Pasar Tradisional Terbesar Part4
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 WITA, mereka bersiap untuk salat dzuhur ke masjid Noor, dekat dengan tempat parkir motor mereka. Masjid Noor jika dilihat dari bangunannya tidak ada yang begitu istimewa. Tetapi sejarah mencatat bahwa masjid Noor merupakan saksi bisu dalam dua peristiwa kelam di kota Banjarmasin. Dua peristiwa tersebut adalah pemberontakan G 30S PKI dan kerusuhan massal saat masa kampanye partai politik di 23 Mei 1997, atau yang biasa disebut dengan “Jumat Kelabu”, oleh masyarakat kota Banjarmasin.
Hari itu si orange memiliki cerita perjalanan yang cukup panjang dan saatnya beristirahat dan dimanja oleh sang pemilik.
“Bagaimana bu tadi pendaftaran siswa barunya dan jalan-jalannya?”
“Alhamdulillah semuanya lancar dan seragam serta perlengkapan yang lain sudah siap, tinggal tunggu jadwal masuk sekolah saja iya kan Sari?”
“Iya yah. Oh ya yah Agam teman Sari di SD juga sekolah di sana ternyata jadi Sari sudah ada temannya.”
“Oh ya syukurlah, terus gimana lingkungan sekolahnya nyaman tidak?”
“Nyaman banget yah pokoknya Sari sudah tidak sabar untuk bersekolah di sana.”
Setelah asyik berbincang saatnya ayah Sari memanjakan si orange. Si orange perlu dibersihkan karena sudah melewati perjalanan panjang, banyak debu dan noda tanah menempel di body si orange.
Perjalanan hari itu memang melelahkan tapi syarat akan makna. Mungkin sebagian besar orang dengan ekonomi menengah atas, perjalanan Sari dan ibunya adalah hal receh dan terlihat menyedihkan. Mulai dari membeli perlengkapan sekolah di pasar hingga membeli barang-barang yang pentingnya saja dan tidak mengharuskan semuanya baru. Hal yang sangat berbeda tiga ratus enam puluh derajat dengan kehidupan anak lainnya. Tapi, satu hal yang ditanamkan ibu Sari pada anaknya, yaitu pentingnya hidup syukur karena tidak semua orang bisa bersekolah atau melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.