Dibalik Pasar Sudimampir Part IV
Jalan-jalan di depan pasar Sudimampir juga diperluas bahkan didirikan dan dibangun lagi toko-toko baru yang bertingkat. Meskipun pasar baru telah dibangun, akan tetapi tidak bisa menggeser fungsi pasar Sudimampir sebagai pusat pasar tradisional terbesar melainkan pasar baru ini menjadi bagian kecil dari pasar Sudimampir. Kawasan pasar Sudimampir dari hari ke hari terus mengalami pembangunan besar-besaran. Seperti didirikannya lagi bioskop yang bernama bioskop Rex, tempat parkiran khusus angkutan umum (mangkal) di bagian tengah pasar Sudimampir, serta pemberian nama pada jalan di sekitar pasar Sudimampir yang disebut Soedi Mampir Weg.
“Bu, setelah ini kita ke toko yang itu ya, untuk membeli tas sekolah Sari.”
“Iya, tapi memangnya kamu gak mau lihat-lihat di toko yang lain dulu apa?”
“Nggak bu, Sari mau tas yang di toko itu saja.”
Berdasarkan data bulan Januari tahun 1940, kawasan pasar Sudimampir semakin diperluas pembangunannya mulai dari didirikannya perusahaan radio WA van Joost yang menjual barang-barang elektronik seperti kulkas, televisi, dan alat-alat listrik lainnya. Kemudian toko Djokja milik Abdul Galib, di sudut pasar Sudimampir. Toko ini menjual berbagai macam peralatan kosmetik wanita. Pembangunan selanjutnya adalah kantor media cetak yang bernama Borneo Post dan Bintang Borneo dengan W. Smits sebagai penerbit dan pengelola, serta toko-toko lainnya.
Toko-toko lain yang dibangun berupa toko obat yang kebanyakan menjual jenis-jenis obat dari Cina seperti toko obat Khoe Ban What, dan Soerabaja milik So Ho Sit. Toko yang khusus menjadi ahli kacamata, agen penyanyi, dan mesin jahit merk Coy milik P.V.M. Teacher. Kemudian toko milik Te Sek Djin, yang menjual makanan dan aneka makanan krimer. Selanjutnya toko yang menjual minuman, cerutu dan rokok Holland, obat-obatan. Pada tahun 1949, pembangunan toko berlanjut pada didirikannya toko-toko emas yang menjual uang emas, mata berlian, intan, perak lantak, dan lain-lain.