Rahasia Dibalik “Bicara Itu Ada Seninya” karya Oh Su Hyang; Pt. 5
Kali ini mimin akan membagikan satu rahasia lagi, mungkin bagi kebanyakan orang hal ini remeh-temeh saja. Padahal ini merupakan rahasia yang mesti diterapkan sebelum menjadi seorang speaker luar biasa.
“Tunjukkanlah dengan sungguh-sungguh bahwa anda tertarik dengan apa yang sedang dikatakan oleh lawan bicara sehingga dia pun akan berbuat demikian terhadap Anda. Untuk menjadi pembicara yang hebat Anda harus terlebih dahulu menjadi pendengar yang hebat.” Itulah kutipan dalam buku ini.
Menjadi pembicara yang baik sejatinya memerlukan kualitas pendengar yang hebat. Kemampuan mendengarkan yang baik memungkinkan seseorang lebih peka terhadap kebutuhan dan harapan audiensnya. Dengan menjadi pendengar yang hebat, kita bisa lebih baik dalam merangkul sudut pandang orang lain, menghargai pendapat, dan menjalin koneksi yang lebih mendalam.
Seorang pembicara yang hebat tahu kapan harus berbicara, tapi juga kapan harus diam. Ia memahami bahwa sebuah komunikasi bukan hanya tentang menyampaikan pesan, tetapi juga tentang menerima dan memproses informasi dari lawan bicara. Dengan demikian, pembicaraan menjadi lebih berimbang dan bermakna.
Kemampuan menjadi pendengar yang hebat memberikan kedalaman pada isi pembicaraan kita, memungkinkan kita menangkap rasa dan nuansa yang terkadang tidak terungkapkan dengan kata-kata. Ini membuat pembicaraan menjadi lebih otentik dan relevan bagi audiens. Dalam berdialog terdapat aturan 1-2-3. Artinya, sekali berbicara, dua kali mendengarkan, tiga kali bereaksi atau umpan balik. Jadi, untuk menjadi pembicara yang efektif, kita harus memulai dengan menjadi pendengar yang luar biasa. (US/IAN)