Sejarah Masuknya Islam di Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan adalah salah satu pulau terbesar di dunia yang memiliki hutan-hutan yang lebat dan menghasilkan hasil alam yang melimpah seperti damar, rotan, kayu dan lain-lain. Oleh karena alasan tersebut, banyak sekali pedagang dari luar Kalimantan berlayar ke sana untuk mendapatkannya. Pedagang-pedagang tersebut selain berdagang mereka juga berusaha menyebarkan agama yang dianutnya.
Sebelum Islam masuk ke pulau Kalimantan, penduduknya telah memeluk agama Hindu-Budha atau memeluk kepercayaan Kaharingan yang tentu saja sangat berbeda dengan ajaran Islam. Walaupun proses Islamisasi masyarakat Kalimantan hingga kini terus berjalan melalui dakwah dan pendidikan, akan tetapi bekas-bekas kepercayaan dan budaya agama sebelumnya, tidak sepenuhnya bisa dikikis sehingga sebagian masih berpengaruh terhadap keberagamaan dan kebudayaan umat Islam hingga sekarang ini (Kamrani Buseri, 2009; 65).
Para ahli sejarah (historian) belum dapat dengan pasti mengatakan tahun kedatangan Islam di Kalimantan Selatan, dengan alasan kesulitan menemukan data untuk mengungkap hal itu (Mukhyar Sani, 2003; 31). Akan tetapi mereka kebanyakan mengatakan bahwa tahun 1540 M merupakan tahun di mana Islam diterima secara resmi oleh raja kerajaan Banjar Pangeran Samudera yang kemudian berganti nama dengan Pangeran Suriansyah. Dalam makalah Hamka yang berjudul “Meninjau Masuknya Islam ke Kalimantan Selatan” dan disampaikan dalam seminar Masuknya Islam tahun 1973, Hamka menyimpulkan bahwa:
- Tersebarnya agama Islam ke Kalimantan Selatan sebenarnya terjadi lama
sebelum berdirinya kerajaan Islam Banjar di Banjarmasin, yitu diperkirakan
pada akhir abad ke 14 M.
- Penyebar Islam adalah para pedagang sekaligus ulama sebagai hasil dari
hubungan timbal-balik antara Singapura-Malaka, kemudian Pasai dan Aceh dengan tanah Banjar serta Marabahan (pelabuhan) yang ramai pada masa pemerintahan Raden Sari Kaburangan dan Pangeran Temenggung.
- Berdirinya kerajaan Islam di Demak (Jawa Tengah) pada sekitar tahun 1500 M, dan adanya hubungan orang Islam dengan pantai antara Jawa Timur dan Surabaya, semakin mempercepat proses berdirinya kerajaan Islam Banjar (Saifuddin Zuhri, 1980; 399-402).
- Ikatan kebudayaan bahasa Melayu yang dipakai sebagai bahasa pengantar dengan tulisan Arab-Melayu (Pegon) dalam buku-buku pelajaran agama Islam yang pertama dikarang yaitu Sabil al-Muhtadin dan Kitab Parukunan. (ILA/IAN)
Menambah wawasan banget yaa