SAAT PERAN ISTRI PENGGANTI DIUJI
Yvonne merasa ada yang kurang pada hatinya. Meski dirinya tinggal di sebuah rumah besar layaknya kastil, namun tetap saja dirinya terbelenggu dengan rasa kesendirian dan kesepian. Dia merasa sangat kecil meski tinggal dalam mansion yang luas.
Tetapi, dia tidak bisa terus larut dengan perasaan kesendirian tersebut. Yvonne harus mampu membiasakan dirinya dengan berbagai keadaan yang ada di mansion Diego yang kini menjadi tempat tinggalnya.
Posisi Yvonne sebagai istri pengganti untuk Diego, membuatnya harus mampu melakukan hal-hal seperti Fionne yang biasanya lakukan dulu. Bukan hanya melakukan kegiatan di rumah sebagai seorang ibu, melainkan juga sebagai istri seorang bos mafia.
“Apakah aku mengganggumu?”
“Tidak. Ada yang ingin kamu bicarakan?”
“Aku hanya ingin meminta izin untuk mendekorasi mansion mewahmu ini.”
“Untuk apa?”
“Kau tidak tahu? Aku mengadakan jamuan makan siang bulanan untuk para istri klan seperti yang Fionne lakukan.”
Diego hanya mengiyakan tanpa kalimat aturan lainnya. Karena dia tahu betul Yvonne merupakan perempuan yang bisa dia andalkan dalam hal apapun. Meski Yvonne bukan seorang mafia seperti istrinya Fionne namun, kerasnya hidup yang dia alami membuat dirinya memiliki karakter yang kuat.
Yvonne pun mulai mendekorasi mansion Diego sesuai dengan passion atau seleranya tentunya. Karena dia tak tahu bagaimana selera Fionne dan jika bertanya dengan Diego pun percuma hanya akan membuang waktunya. Dia yakin Diego hanya akan menjawab terserah dengan dirinya saja.
Yvonne merupakan perempuan yang detail dan perfect dalam hal apapun tak terkecuali dalam hal dekorasi mansion. Hal tersebut dia lakukan karena menurutnya pilihan dekorasi mansion akan menunjukkan kepribadian setiap orang. Jadi, ketika seseorang ingin tahu sifat asli seseorang, lihat saja bagaimana tampilan rumah huniannya.
Berbekal prinsip tersebut, membuat Yvonne tak main-main dalam melakukan dekorasi, dia tak mau jika pribadinya dinilai buruk oleh para tamunya yang merupakan istri para klan mafia yang terkenal dengan karakter perempuan-perempuan kuat.
Yvonne pun sibuk berkeliling mansion untuk memastikan dekorasi yang dilakukan orang-orang suruhannya sesuai dengan keinginan dan seleranya. Satu persatu Yvonne mulai mengecek pekerjaan orang-orang suruhannya itu, mulai dari warna gorden yang dipasang, taplak meja yang dipilih, penataan tempat lilin dan peralatan makanan, bunga-bunga penghias setiap sudut ruangan, pemilihan lilin aroma terapi, hingga menu makanan dan minuman dia periksa semua sedetail mungkin agar tak ada kesalahan sedikit pun.
Terutama dalam hal menu makanan dan minuman, Yvonne benar-benar ekstra hati-hati. Dia benar-benar memilih menu makanan dan minuman yang terkenal unik dan enak agar mampu memberikan jamuan yang luar biasa untuk para istri klannya itu.
Yvonne memilih dormice dan capuccino sebagai makanan dan minuman utamanya. Yvonne memilih dormice sebagai makanan utama karena dia tahu bahwa makanan yang berasal dari tikus yang kemudian dikuliti dan diisi dengan daging babi cincang, kacang pinus giling, dan bawang putih, lalu kemudian dipanggang merupakan makanan kesukaan mafia di negeri itu.
Dormice memang makanan lezat bahkan sejak era Romawi kuno. Namun, karena sebuah aturan baru bahwa menangkap dan memakan dormice merupakan tindakan melanggar hukum, makanan tersebut kini hanya disajikan oleh klan-klan terkaya saja terutama para klan yang tinggal di Calabria, Italia Selatan.
Alasan itulah yang membuat Yvonne memilih menu dormice. Dia ingin para istri klan itu terkesan dengan dirinya saat pertemuan nanti.
Sementara minuman yang Yvonne pilih sebagai pelengkap yang menemani dormice adalah jenis minuman kopi. Dia paham betul bahwa negaranya itu terkenal dengan surganya kopi. Jadi, tidak heran jika Yvonne menjadikan kopi sebagai minuman utamanya.
Jenis minuman kopi yang dipilih Yvonne adalah capuccino yang merupakan minuman asal Romawi suci. Minuman kopi yang dicampur dengan aroma dan rasa kentalnya susu, tentunya akan menyempurnakan makan siang saat itu.
Harus diakui bahwa Yvonne benar-benar luar biasa dalam mempersiapkan semuanya. Meski dirinya bukan berasal dari komplotan mafia, pengetahuannya tentang kebiasaan maupun kesukaan komplotan itu tak bisa dianggap remeh. Dan acara jamuan makan siang itu sepertinya akan menjadi acara yang sempurna.
***
Prang…suara pecahan sesuatu terdengar saat Yvonne berkeliling memeriksa kesiapan acara.
“Suara apa itu?” ucap Yvonne sambil berjalan menuju asal suara.
Suara itu ternyata berasal dari suara pecahan piring-piring porselen mahal yang akan ditata di atas meja. Ternyata salah satu pelayan yang bertugas membawa piring-piring mahal tersebut lalu menatanya di atas meja sedang sakit namun, tetap memaksakan dirinya untuk bekerja. Sehingga saat membawa piring-piring itu, pelayan merasa pusing dan berjalan sempoyongan hingga piring-piring itu kini menjadi serpihan-serpihan porselen tak berharga.
“Maafkan saya madam. Ampun…jangan bunuh saya.” ucap pelayan sambil memohon dengan suara penuh ketakutan setengah mati mengingat kejamnya Fionne.
Ya Fionne yang sebenarnya memang memiliki karakter bak mafia pada umumnya, yaitu kejam. Fionne tak segan-segan memberikan hukuman yang teramat kejam mulai dari penyiksaan hingga membunuh orang-orang yang membuat kesalahan. Tapi tentu saja berbeda dengan karakter Yvonne yang lemah lembut dan penuh dengan ketulusan.
Namun, Yvonne tidak bisa menampakkan karakternya itu mengingat posisinya sekarang sebagai pengganti dari Fionne. Wajah Yvonne memang sangatlah mirip dengan Fionne. Tapi dirinya juga tak mampu bersikap seperti Fionne karena itu benar-benar melawan hati nuraninya.
“Kalau kamu merasa sakit, bilang sakit! Bukan malah sok-sokan ikutan kerja. Iya kalau kerjanya baik, tapi ini apa? Malah merugikan saya dan mengganggu pekerjaan pelayan yang lain.” ucap Yvonne dengan angkuh dan nada yang kasar.
Yvonne sengaja memarahi pelayan tersebut dengan wajah yang pura-pura angkuh namun tak melakukan kekejaman ataupun menghukum pelayan tersebut. Hal tersebut dia lakukan agar jati dirinya sebagai pengganti Fionne tak terungkap namun juga tak mengubah karakter dirinya yang penuh dengan kelembutan.
“Se…sekali lagi maafkan saya madam, ampuni saya.”
“Kamu ke kamar sekarang dan istirahat di sana!” ucap Yvonne dengan tegas.
”Ta…tapi madam.” ucap pelayan dengan gemetar dan takut perintah tersebut akan berujung dengan siksaan yang kejam.
“Sekali saya bilang istirahat, ya istirahat! Pergi sekarang!” ucap Yvonne lantas mendekati pelayan tersebut dan menatapnya dengan tajam.
Pelayan tersebut dibantu salah satu pelayan lain tanpa aba-aba langsung menuju kamar di ujung mansion untuk istirahat sesuai dengan perintah Yvonne sebagai madam yang begitu mereka takuti.
Ya Yvonne yang memiliki karakter lembut tentunya tak sekedar memberi perintah saja melainkan juga meminta pelayan lain untuk membantu pelayan yang dalam keadaan sakit tersebut.
“Kamu…”
“I…iya madam.”
“Bawa pelayan ini ke kamar! Jangan lupa telepon dokter dan kamu rawat dia sampai sembuh! Saya tidak mau hal tadi terulang kembali, bisa rugi besar saya.”
Suasana saat itu sangatlah tegang. Pelayan-pelayan lain sangat kaget dengan peristiwa yang dilihatnya. Meski bukan orang yang melakukan kesalahan, mereka juga ikut merasa ketakutan dan was-was mengingat hal apa yang akan diterima pelayan yang sudah berani-beraninya memecahkan bukan satu melainkan beberapa piring porselen yang mereka tahu piring-piring tersebut bukanlah barang yang murah.
Namun, apa yang dilakukan oleh Yvonne terkesan berbeda dengan pemikiran mereka. Pikiran mereka pelayan tersebut bisa saja hanya pulang dengan nama saja tetapi nyatanya tidaklah begitu. Pelayan tersebut justru diminta istirahat bahkan dipanggilkan dokter sungguh hal yang benar-benar diluar dugaan mereka.
Meski begitu, mereka tak berani membuat kesimpulan apapun karena bisa saja itu hanya tipuan madamnya saja sebelum memberikan hukuman yang sesungguhnya.
“Dan kamu…” ucap Yvonne sambil menunjuk salah satu pelayan lainnya.
“I…iya madam.”
“Bereskan semua pecahan-pecahan piring ini sampai karpetnya bersih tak ada noda pecahan sekecil apapun!”
“Ba…baik madam.” ucap pelayan dengan terbata-bata.
“Satu lagi, jangan sampai tangan kamu luka dan darah kamu mengotori karpet mahal saya ini! Ingat itu!.” ucap Yvonne dengan nada sarkasnya agar terlihat jahat meskipun dalam hati kecil Yvonne dia sangatlah peduli dengan para pelayan itu.
Berpura-pura menjadi jahat untuk orang yang memiliki karakter lemah lembut dan penuh ketulusan seperti Yvonne memang tidaklah mudah. Mungkin jika diminta hanya untuk berpenampilan seperti Fionne saja itu hal yang mudah untuk dilakukannya, tapi jika sudah menyangkut soal sikap, itu bukanlah perkara yang mudah.
Karena jika sudah menyangkut sikap tentunya juga berhubungan dengan hati nurani seseorang. Sikap baik maupun buruk tentunya berasal dari hati pemiliknya bukan? Dan untuk kali ini, sepertinya Yvonne gagal membuat dirinya menjadi madam yang kejam seperti Fionne sesungguhnya.
Ucapannya memanglah sarkas namun, tindakannya sangatlah menakjubkan. Antara ucapan dan sikap yang Yvonne tampilkan jelas berbeda. Ucapannya memang terdengar kasar tapi, sikapnya sungguh menampakkan kepedulian yang sangat. Mungkin lebih tepatnya bisa dikatakan kepedulian yang dibungkus dengan kesarkasmean.
Entahlah Yvonne hanya tak sanggup jika harus membohongi hati nuraninya sendiri. Baginya di dunia ini tak ada yang abu-abu, semuanya memang terlihat jelas. Hitam-putih, jahat-baik, dan dirinya tentunya tak bisa menjadi berada ditengah-tengah. Dirinya yang terlahir untuk menjadi seseorang yang baik sangatlah sulit jika tiba-tiba harus menjadi sosok yang jahat.
“Kalian, kerjakan semuanya dengan benar dan teliti!” ucap Yvonne dengan keras sebagai pengingat pelayan yang lain.
Setelah kejadian yang menegangkan tersebut, semua pelayan kembali pada pekerjaannya masing-masing. Bedanya, kali ini pelayan benar-benar bekerja dengan sangat lebih hati-hati lagi takut kejadian barusan terulang kembali.
***
Para tamu yang ditunggu-tunggu Yvonne pun kini mulai berdatangan satu persatu. Para tamu yang terdiri dari istri-istri para Capo klan Pavnozzi tampak ramai membicarakan jamuan makan siang kali itu.
Sesuai jadwal, siang itu mereka datang ke mansion Yvonne yang berpura-pura menjadi Fionne untuk memenuhi undangan sang madam bos mafia.
Dari tampilan mereka memang istri-istri para Capo klan Pavnozzi ini sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan perempuan biasa pada umumnya. Tampilan layaknya seorang mafia namun dibalut dengan sedikit apik versi perempuan tapi garis wajah penuh kekejaman tentu saja tak bisa dihapuskan meskipun dipoles oleh make up mahal sekalipun.
“Dormicenya sebagai menu utama sangatlah enak.”
“Rasa capuccinonya juga sangatlah lezat.”
“Benarkah? Syukurlah jika kalian menyukainya.” ucap Yvonne bangga.
“O ya dekorasi yang kamu pilih kali ini juga sangatlah berbeda.”
“Iya dekorasinya terkesan lebih segar dibandingkan konsep-konsep sebelumnya yang terkesan terlalu mewah.”
“Iya saya memang sengaja ingin melakukan sedikit perubahan biar kalian tidak bosan.” ucap Yvonne menjelaskan agar jati dirinya yang sebenarnya tak terlihat.
Yvonne mendapatkan banyak pujian dari istri-istri para Capo klan Pavnozzi tersebut. Bukan hanya dari menu makanan dan minuman yang dia siapkan, dekorasi pilihannya pun turut dipuji. Rasanya tak ada cacat sedikit pun dari acara tersebut. Hal itu juga membuktikan bahwa Yvonne juga memiliki selera yang tak kalah dari Fionne.
“Aduh…apa-apaan ini!” ucap madam Massimo salah satu istri Capo Massimo yang terkenal jahatnya itu.
“Ma…maaf madam saya tidak sengaja.” ucap salah satu pelayan dengan nada penuh ketakutan.
Sepertinya kejadian yang membuat suasana menjadi tegang terulang kembali. Dan kali ini lebih berbahaya dari sebelumnya. Jika sebelumnya hanya antara pelayan dengan Yvonne, kali ini melibatkan madam Massimo yang merupakan istri mafia menjadi salah satu tamu di acara tersebut yang sudah terkenal dengan kekejamannya.
Untuk masalah kali ini, bukan hanya pelayan yang ketakutan melainkan Yvonne sendiri harus memutar akal kembali agar jati dirinya sebagai Fionne tidak terbongkar.
Semua mata para tamu menatap tajam ke arah pelayan dan madam Massimo. Salah satu pelayan Yvonne tampak melakukan kesalahan. Karena gugup yang berlebih, pelayan tersebut tak sengaja menumpahkan teh hijau ke pakaian madam Massimo saat menyuguhkan minuman.
Dan tentu saja istri Capo Massimo itu tidak tinggal diam. Dirinya yang terkenal jahatnya itu tentu saja ingin langsung menghukum pelayan tersebut di muka umum tanpa ampun bak macan yang ingin menerkam mangsanya.
“Sepertinya pelayanmu melakukan kesalahan.”
Yvonne yang melihat hal itu dari kejauhan, tentu tidak tega jika pelayannya harus dihukum dan dipermalukan oleh madam Massimo di depan para tamu-tamu undangan itu. Dia harus memikirkan suatu rencana agar dirinya dapat menolong pelayan tersebut tanpa mengusik identitasnya sebagai Fionne palsu.
“Maafkan saya madam Massimo atas kejadian ini.” ucap Yvonne mengalihkan pembicaraan.
“Ini kesalahan pelayan bukan anda madam.”
“Saya tahu madam, tetapi bukankah pelayan ini merupakan pelayan saya, jadi saya merasa ikut andil di dalamnya.
Madam Massimo terlihat mengacuhkan perkataan maaf dari Yvonne yang kini lebih fokus pada pelayan dihadapannya itu.
“Kamu! Saya sudah menyiapkan hukuman yang pantas untukmu!”
“Tunggu madam, biar saya saja yang menghukumnya dengan lebih kejam.” ucap Yvonne untuk melindungi pelayannya itu.
Yvonne pun dengan cepat memanggil salah satu pengawal laki-laki dan memintanya membawa pelayan tersebut agar dimasukkan ke dalam kurungan yang ada di mansion Diego. Menurut Yvonne, mengurung pelayannya tersebut merupakan cara terbaik yang bisa dia lakukan saat itu dibandingkan jika dirinya harus menyaksikan madam Massimo yang terkenal kejam menghukum pelayan itu.
“Kamu!” panggil Yvonne pada salah satu pengawalnya.
“Iya madam.”
“Bawa dia dan masukkan ke dalam kurungan!”
“Siap madam.”
Sikap Yvonne hari itu tanpa dia sadari membuat para pelayan secara diam-diam merasakan perubahan yang menurut mereka aneh. Sikap Fionne dulu yang terkenal kejam kini berubah drastis. Namun, para pelayan tersebut tak ambil pusing karena perubahan yang terjadi tersebut sangatlah menguntungkan untuk mereka.
***
Berbagai kejadian yang terjadi saat acara jamuan makan siang untuk istri-istri para Capo klan Pavnozzi tersebut mulai menjadi perbincangan hangat terutama dikalangan pelayan di mansion Pavnozzi. Mereka mulai menggosipkan sikap madam mereka yang begitu drastis mengalami perubahan.
“Bagaimana keadaanmu?”
“Sudah membaik, berkat diobati dokter dan dirawat juga.”
“Syukurlah kamu baik-baik saja.”
“Iya berkat madam yang menyuruhku istirahat. Kamu sendiri bagaimana ceritanya bisa di kurung?”
“Untung saja madam mengurungku, kalau tidak bisa habis aku oleh madam Massimo.”
“Madam kita sekarang jadi baik, ramah, dan peduli pada kita ya.”
Dua pelayan yang sempat membuat kehebohan di acara jamuan makan siang dengan kesalahan yang mereka lakukan mulai menyadari dan memuji perubahan sikap yang terjadi pada madamnya.
Madam yang terkesan kejam seolah tak lagi mereka lihat pada sosok yang mereka kerap gunjingkan di belakang. Yang ada hanyalah madam yang baik dan ramah. Bukan hanya penilaian mereka saja yang berubah, sikap mereka terhadap Fionne sebagai madam juga berubah.
Sikap mereka yang dulu takut setiap melihat Fionne bahkan selalu menjauh, kini berubah. Mereka justru senang dekat-dekat dengan Fionne bahkan tak segan-segan untuk berinteraksi dengannya. Mereka juga menjadi lebih perhatian pada Fionne bahkan dari hal terkecil sekalipun. Seperti menanyakan kabar, ataupun sekedar memberikan salam sapaan seperti halo.
“Selamat pagi madam.” ucap salah seorang pelayan.
“Iya selamat pagi.” balas Yvonne dengan bingung.
Bukan hanya pelayan saja yang merasa aneh dengan perubahan sikap Fionne yang sebenarnya digantikan oleh Yvonne, Yvonne sendiri juga merasa aneh dengan perubahan sikap para pelayannya. Jika dulu para pelayan hanya bekerja tanpa bicara dan mendekat jika dipanggil saja, kini mereka justru bertindak sebaliknya.
Para pelayan kini sering menghampiri Yvonne bahkan hanya sekadar menyapa dan menanyakan kabar. Mereka juga terlihat senang ketika Yvonne mengajak berbincang tak seperti dulu hanya rona ketakutan yang dapat Yvonne lihat di mata para pelayannya.
Perubahan sikap Fionne yang dirasakan para pelayan semenjak di acara jamuan makan siang membuat pamor Yvonne di mata para pelayannya di mansion Pavnozzi itu meningkat drastis. Kini tak ada lagi madam Fionne yang kejam dan jahat melainkan yang ada hanyalah madam yang baik. Madam yang ramah, suka memberi hadiah, dan tidak suka menghukum para pelayannya.
“Madam Fionne sekarang baik ya.”
“Iya sekarang senang memberi kita hadiah. Kemarin kamu dapat hadiah celemek baru tidak?”
“Tentu saja dapat. Bukankah semua pelayan yang bekerja di sini mendapatkannya.”
Di sela-sela waktu istirahat pelayan, mereka sering menggosipkan Yvonne di koridor-koridor mansion. Tetapi Yvonne tak perlu khawatir, karena mereka menggosipkan hal-hal baik soal dirinya.
“Kamu tahu tidak? Kemarin aku tidak dihukum madam meskipun aku sudah memecahkan pajangan keramik yang dari Roma itu.”
“Benarkah?”
“Iya. Dia hanya menyuruhku untuk membersihkan pecahannya saja tanpa amarah dan hukuman. Bahkan aku diperingatkan agar membersihkannya dengan hati-hati.”
“Berarti sikap madam kita sekarang tak seperti dulu lagi, yang sedikit-sedikit suka menghukum kita bahkan untuk kesalahan yang kecil.”
Setiap harinya pelayan di mansion kini hanya menggosipkan Yvonne sebagai pekerjaan sampingan di kala istirahat. Setiap hari ada saja kebaikan Yvonne yang mereka jadikan bahan cerita antar pelayan. Sepertinya Yvonne kini dipandang bak malaikat tak bersayap untuk mereka. Bukan hanya itu saja, pamor Yvonne dari hari ke hari mampu mengalahkan artis terkenal sekalipun.
“Selamat siang.” ucap Arianna dengan gembira saat menyapa para pelayan yang tengah asyik menggosipkan Yvonne.
Sapaan Arianna tersebut menghentikan percakapan antar pelayan yang berlangsung sangatlah asyik sejak tadi.
“Eh iya selamat siang juga.” balas para pelayan.
Sikap Arianna yang manis serta gembira tersebut membuat para pelayan tercengang-cengang. Bukan hanya Arianna rupanya, Diego sang bos mafia pemilik mansion juga menyapa para pelayannya akhir-akhir ini.
“Selamat pagi.” ucap Diego dengan ramah.
“I…iya bos.” balas pelayan dengan wajah kebingungan.
Hal yang sungguh langka sekali mereka saksikan. Diego yang terkenal dingin dan terlihat kejam seperti Fionne istrinya tiba-tiba saja menyapa para pelayan. Awalnya mereka mengira hal tersebut hanyalah mimpi di pagi hari tetapi, lama-kelamaan mereka sadar bahwa memang semua hal tersebut adalah kenyataan.
Semua sikap orang-orang yang dulunya terlihat dingin dan kejam kini berubah drastis semenjak kehadiran Yvonne yang menggantikan Fionne.
Sepertinya aura kebaikan yang ditebarkan oleh Yvonne dapat ditangkap dan diterima oleh Diego dan Arianna. Sikap Diego dan Arianna kini juga berubah terhadap para pelayan. Mereka lebih peduli dengan kehadiran para pelayan yang ditujukkan mereka bahkan dengan hal kecil seperti menyapa para pelayan saat bertemu. Sapaan memang hal yang sederhana namun, hal tersebut dulunya tak pernah Diego dan Arianna lakukan.
Bukan hanya pada sikap mereka berdua saja. Raut wajah keduanya pun juga berubah. Ketika bersama Yvonne, raut wajah dan bahasa tubuh Diego dan Arianna terlihat jauh lebih gembira dan bahagia dibandingkan saat bersama Fionne dulu.
“Sepertinya yang berubah bukan hanya madam kita, melainkan juga bos Diego dan Arianna.” ucap salah satu pelayan.
“Iya benar, sikap bos Diego dan Arianna kini lebih peduli dengan kita.”
“Mereka sering menyapa kita tak seperti dulu dingin dan kayam gitu.”
“Terutama Arianna. Kamu masih ingatkan? Bagaimana raut wajahnya ketika bertemu madam Fionne?”
“Tentu saja aku masih ingat. Raut wajah Arianna ketakutan setiap saat jika dia bertemu ibunya bahkan saat tidak melakukan kesalahan sekalipun.”
“Iya kalau sekarang mah…baik bos maupun Arianna terlihat sangat gembira saat bersama madam daripada sebelumnya.”
“Bukan hanya mereka berdua, kita juga kan?”
Berita perubahan sikap Diego dan Arianna kini menjadi berita hangat yang kerap kali digosipkan para pelayan ketika sudah bertemu dan berbincang. Sepertinya setelah Yvonne yang pamornya meningkat, kini giliran Diego dan Arianna yang pamornya juga akan memuncak. Berita perubahan sikap Yvonne, Diego, dan Arianna selalu menjadi bahan gosip bagi para pelayan setiap harinya. Ya mereka bertiga kini bak artis terkenal saja di mansion Pavnozzi karena tak sehari pun terlewat tanpa gosip mereka di kalangan para pelayan.
Perubahan sikap yang terjadi pada keluarga Diego di mansion sebenarnya juga memberikan pelajaran tersendiri bagi para pelayan. Mereka sadar bahwa tidak seharusnya mereka terlalu cepat mengambil kesimpulan tentang orang lain hanya karena sebuah kesalahan, maupun kebaikan yang telah ia lakukan.
“Kalau dipikir-pikir ternyata setiap orang itu juga memiliki sisi baik ya.” ucap salah seorang pelayan saat bergosip ria bersama teman pelayan lain.
“Benar juga. Selama ini kita selalu berpikir bahwa bos dan madam itu orang yang jahat. Tapi, coba lihat sekarang.”
“Iya meski kadang mereka masih sarkas, tapi mereka tak pernah menghukum kita lagi bahkan sekarang lebih peduli dengan keberadaan kita.”
“Iya kita syukuri saja lah dan mulai sekarang kita harus belajar berprasangka baik dengan orang lain.”
Manusia memang makhluk yang tak lepas dari kesalahan karena manusia ditakdirkan memiliki keduanya. Kelebihan dan kekurangan, kebaikan dan keburukan berdampingan menemani takdir manusia. Berbuat buruk bukan berarti dia adalah manusia yang paling berdosa, berbuat baik juga bukan berarti dia tidak memiliki cela sedikit pun. Kalaupun ingin mengambil kesimpulan juga, maka satu-satunya kesimpulan terbaik yang bisa diambil adalah manusia memang tidak ada yang sempurna. Dengan kesimpulan seperti itu, tentu manusia akan jauh lebih tenang saat menghadapi manusia lain dengan berbagai macam kata-kata, sikap, juga tindakannya.
Sebagai manusia memang memiliki keterbatasan. Seperti halnya pelayan Diego yang hanya bisa mengetahui sedikit dari sekian banyak hal kemungkinan, itupun hanya bisa menerka dan menebak bahkan menghakimi tanpa pernah bisa mengetahui kebenarannya secara utuh.
***
“Sekarang kamu terlihat lebih senang dan bersemangat saat bekerja.”
“Tentu saja sekarang kan madam kita tak sekejam yang dulu.”
“Benar juga, sikapnya yang baik membuat aku semakin semangat untuk bekerja dan memberikan yang terbaik.”
“Alah kamu ini. Tapi kamu tak bermaksud menjilat madam kan?”
“Tentu saja tidak. Jangan-jangan kamu lagi yang sebenarnya sedang menjilat madam biar dapat hadiah.”
“Tanpa menjilat pun, aku tetap dapat hadiah dari madam. Madam kan setiap memberi hadiah tak pilih-pilih semuanya dapat.”
Percakapan antar pelayan yang memuji-muji dan sangat menyukai Yvonne saat itu bukanlah hal pertama kalinya didengar oleh Diego. Desas-desus tentang kebaikan yang Yvonne berikan serta perubahan sikap Diego dan Arianna yang kini terlihat lebih bahagia ketika bersamanya telah sampai ke telinga Diego. Awalnya reaksi Diego hanya biasa saja, datarlah. Tapi karena hal tersebut begitu sering dia dengar bahkan sampai seantero mansion miliknya membicarakan Yvonne, dirinya kini tak bisa diam begitu saja. Diego pun akhirnya mengajak Yvonne untuk mengobrol.
“Kamu sibuk?”
“Tidak. Ada yang ingin kamu bicarakan?”
Diego pun mengajak Yvonne ke kamarnya. Diego pikir kamar merupakan tempat yang paling tepat untuk membicarakan hal yang sangat privasi itu. Karena kalau sampai ada yang tahu mengenai perubahan yang terjadi pada Fionne yang sebenarnya adalah Yvonne, tentu masalah besar untuk Diego.
“Ya akhir-akhir ini sepertinya dirimu bak artis yang sedang naik daun.”
“Maksud kamu?” jawab Yvonne dengan polosnya.
Yvonne sadar akhir-akhir ini sikap para pelayan di mansion mulai berubah terhadapnya. Tapi jujur saja dirinya memang tak tahu-menahu soal pamor dirinya yang naik drastis akibat sikapnya sebagai madam Fionne yang dipandang berubah oleh para pelayan.
“Kamu yakin tidak paham dengan ucapanku bahkan dengan apa yang terjadi di mansion ini?”
“Tentu. Apakah aku sedang melakukan sebuah kesalahan?”
Diego awalnya tak percaya dengan ucapan Yvonne namun, ketika melihat ekspresi kebingungan dari raut wajahnya, Diego pun mulai memercayai perempuan yang ada dihadapannya itu.
“Reputasi kamu sebagai Fionne di mansion ini sudah membaik dan semua orang yang ada di sini menyukaimu Yvonne.” ucap Diego dingin.
“Benarkah? Aku rasa kamu salah, tidak semua orang menyukaiku. Karena kamu sendiri belum menyukai aku kan?” balas Yvonne dengan berani sambil menatap mata sang bos mafia. (ZR/IAN)
***