PESTA ULANG TAHUN PERTAMA SEBAGAI ISTRI PENGGANTI
Merayakan hari lahir bersama orang-orang yang dicintai merupakan hal yang paling terbahagia di dunia bagi setiap orang kecuali untuk Yvonne saat ini. Bukan apa-apa, Yvonne hanya merasa dirinya sekarang sedang berada dalam dunia mimpi yang setiap saat bisa terbangun dengan mudah.
Entah sampai kapan Yvonne begitu, yang jelas semakin hari Yvonne mulai terbiasa hingga mati rasa, sehingga hal apapun yang dia alami seolah hal biasa. Ketukan pintu membangunkan Yvonne dari lamunannya.
“Kamu sudah bersiap?” tanya Diego dengan membawa sebuah gaun yang luar biasa istimewa.
“Oh kau…belum, aku masih memilih gaun yang cocok sesuai karakter Fionne.“
“Kamu pakai ini saja! Ini sangatlah cocok untukmu.”
Gaun yang diberikan Diego untuk Yvonne sangatlah mewah. Sebuah gaun berwarna perak yang dihiasi oleh kristal swaroski setiap detailnya. Gaun yang benar-benar menampilkan kemewahan sang pemakainya.
“Apakah ini tidak terlalu mewah?”
“Fionne selalu berpenampilan dengan mewah. O ya satu lagi, pastikan kamu tidak melakukan kesalahan sedikit pun!” ucap Diego sambil meninggalkan Yvonne di kamarnya.
Acara pesta ulang tahun kali ini merupakan acara yang sangatlah mewah sepanjang Yvonne tinggal di mansion Diego. Bahkan jika dibandingkan dengan acara jamuan makan siang yang dibuat Yvonne sebelumnya, tak mendekatinya sedikit pun.
Diego merancang pesta ulang tahun untuk istrinya begitu apik dan terkesan mewah. Mulai dari pemilihan dekorasi yang begitu glamour, menu makanan dan minuman dengan tampilan berkelas dan rasa yang luar biasa lezat, serta dilengkapi dengan sistem pengamanan yang sangatlah ketat. Sebuah pesta ulang tahun yang sangatlah sempurna untuk seorang Yvonne. Bagaimana tidak sempurna, jika vendor-vendor yang digunakan Diego untuk menyusun acara tersebut pun bukanlah sembarangan.
Para tamu yang berdandan dengan sangat mewah dan sebagian besar merupakan klan Diego mulai berdatangan. Para tamu yang datang, tak bisa masuk dengan mudahnya ke dalam mansion Diego, mereka harus melalui pemeriksaan para polisi yang termasuk kalangan intelijen. Bukan hanya itu saja, para tamu undangan juga harus siap jika selama berada di sana, semua gerak-gerik mereka akan direkam oleh kamera CCTV jarak jauh dengan teknologi terbaru yang telah terpasang di berbagai sudut ruangan yang ada di mansion.
Dari jendela kamarnya, Yvonne dapat menyaksikan sendiri betapa mewahnya acara yang berlangsung. Begitu banyak para tamu yang berhamburan masuk ke halaman mansionnya. Bukan itu saja, karangan-karangan bunga yang berisi kalimat ucapan selamat ulang tahun dari para klan mereka yang tak bisa hadir juga memenuhi halaman depan, bahkan hingga ke jalanan.
***
Dari atas tangga, turun seorang pria dengan mengenakan setelan jas buatan khusus menggandeng seorang wanita yang sangat cantik dan elegan. Yvonne mengenakan gaun mewah tersebut dengan rambutnya yang disanggul ke atas bergaya french twist dan sebuah tusuk konde berhiaskan berlian serta mutiara yang menyempurnakannya. Tidak lupa juga kaki indahnya dibungkus oleh sepasang sepatu hak tinggi runcing berwarna perak senada dengan warna gaunnya.
Malam itu semua tamu undangan terpesona dengan penampilan tampan dan cantik dari Diego dan Yvonne. Mereka bak putri dan pangeran penghuni istana di negeri dongeng.
“Terima kasih atas kehadirannya semua di acara ulang tahun istri saya tercinta.” ucap Diego ketika memberikan sambutan sambil mencium kening Yvonne.
Para tamu pun asyik menikmati pesta tersebut tak terkecuali Diego. Diego terlihat asyik minum bersama kedua sepupunya, Rivaldo dan Juno yang juga hadir di pesta itu. Dia sangat asyik minum hingga tak sadar dirinya begitu banyak minum dan kini mabuk berat.
“Hei…hei…Diego cukup! ucap Rivaldo sambil mengambil gelas Diego.
“Iya kau sudah banyak sekali minum, berhentilah Diego!” tambah Juno.
Kedua sepupu Diego tersebut berusaha menghentikan Diego agar tidak minum lagi namun, percuma saja ucapan Rivaldo dan Juno hanya dianggap angin lalu saja untuk Diego. Pesta ulang tahun yang seharusnya bisa dia rayakan dan nikmati bersama istri beserta orang-orang yang dia cintai harus berakhir dengan cara seperti itu.
Ya kehadiran sosok pria bak tamu tak diundang di ujung sana sepertinya telah merusak mood dan kebahagiaan Diego. Matteo yang merupakan pria saingannya itu juga hadir di pesta itu.
Kehadirannya saja sudah mengganggu perasaan Diego menjadi buruk apalagi ditambah dengan decak kagum serta riuh tepuk tangan dari para tamu undangan karena permainan pianonya yang begitu indah.
Menyaksikan itu semua membuat hati Diego menjadi semakin marah dan tak bisa mengendalikan dirinya lagi. Dia terus minum sebagai wujud pelampiasan kemarahannya.
“Hei ada apa denganmu Diego?” tanya Rivaldo.
“Berhentilah kalau tidak kau bisa mati malam ini.” tambah Juno.
Omongan Rivaldo dan Juno nampaknya tak didengar lagi oleh Diego mungkin lebih tepatnya Diego sepertinya sudah mabuk berat dan mulai kehilangan kesadarannya.
Fabian yang merupakan orang kepercayaan Diego memerhatikan bosnya mabuk berat seperti itu dari jauh merasa khawatir dengan keadaannya. Dia pun berinisiatif melaporkan hal itu pada Yvonne.
Berbeda dengan Diego yang menikmati pesta dengan asyik minum-minum bersama kedua sepupunya, Yvonne justru mengasingkan dirinya dari keramaian pesta. Yvonne justru asyik menghabiskan waktunya di halaman belakang untuk merenung. Hati Yvonne benar-benar merasa sepi meski ditengah hingar bingar pesta yang begitu megahnya itu. Ya sepertinya Yvonne kembali overthinking.
“Permisi madam, maaf mengganggu.” ucap Fabian dengan perasaan tak enak membangunkan Yvonne dari lamunannya.
“Iya ada apa Fabian? Wajahmu terlihat begitu khawatir.”
“Bos madam.”
“Ada apa dengan dia?”
“Bisakah madam menyuruhnya untuk berhenti minum?”
Mendengar laporan Fabian, tanpa aba-aba Yvonne langsung masuk ke dalam mendatangi Diego yang sudah sangat mabuk.
“Ada apa ini?” tanya Yvonne pada Rivaldo dan Juno.
“Dia tak mau berhenti minum meski kami menghentikannya.” ucap Rivaldo dan Juno bersamaan dengan perasaan bersalah.
Yvonne yang mendengar alasan kedua pria itu tak memberikan komentar apapun. Dia langsung meraih tangan Diego dan mengajaknya ke kamar untuk istirahat.
“Ayo kita ke kamar! Kamu harus istirahat!” ajak Yvonne.
“Ah…lepaskan! Aku masih ingin minum.” ucap Diego sambil melepaskan tangannya dari Yvonne.
Diego menolak ajakan Yvonne. Namun, Yvonne tak menyerah, dia paham betul dengan kebiasaan Diego. Jika sudah begini, berarti ada hal yang sedang mengganggu hati Diego dan dirinya harus bisa menenangkan hati pria yang menjadi suami pura-puranya itu.
“Diego…ayo kita ke kamar! Kamu ingin Arianna putri kesayanganmu melihat papanya dengan keadaan seperti ini?”
Mendengar nama Arianna, membuat Diego mulai berpikir dan akhirnya mau menuruti perintah Yvonne untuk naik ke atas bersama Yvonne. Ya pepatah memang benar, bahwa kelemahan seorang laki-laki yang sudah berkeluarga adalah anaknya apalagi jika itu anak perempuan yang merupakan kesayangannya. (FIA/IAN)