free page hit counter

Perkembangan Dunia Kepenulisan di Era Digitalisasi Sekarang

Diwaktu awal masih belum terlalu banyak teknologi yang masuk, para penulis kebanyakan memilih utnuk menghantarkan karya tulis mereka kepada penerbit dan editor-editor yang siap untuk menaikkan cerita karangan mereka untuk diketahui khalayak banyak. Sangat sulit untuk mencari penerbit yang bersedia untuk menerima karya mereka. Semua interaksi itu terjadi secara langsung antara penulis, penerbit, dan editor, maupun antara penulis dan pembaca.

Ya, para penulis bisa berinteraksi secara langsung kepada penggemarnya, melakukan jumpa temu dan berbincang secara langsung. Seiring dengan perkembangan jaman interaksi tidak hanya terjadi secara langsung antara penulis dan pembaca, namun juga secara online melalui kolom komentar ataupun chatting langsung dengan penulisnya melalui media social. Seperti WhatsApp, Instragram, Twitter, Telegram dan lain sebagainya.

Perubahan yang sangat signifikan yang awalnya berbentuk fisik seperti buku, koran, majalah, tabloid, dst. Sekarang hampir semuanya berubah menjadi bentuk digital melalui berbagai platform aplikasi yang tersedia Blog pribadi, Wattpad, Dreame, Noveltoon, Google Play Book bahkan ada juga yang memposting karya tulisnya di platform Youtube.

Para penulis juga bisa dengan mudah untuk mensosialisasikan dan mempromosikan karya- karya mereka, tidak memerlukan banyak uang dan perlu event-event besar, karya mereka dengan mudah tersebar luas di berbagai platform.

Dengan berbagai kemudahan yang tersedia tentu saja memberikan dampak baik dan buruk. Dampak baiknya seperti efesiensi waktu, mereka bisa memposting karya mereka dimana saja dan kapan saja, tidak perlu mengeluarkan biaya yang begitu besar untuk menulis sebuah cerita. Para penulis bisa lebih bebas untuk menuangkan ide-idenya tanpa adanya batasan dan tuntutan. Perkejaan sebagai seorang penulis menjadi sangat fleksibel. Para penulis juga tidak perlu cape-cape kesana kemari mencari penerbit yang mau membukukan dan mempromosikan karya mereka. Apalagi ketika karya mereka diterima baik oleh masyarakat luas, para penerbit bahkan para sutradara berlomba-lomba untuk menerbitkan dan memfilmkan karyanya. Contohnya saja seperti: My Perfect Husband, Mariposa, Dear Nathan, EL, Serendipity, Dignitate dan sekarang yang sedang lagi booming adalah My Lecture My Husband.

Sedangkan dampak buruknya adalah plagiarisme yang semakin sering terjadi karena jejak digital lebih mudah untuk dimanipulasi. Perlindungan hak cipta untuk sebuah karya semakin tidak terlihat karena beberapa oknum-oknum yang pandai memanipulasi dan meng-klaim bahwa karya yang dia curi adalah hasil dari karyanya sendiri. Hal yang paling meresahkahkan adalah sangat banyak anak muda bahkan anak-anak yang masih dibawah umur membaca cerita-cerita dewasa dan bahkan menulis cerita-cerita itu sendiri, bahkan banyak dari mereka kecanduan membaca cerita dewasa.

Sangat miris, kerna kurangnya pengawasan dari orang tua dan kebanyakan dari orang tua memilih untuk lepas tangan terhadap apa yang anak mereka lakukan dalam penggunaan gadget. Juga karena kurangnya sosialisasi digital kepada anak dibawah umur sehingga anak tidak mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dia dilakukan, tentu saja hal tersebut membuat nilai- nilai dan norma-norma yang ada semakin luntur, moral-moral anak bangsapun kian menurun.

Saya pernah membaca sebuah artikel atau thread di twitter yang memberitakan bahwa ada seorang anak yang masih berumur 11 tahun sudah kecanduan pornografi karena sebuah cerita dewasa disalah satu platform aplikasi novel online, yang lebih membuat saya tercengang ketika membacanya ternyata anak tersebut adalah seorang perempuan. Anak perempuan tersebut bahkan berani mempraktekkan apa yang dia baca. Saya sangat menyayangkan hal itu, gadis yang umurnya masih belia sudah berpikiran dewasa melakukan apa yang seharusnya bukan dilakkukan oleh anak seumurannya. Sebenarnya saya juga yakin masih banyak anak-anak yang juga seperti itu, hanya saja tidak diketahui oleh orang lain.

Seharusnya pemerintah memberikan perhatian yang lebih tentang pentingnya digital literacy dan sex education untuk anak dibawah umur, karena menurut saya itu bukan hal yang memalukan dan menyalahi norma-norma yang ada ataupun malah membuat anak ingin melakukan hal-hal tersebut. Pendidikan seperti itu sangat penting untuk mencegah kejadian yang terus berulang namun juga memberitahu anak tentang konsekuensi apa yang bisa mereka dapatkan apabila mereka menyalahi aturan yang ada.

Belum lagi persaingan yang terjadi diantara para penulis yang menginginkan followers, view dan like besar sehingga memilih jalan pintas untuk menulis cerita dewasa, tanpa menggunakan filter yang sudah disediakan. Bukan hanya dari para pembaca yang perlu di koreksi namun juga dikalangan penulis. Seorang penulis bisa memberikan dampak besar bagi para pembacanya, mereka bisa membuat para pembacanya cerdas dengan apa yang dia tulis dan juga bisa merusak pikiran para pembacanya. Ya, sebuah tulisan sangat berdampak besar bagi psikologis pembacanya, terutama pada masyarakat Indonesia yang sering menelan bulat-bulat sebuah tulisan tanpa mencari tahu sebab-akibatnya.

Meskipun begitu pekerjaan seorang penulis adalah salah satu pekerjaan yang paling banyak diminati terutama dimasa pandemic covid-19 kemarin, banyak orang yang memulai untuk membuat karya tulis mereka sendiri untuk mengisi waktu luang, memambah ilmu dan memperluas circle pertemanan. Menulis juga salah satu tempat untuk menghilangkan stress dan jenuh. Beberapa orang menjadikan menulis sebagai hobi dan beberapa orang juga menjadikan menulis sebagai perkejaan untuk menghasilkan uang. Namun, seperti yang banyak kita ketahui pekerjaan sebagai seorang penulis tidak terlalu banyak terjadi mobilisasi, maka dari itu kebanyak penulis memilih menulis sebagai pekerjaan sampingan bukan sebagai pekerjaan utama mereka. Saya adalah sekian banyak orang yang juga mulai menjelajahi dunia kepenulisan saat masa pandemi.

Dunia kepenulisan sangatlah besar, mungkin tak banyak orang yang tahu bahwa ada berbagai macam kelompok-kelompok penulis berdasarkan jenis karya yang dihasilkan seperti novel, cerpen, puisi, karya tulis ilmiah, essai, artikel, dsb. Dalam jenis karya tersebut juga terdapat banyak cabang-cabang berdasarkan genre tulisan mereka, contohnya adalah novel. Novel terbagi menjadi banyak genre seperti romantis, komedi, horror, fantasi, mystery/thriller, petualangan, fanfiction (fiksi penggemar), teenfiction (fiksi remaja), roncom (romance-comedy), aksi, Science fiction (fiksi ilmiah), random, dsb.

Banyaknya genre maupun jenis karya tulis yang dibuat, membuat kebanyakan para penulis memilih untuk membuat kelompok-kelompok kecil maupun kelompok-kelompok besar untuk membagikan cerita mereka ataupun untuk saling bertukar pikiran karena memiliki kesamaan jenis tulisan yang dibuat. Ditambah dengan kemudahan teknologi sekarang para penulis tidak perlu untuk bertemu secara langsung mereka lebih banyak membuat grup obrolan menggukan aplikasi yang tersedia, sehingga pertemanan mereka tidak hanya berada di tingkat lokal, namun juga mancanegara.

Asalkan anda memiliki perangkat yang terkoneksi dengan internet maka anda akan terhubung ke seluruh dunia. (SM/IAN)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *