free page hit counter

Tinggalkan Perbedaan, Wujudkan Indonesia yang Satu dengan Salam Pancasila

Persoalan toleransi keberagaman di negari ini ternyata memang tidak habisnya. Baru-baru ini masyarakat kembali diributkan hanya perkara salam. Bisa kita lihat, mudah sekali masyarakat di Indonesia disulut api konfliknya.

Sebelum masuk ke permasalahan, mari kita sepakati dulu tentang makna dari kata “salam”. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), salam/sa-lam/ memiliki arti damai, pernyataan hormat.  Dari arti tersebut dapat dimaknai bahwa kata salam adalah kata untuk menyampaikan perdamaian dan juga rasa hormat kepada satu sama lain. Saat masuk ke rumah orang, atau ingin memulai sebuah pembicaraan, kata salam bisa dijadikan sebagai ucapan pembuka sebagai rasa hormat.

Tentu semua pasti sudah dibiasakan untuk mengucapkan salam terlebih dahulu. Sejak kecil, kita sudah dibiasakan untuk mengucapkan salam kepada orang lain, namun apakah kita diajarkan untuk memahami makna salam itu sendiri. Secara filosofis mungkin belum, beberapa orang mengajarkan salam hanya sebagai sebuah ucapan saja tanpa makna. Salam yang diajarkan pun hanya salam yang dianjurkan oleh agamanya sendiri. Oleh karena itu, orang-orang yang terlalu fanatic ini akan sulit untuk menerima salam yang lebih universal.

Pada 12 February 2020 kemarin, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi dalam wawancara dengan salah satu media pemberitaan nasional memberikan sebuah pernyataan tentang salam. Ia menyebutkan bahwa, Indonesia memiliki salam yang sudah bisa mewakili seluruh agama, yaitu “Salam Pancasila”. Akhirnya pernyataan tersebut menuai beberapa perdebatan.

Salam Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa

Respon masyarakat yang menolak akan adanya Salam Pancasila menunjukan kurangnya rasa toleransi yang dimilikinya. Salam Pancasila bukan dimaksudkan untuk menggantikan salam-salam kegamaan, seperi “Assalamuallaikum wr wb” atau yang lainnya. Salam Pancasila adalah salam yang digunakan untuk mempersatukan bangsa.

Indonesia sebagai Negara multikurtural, dengan memiliki banyak agama dan kepercayaan yang dianut masyarakatnya tentunya harus memiliki satu symbol yang bisa merangkul semuanya. Sederhananya, kenapa kita mau menggunakan Bahasa Indonesia? Padahal kita sudah memiliki bahasa daerah masing-masing yang berbeda.

Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan. Bisa dibayangkan jika bahasa ini tidak disepakati oleh masyarakat Indonesia. Semua informasi akan lambat berjalan, karena harus di terjemahkan kedalam bahasa daerah masing-masing. Tanpa bahasa Indonesia, setiap daerah tidak akan memiliki rasa memiliki satu sama lain, karena menganggap bahwa mereka berbeda. Selain itu, kemajuan ilmu pengetahuan juga akan terhambat, karena tidak bisa sekaligus mencangkup seluruh masyarakat Indonesia. Itulah mengapa akhirnya disepakati bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, karena adanya kebutuhan untuk berkomunikasi.

Sama dengan bahasa, tujuan dari adanya Salam Pancasila adalah untuk menyatukan tali nasionalisme masyarakat Indonesia. Bukan untuk menggantikannya. Ini berbeda, kembali lagi ke analogi bahasa Indonesia yang tadi. Masyarakat masih bebas menggunakan bahasanya masing-masing saat didaerahnya. Namun, saat bertemu dalam sebuah forum besar, tentunya tidak mungkin menggunakan bahasa daerahnya bukan.

Tidak ada larangan untuk mengucapkan salam, karena salam adalah doa untuk keselamatan satu sama lain. Jadi, pada saat disebuah forum besar, dan didalamnya terdapat masyarakat dengan berbagai latar belakang agama, kita tidak perlu lagi mengucapkannya satu persatu.

Bisa dibayangkan, Agama di Indonesia jumlahnya adalah enam. Jika, pada saat itu kita adalah seorang presentator dalam sebuah forum besar tersebut dan untuk menghormati para audiensnya harus mengucapkan seluruh salam dari masing-masing agama, bisa-bisa waktu yang diberikan untuk penyampaian materi habis hanya untuk menyampaikan salam. Tentunya contoh ini adalah sebuah majas hiperbola, yang tampak berlebihan. Namun, itu sama dengan respon masyarakat fanatic yang terlalu menganggap Salam Pancasila adalah salam yang salah.

Padahal dengan adanya salam ini, Indonesia bisa lebih bersatu, tanpa memandang latar belakang agama masing-masing. Bersama-sama membangun negeri agar lebih maju, dan tidak lagi berkonflik dengan masyarakat lainnya. Persoalan perbedaan sebernarnya adalah sebuah persoalan kuno, yang sudah sedari dulu tidak ada habisnya. Jika, hanya dengan Salam saja tidak mau memahami dan menyepaki, bagaimana Indonesia bisa menjadi Negara maju.

Saatnya Memupuk Keberagaman dengan Pancasila

Indonesia merdeka dengan bantuan seluruh lapisan masyarakat. Semua berjuang bersama tanpa melihat latar belakang agamanya. Itulah mengapa, bersama-sama bisa membuat Negara ini terbebas dari penjajah. Di era reformasi ini, musuh kita bukanlah penjajah lagi, namun musuh kita adalah bangsa kita sendiri. Bisa dilihat sendiri, sudah berapa banyak konflik horizontal yang pernah terjadi hanya karena berbeda.

Minimnya rasa toleransi yang ada akan mudah sekali dipancing dan menuai perpecahan. Kita sudah memiliki bahasa yang satu, yaitu bahasa Indonesia. Namun, nyatanya itu saja tidak cukup. Indonesia sudah memiliki landasan Negara, yaitu Pancasila, namun nyatanya belum dipahami secara utuh.

Pancasila dengan lima silanya perlu untuk dipahami sekali lagi, didalami setiap silanya agar semua lapisan masyarakat memiliki satu ideology yang sama. Dipegang teguh untuk menjaga persatuan Indonesia.

Memahami bahwa kita berbeda, dan menghargai perbedaan tersebut sebenarnya sangat mudah sekali. Jika, memiliki satu hal yang dipegang bersama, yaitu ideology, tanpa melihat bagaimana pun latar belakangnya. Indonesia memiliki Pancasila yang seharusnya sudah bisa membawa masyarakat Indonesia bisa bersatu.

Untuk lebih meningkatkan jiwa nasionalisme. Bung Karno, presiden pertama Republik Indonesia telah memberikan sebuah salam yang bisa dipakai untuk saling menghormati dan mejaga perdamaian, serta menumbuhkan semangat yang membara. Salam tersebut adalah Salam Pancasila yang bisa dijadikan sebagai salam nasional.

Sebelum, meresponnya dengan pikiran yang negative, marilah dilihat dahulu apa landasan dari salam ini dibawa oleh Bung Karno. Dengan mengangkat lima jarinya diatas pundak dan dengan lengan yang lurus, Bung Karno mengucap Merdeka!. Semua itu dilakukan oleh Bung Karno untuk membakar semangat nasionalisme masyarakat Indonesia, terdapat sebuah semangat kebangsaan. Salam Pancasila juga mengembalikan diri bangsa ini untuk kembali menjadi individu bangsa Indonesia. Individu yang saling menghormati, dan selalu menjaga perdamaian.

Tidak ada yang berbeda dengan salam-salam yang lain, tujuannya sama. Yaitu untuk saling mendoakan keselamatan, saling menghormati dan saling mejaga perdamaian. Namun, implementasi salam ini nyatanya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Masih banyak masyarakat yang terkungkung dalam pikirannya sendiri. Hal tersebut membuatnya tidak bisa membuka pikiran, dan mencoba untuk berpikir jernih dan terbuka.

Salam Pancasila tidak harus diucapkan secara terus menerus, bukan berarti dengan adanya salam nasionalisme ini akan menghapus salam yang lain. Jika ada yang berpikiran seperti itu tentunya salah. Tidak ada yang dihapus atau dihilangkan, karena keberagaman tersebiut adalah kekayaan yang dimiliki Indonesia.

Dahulu, Bung Karno memberikan Salam Pancasila sebagai sebuah motivasi untuk memperkuat kepercayaan diri bangsa Indonesia, bahwa kita akan merdeka. Begitu pun juga saat ini, salam nasionalis bisa dibawa untuk membangun sebuah Negara yang utuh, yang menghormati perbedaan, dan menjaga perdamaian. Tidak ada lagi rasa inteloran hanya karena kita berbeda salam, karena sebenarnya sudah saatnya kita meninggalkan seluruh persoalan atau konflik SARA dan mulai membangun Indonesia yang lebih baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *