Waktu Yang Berbeda Hakikat Tujuannya Sama: Perbedaan Pelaksanaan Idul Adha tahun 2023 antara Muhammadhiyah dan Nahdatul Ulama (NU) dengan Pemerintah
Berbicara mengenai Hari Raya Idul Adha, maka tentu saja berkaitan dengan kisah teladan Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail. Kedua Nabi tersebut adalah termasuk dalam dua puluh lima Nabi yang wajib
diketahui oleh segenap umat Islam. Hari Idul Adha adalah peringatan akan peristiwa kurban, yakni ketika
Nabi Ibrahim bersedia untuk mengorbankan puteranya, Nabi Ismail. Hal tersebut dilakukan oleh Beliau
sebagai bentuk kepatuhannya terhadap perintah Allah SWT.
Adapun di Indonesia dengan penduduk mayoritas islam pasti sangat menanti akan datangnya hari
raya ini. Namun, dengan perbedaan Manhaj yang ada, terkadang membuat pelaksanaan Idul Adha
memiliki hari yang berbeda. Pada tahun ini pun terdapat perbedaan hari penetapan pelaksanaan hari raya
Idul Adha ini.
Muhammadiyah, berdasarkan hisab, menetapkan 1 Zulhijjah 1444 H bertepatan dengan Senin, 19
Juni 2023, sehingga Idul Adha 10 Zulhijjah 1444 H jatuh pada Rabu, 28 Juni 2023. Sementara itu
Nahdatul Ulama(NU) dan pemerintah berdasarkan hasil siding isbat menetapkan hari raya kurban itu,
Kamis, 29 Juni 2023.
Namun dengan adanya perbedaan tersebut diharapkan tidak ada sikap saling menyalahkan,
apalagi merendahkan satu sama lain. Menjalankan perintah agama dengan bingkai saling menghormati
adalah wujud nyata dari implementasi ajaran dasar agama itu sendiri. Intinya, Muhammadhiyah yang
merayakan Idul Adha pada 28 Juni tidak menyalahi aturan islam, demikian juga masyarakat lain yang
mengikuti ketetapan pemerintah sudah benar.
Sejatinya masyarakat Indonesia, khususnya umat islam, sudah terbiasa dengan perbedaan.
Perbedaan hari raya sudah kita lalui bersama dan berjalan dengan penuh damai adalah saat Idul Fitri pada
april 2023.
Idul adha. Pada hakikatnya adalah momentum untuk mengingat sejarah pengorbanan dua sosok
nabi yang dengan ikhlas menjalankan perintah Allah, tanpa ada penolakan. Nabi Ibrahim diperintah Allah
untuk menyembelih puteranya, Nabi Ismail. Baik Ibrahm maupun Ismail, menjalani perintah itu dengan
ikhlas sepenuh hati. Allah kemudian mengganti tubuh ismail dengan seekor domba. Akhirnya, peristiwa
penyembelihan anak oleh orang tua tidak pernah terjadi dalam sejarah ajaran agama. Kini umat islam
cukup menjalani perintah kurban dengan menyembelih sapi, unta, atau kambing.
Kalalu momen Idul Adha itu mengandung pesan pengorbanan, maka perbedaan waktu perayaan
ini juga mengandung pesan, yakni ikhlas menerima ketidaksamaan. “Perbedaan itu fitrah, bahkan
membawa rahmat, sementara kebersamaan dalam persaudaraan harus terus dijaga dan
diikhtiari.” (SR)