RI-CHINA KINI DAGANG PAKAI YUAN & RUPIAH ALIAS BUKAN DOLAR?
FINANCE – Selama pandemi COVID-19, kegiatan masyarakat memang lebih banyak dilakukan melalui teknologi, salah satunya transaksi digital. Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan, transaksi dengan cara ini sangat diminati masyarakat selama pandemi.
Tercatat transaksi digital meningkat 37,8 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Transaksi ini mencakup transaksi digital banking dan transfer.
Di sisi lain, penggunaan kartu debit menurun 18,9 persen (yoy). Menurutnya, hal itu menunjukkan pesatnya transaksi digital saat pandemi perlu dijawab melalui transformasi digital perbankan pula.
“Transformasi harus kita lakukan untuk membawa bagaimana model bisnis dari bank secara cepat melalui proses digitalisasi,” ujarnya. Dengan kondisi itu, Perry menuturkan, BI pada Mei 2019 sudah meluncurkan cetak biru atau blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yang bertujuan untuk mengintegrasikan sistem keuangan digital dengan ekonomi. Pihaknya juga telah mendorong perbankan untuk bertransformasi menjadi open banking. Kini, dia menambahkan, sudah ada 15 bank yang tercatat telah melakukan transformasi digital. Dia berharap, jumlah itu akan bertambah seiring dengan pandemi covid-19 yang memaksa transformasi digital harus dipercepat.
“Kemudian bagaimana kami mendorong interlink antara digital/open banking dengan fintech. Ini harus dilakukan, karena mereka punya segmen yang berbeda, tapi keduanya harus disambungkan melalui API (Application Programming Interface),” jelasnya.
Selanjutnya, Perry menyatakan, BI mendorong startup di bidang e-commerce, fintech, dan startup-startup lain untuk menginovasi layanan yang dapat memacu proses digitalisasi keuangan. Lalu, bank sentral bakal menyambungkan pembayaran digital domestik dengan negara lain (cross border), satu di antaranya melalui Quick Response Indonesian Standard (QRIS) (Baca : SUDAH TAHU? INDONESIA AKAN GUNAKAN QUICK RESPONSE (QR) CODE INDONESIAN STANDARD (QRIS)).
“Kami bangun QRIS untuk pembayaran dengan Malaysia, Thailand, dan Jepang. Konsepnya disatukan dengan local currency settlement. Kami rintis dengan India dan Saudi Arabia yang memang dilakukan melalui perbankan yang kami pilih antara crossborder itu,” terangnya. (NOV)
Sumber:
Kompas.com