitu baik dan ceria untuk penderita kanker stadium akhir.” Ucap suster itu.

Aku terdiam setelah mendengarnya. Senyumnya. Tawanya. Membawa begitu banyak kehangatan bagi sekelilingnya, terlihat bagaimana ia bercerita tadi. Ia berlaku seolah dunia baik-baik saja dan ia juga akan menikmati setiap detik yang ia lalui. Tidak ada ketakutan yang terpancar dari bola matanya. Hanya ada kebahagiaan dan keceriaan. Sungguh, aku seolah tidak bersyukur dengan keadaanku ini yang sangat sehat. Namun masih saja banyak mengeluh ini dan itu. Aku beruntung bertemu dengannya.

“Ya, ada satu kalimat darinya yang membuat kami semua sangat takut kehilangan anak sepertinya. Ia berkata bahwa jika sakit adalah halangan untuk bahagia maka akan membuat setiap tawa menjadi hampa dan cinta menjadi derita. Setelah ia berkata seperti itu, kami merasa bahwa usianya tidak menutup kedewasaannya. Mungkin itulah alas an mengapa ia begitu ceria” cerita sang suster.

Aku terhanyut, beruntungnya aku dapat bertemu dengannya. Semangat hidupnya yang begitu bergelora, menyadarkan setiap manusia bahwa setiap waktu itu berharga dan jangan lakukan hal yang sia-sia. (Zu/IAN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *