3 Fakta Menarik Pahlawan Banjar (Demang Lehman)
Siapa yang tak kenal dengan Panglima Muda perang Banjar yang kini menjadi Pahlawan terkenal di kawasan Martapura, Kalimantan Selatan. Demang Lehman atau yang bernama asli Idris dan bergelar Adhipattie Mangko Nagara ini awalnya merupakan seorang ajudan dari Pangeran Hidayatullah II hingga karena kesetiaan dan kecakapannya, dia akhirnya menjadi Pahlawan Nasional yang lahir dan wafat di Martapura. Banyak yang mengenal sosok Demang Lehman ini sebagai Pahlawan tanpa kepala. Namun, apakah kalian mengetahui fakta-fakta dibalik kisah beliau? Berikut 3 fakta menarik kisah perjuangan beliau dalam perang melawan Belanda.
- Berhasil merebut Benteng Belanda di Tabanio saat pertempuran Agustus 1859
Selain terkenal setia, beliau juga diakui kecerdasannya apalagi ketika perang melawan Belanda. Dengan keberanian yang dimiliki beliau, Demang Lehman mampu memenangkan pertempuran yang luar biasa mengerikan. Belanda bukan hanya mengirim kapal perang Bone ke Tanah Laut yang membawa pasukan Letnan Laut Cronental untuk merebut benteng Tabanio melainkan juga 15 buah meriam serta senjata canggih yang mengkilap. Namun, benteng dapat dipertahankan oleh Demang Lehman beserta pasukannya tanpa meninggalkan korban seorang pun. Hal berbeda justru menimpa Belanda, yaitu kehilangan 9 orang serdadu akibat tewas, 15 meriam juga sudah ditembakkan dari kapal serta senjata mengkilap lenyap begitu saja tanpa memberikan hasil apapun. Jumlah yang mereka keluarkan tidak sesuai perhitungan. Kekuatan Demang Lehman memang luar biasa saat itu.
- Pahlawan muda dengan harga tebusan termahal ketiga, yaitu 2.000 F atau setara dengan Rp. 144.000.000,00
Belanda tak gentar untuk melakukan perlawanan terhadap Demang Lehman. Oleh sebab itu, berbagai cara mereka lakukan agar bisa menangkap pejuang muda tersebut baik dalam keadaan hidup maupun mati. Belanda akhirnya menggunakan uang sebagai alat untuk memikat rakyat guna memenuhi keinginan Belanda. Mereka membuat pengumuman bahwa bagi siapa pun yang mampu membawa Demang Lehman kehadapan Belanda dalam keadaan apapun, akan menerima imbalan sebesar 2.000 Gulden atau setara dengan Rp. 144.000.000,00. Sungguh mahal harga seorang Demang Lehman saat itu. Nominal sebesar itu tentu memikat hati setiap orang atau rakyat yang menginginkan kekayaan berlimpah. Namun, tidak bagi rakyat yang setia pada bangsanya.
- Beliau wafat dengan cara digantung dan dipancung oleh Belanda
Beliau wafat dengan cara yang luar biasa berani dan penuh ketabahan. Beliau menerima dengan lapang dada tanpa adanya bantahan sedikit pun mengenai hukuman gantung yang diputuskan dan ditetapkan oleh Pengadilan Militer Belanda pada 27 Februari 1864. Hal tersebut terlihat dari raut wajahnya yang tidak berubah saat naik menuju tiang gantungan bahkan tanpa penutup mata sekalipun. Seolah beliau sudah ikhlas untuk menghadapi kematiannya, sungguh sosok luar biasa. Hal luar biasa tak berhenti sampai disitu, setelah digantung, rupanya Belanda masih belum puas. Hingga mayatnya pun tetap mendapat perlakuan yang luar biasa dari penjajah tanpa kompromi tersebut. Kepala Demang Lehman dipotong oleh Belanda kemudian dibawa dan disimpan di Museum Leiden di Negeri Belanda oleh Konservator Rijksmuseum van Volkenkunde Leiden, sebagai bukti kemenangan Belanda atas Demang Lehman. Sehingga Demang Lehman dimakamkan tanpa kepala yang hingga sekarang, belum ada tindak lanjut baik dari Pemerintah Indonesia maupun Belanda untuk mengembalikan tengkorak kepala beliau. (ZR/IAN)