free page hit counter

BATU (BAWA KEMBALI TUJU PUNCAKMU) – PART X

Jika biasanya mereka shalat di masjid megah, dengan bangunan yang kokoh, beralaskan batuan marmer, beratapkan limas khas dengan kubah emas diatasnya dan dilengkapi dengan pendingin ruangan ekstra dingin. Kini mereka shalat beralaskan bumi dengan aroma tanah yang menyejukkan ketika bersujud. Dan beratapkan langit megah dengan taburan bintang yang cahayanya menerangi wajah, tentunya menambah kekhusyukkan dan kesyahduan shalat mereka. Setelah shalat maghrib, mereka tidak beranjak melainkan menguntaikan kalimat-kalimat doa dengan lirih.

Perjalanan seperti ini memang diperlukan sebagai penenang hati dan pengendali jiwa-jiwa yang mulai lelah dengan kemegahan dunia. Saat kembali ke alam kita bisa merasakan ketenangan dan menambah rasa bersyukur kepada sang Pencipta. Sudah begitu lama keluarga Lani tidak merasakan kedamaian seperti ini.

Selesai shalat isya, bu Gisa dan bu Dina mulai menyiapkan makan malam sebagai santapan yang menemani indahnya malam mereka. Sementara Lani dan Sari sibuk mencari ranting pohon untuk membuat api unggun. Tapi ranting yang dimaksud disini adalah ranting pohon yang sudah jatuh ke tanah bukan mengambil dari pohonnya. Karena tidak hanya hal-hal indah yang mereka temui di sana melainkan juga hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti pendaki lain yang merusak pohon mahoni hanya untuk menggantung hammock atau tempat tidur gantung berupa kain seperti ayunan yang digantung pada kedua ujungnya maupun mengambil beberapa rantingnya untuk digunakan sebagai kayu bakar api unggun.

Perjalanan itu sepertinya memberi Lani banyak pelajaran. Belajar untuk menerima apa yang sudah terjadi dan berhenti mengingat apa yang sudah dilalui. Layaknya perjalanan mereka menuju puncak bukit Batu, ketika sampai di puncaknya mereka semua lupa dengan apa yang sudah mereka jalani dan lalui. Justru mereka menapaki hal-hal yang lebih membahagiakan di sana. Seperti keadaan yang Lani alami, tidak perlu sedih berlarut-larut hanya karena gagal untuk pertama kalinya setelah puluhan kali berhasil. Karena berhasil dan gagal adalah sesuatu yang bergiliran. Jadi, kuatkan diri, tetap tegar, berhenti berlari, terima kenyataan, lalu pulang untuk melanjutkan hidup. Hidup yang akan terus memberikan kejutan-kejutan yang tidak akan pernah disangka-sangka. Karena pada hakikatnya semua orang layak bahagia dengan keberhasilannya.

Sekelumit cerita dari bukit Batu yang terletak di Riam Kanan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan ini merupakan tempat wisata dengan corak khasnya sendiri. Tempat ini menawarkan sensasi padang savana serasa di Afrika. Jadi, buat pengunjung yang ingin jalan-jalan ke Afrika dan belum punya banyak biaya, bisa menyambangi destinasi wisata ini karena lokasinya mirip-mirip. Ada bukit savana dengan rumput kecoklatan seperti halnya yang terdapat di Tanzania ataupun juga Kenya. Selain itu, panoramanya juga sangat indah terutama saat sunset maupun sunrise dan yang paling penting, malam harinya kita bisa menikmati milkyway dengan mata telanjang. (ZULFIA/DEL)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *