BATU (BAWA KEMBALI TUJU PUNCAKMU)
Raut kecewa terlihat jelas dari wajah Lani nan cantik. Di perlombaan menggambar kali ini lesung pipi indahnya tak terlihat. Ya, Lani tidak menyabet juara dalam perlombaan menggambar tingkat kota itu. Ibunya hanya berusaha menasihati, “Sudahlah sayang, menang dan kalah dalam perlombaan itu hal biasa”. Sementara Lani dengan wajah cemberutnya menjawab, “Tetap saja bu, aku malu kalau kalah”.
Kekalahan ini merupakan pertama kali dia alami. Wajar sajalah dia sangat sedih dan sulit menerima. Lani adalah siswa kelas II SDN 2 Guntung Payung yang berprestasi terutama dalam seni menggambar. Ya, dari usia 6 tahun Lani sering mengikuti lomba menggambar baik tingkat sekolah maupun tingkat kecamatan dan hasilnya bisa dipastikan dia selalu menjadi pemenangnya.
Bakatnya tidak dibiarkan mengalir begitu saja. Ibunya terus mengasah kemampuan menggambar Lani dengan mengikutkannya les menggambar dan kerap kali setiap ada event acara lomba menggambar, ibunya antusias mendaftarkan Lani. Dan hasilnya memang Lani selalu menjadi pemenang.
Memang tidak bisa dipungkiri kemampuan Lani dalam menggambar. Dalam setiap goresannya penuh dengan keyakinan tak sedikitpun terlihat noda penghapus dalam sketsa gambarnya. Bakatnya itu dia dapat bukan dari ibunya atau ayahnya melainkan dari kakeknya, kakek Fuad. Kakek Fuad memiliki dua orang anak, yaitu ibunya Lani dan paman Andri. Lani juga memiliki sepupu perempuan bernama Sari yang tinggal satu kota dengan Lani, yakni di kota Banjarbaru.
Kakek Fuad sudah lama meninggal dunia namun sepertinya keahliannya diwarisi oleh cucunya. Lani terlahir dari keluarga yang berkecukupan bahkan bisa dibilang tergolong keluarga dengan ekonomi menengah keatas.
Ayahnya bernama pak Irvan, seorang developer properti atau lebih dikenal dengan pengusaha dibidang perumahan. Bisa dibayangkan berapa pendapatan pak Irvan sebagai pengusaha perumahan apalagi di kota Banjarbaru harga perumahan cukup fantastis. Ibunya, ibu Dina seorang ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga yang disibukkan dengan beberapa kegiatan komunitas maupun kegiatan sosial. Terutama sebagai founder komunitas sahabat warna yang merupakan tempat berkumpulnya anak-anak pandai menggambar dan mewarna bersama orang tuanya.
Keadaan ekonomi keluarga Lani yang cukup mumpuni ini tentu membuat Lani putri tunggal mereka bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan. Tapi jangan salah, meski keluarga Lani orang yang berada, tak pernah sedikit pun pak Irvan maupun bu Dina memanjakan anaknya. Hal itu terlihat dari cara bu Dina yang membujuk Lani hanya dengan nasihat bukan dengan memberikan iming-iming barang atau apapun itu.
Lani dengan sepupunya Sari bersekolah di tempat yang sama namun mereka berbeda kelas. Meski begitu, mereka tetap terlihat akrab seperti saudara perempuan saja. Walaupun terlihat akrab, tetap saja perbedaan karakter diantara mereka tidak bisa dipungkiri.
Sari merupakan sosok yang periang, supel, mudah bergaul, dan paling penting anak satu ini sangat menyukai alam bahkan diusianya ini sudah berapa bukit yang telah ia daki dan turuni. Dia anak yang sepertinya sudah memiliki ikatan batin dengan alam. Berbeda dengan Lani yang pendiam dan tidak mudah bergaul. Keahliannya dalam menggambar membuat Lani suka menyendiri dan hanya peduli pada objek-objek yang dapat dia jadikan karya.
Libur sekolah telah tiba. Untuk menghibur perasaan Lani yang masih belum bisa menerima kekalahannya, ibu Dina berencana berlibur bersama keluarga Sari. “Ide yang bagus Bu. Anggap saja kita sedang gathering (acara kumpul-kumpul) keluarga. Biar Lani juga ada temannya. Selama ini Lani liburan bersama kita saja,” ucap pak Irvan setuju.
Mereka berencana camping (berkemah) bersama di bukit Batu. Bukit Batu merupakan salah satu objek wisata perbukitan yang terletak di Riam Kanan, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Dinamakan Bukit Batu karena memang di sana banyak terdapat bebatuan yang besar-besar ataupun kecil.