Objek Wisata Lok Baintan Part III
Alternatif kedua, yaitu dengan menggunakan kendaraan di jalur darat. Untuk alternatif kedua tentunya membutuhkan waktu lebih lama yakni sekitar 1 jam untuk mencapai pasar terapung Lok Baintan. Hal itu disebabkan medan perjalanan yang cenderung berat dan berliku-liku. Namun, bagi pengunjung yang memilih menggunakan kendaraan di jalur darat menuju pasar terapung Lok Baintan, tetapi ingin merasakan menggunakan klotok untuk mencapai pasar terapung, perjalanan bisa dilanjutkan dengan menggunakan klotok dari dermaga yang ada di sana tentunya dengan biaya yang lebih murah. Cukup dengan membayar Rp100.000,- pulang pergi dari dermaga pasar terapung Lok Baintan untuk mendatangi tempat para pedagang berkumpul.
“Tapi, kenapa kita harus berangkat sepagi itu? Habis salat subuh lagi,”tanya Evan.
“Karena pasarnya dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan 09.00 WITA saja, kalau terlalu siang kan panas Van.”
Evan sepertinya tertarik mendengar cerita sahabatnya itu yang begitu detail tentang pasar terapung Lok Baintan yang ada di daerahnya sendiri namun tak dia ketahui. Ketertarikannya itu juga memunculkan rasa ingin tahu dan rasa penasaran yang mendalam hingga muncul keinginannya untuk pergi ke sana. Cerita Sari terus berlanjut hingga bel tanda masuk dan mulai pembelajaran kedua berbunyi.
Setiap hari, dari arah timur meski sang surya belum muncul dan kondisi masih gelap gulita, para pedagang tetap harus bersiap berangkat sejak pagi. Berpatokan pada waktu setelah azan subuh berkumandang, jukung-jukung mereka mulai melaju membelah Sungai Martapura menuju Pasar Lok Baintan. Hal tersebut membuat lokasi di sepanjang pesisir aliran Sungai Martapura Lok Baintan, terlihat seperti konvoi jukung (perahu khas Banjar).
Di dalam jukung (perahu khas Banjar), para pedagang sudah membawa buah-buah segar yang langsung dipetik dari hasil kebun sendiri atau pertanian. Pisang, mangga, dan buah-buahan lainnya disusun cantik di tempat khusus, sehingga menarik hati para calon pembeli. Selain itu, juga ada satu jenis buah yang begitu terkenal di sana sebagai produk lokal, yaitu jeruk baby. Jeruk baby merupakan jenis jeruk musiman yang manis walaupun kulitnya hijau. Buah tersebut sangat laku dan menjadi incaran para pembeli saat musimnya. Tak hanya hasil kebun, beberapa pedagang juga ada yang menjual makanan khas daerah setempat (seperti lupis, apam, dan lainnya) sampai cinderamata.
Suara riuh pedagang sudah terdengar sejak pukul 6 pagi karena aktivitas perdagangan dimulai dari pukul 6 pagi sampai dengan pukul 9 pagi. Di atas jukung (perahu khas Banjar), terlihat para pedagang yang didominasi oleh perempuan dengan penampilan yang unik dan menarik. Penampilan mereka terlihat unik dan menarik karena mereka memakai tanggui (tutup kepala khas Banjar) dan menggunakan pupur beras (bedak khas Banjar) di wajahnya saat berdagang atau berjualan. Pupur beras (bedak khas Banjar) merupakan bedak yang terbuat dari olahan beras dan diyakini bisa membuat wajah para pedagang wanita ini menjadi lebih dingin.