free page hit counter

NADI CINTA PERDAMAIAN

Rasa yang terpendam begitu lama, tumbuh berkembang menjadi subur dan mengakar semakin dalam. Wajahnya nan polos dan lugu tidak mampu membuat orang lain berprasangka buruk terhadapnya, begitupun yang terlihat dari dirinya. Murah senyumnya melambangkan ketulusan hati yang luar biasa.

“Ca, ini buku kamu yang kemarin aku pinjam buat catatan aku yang ketinggalan. Terima kasih ya,” ucap salah satu teman kelasnya sembari berjalan menyerahkan sebuah buku bersampul gelap.

“Iya, santai aja. Kalau ada apa-apa bilang aja. Siapa tahu aku bisa bantu,” jawabnya dengan senyuman.

“Siap,” jawab temannya yang tadi sembari mengacungkan jempol.

Katanya setiap orang memiliki masa sulitnya tersendiri, rahasia yang tidak ingin diketahui oleh orang lain, sudut gelap tanpa cahaya penerangan, dan sudut itulah yang kadang membuat orang terlihat kuat dan bertahan untuk hidup yang lebih panjang.

“Ca, kok aku salah yaa rumusnya pakai yang ini?”

“Kok bisa sih? Aku bener kok rumusnya pakai yang diterangkan Ibu kemarin lusa,” jawab Caca.

“Atau jangan-jangan aku salah tulis yaa, lihat sekali lagi boleh nggak catatanmu itu,” pinta temannya.

“Boleh, ini” berinya catatan tersebut.

“Lah, kok beda sih rumusnya, aku nyatat nggak ada pembagiannya terus ditempatmu ada. Apa jangan-jangan kelewatan yaa waktu mencatat?” tanyanya pada diri sendiri.

“Mungkin,” jawab Caca.

“Yaah, kalo sampai nilai ku merah di semester ini, bakalan ulang di semester depan,” ucapnya lesu.

“Nggak apa-apa. Nanti aku bantuin,” ucap Caca menenangkan.

Terkadang kita seringkali mengabaikan perasaan orang lain, berbuat seenaknya tanpa memperdulikan apa yang sebenarnya mereka rasakan. Menumbuhkan bibit kebencian yang akan membesar dan menjadi bom waktu terhadap diri sendiri.

“Udahlah Din, nggak apa-apa. Nanti kamu juga dibantuin sama Caca kan? Semester depan pasti selesai kok, dan nggak bakalan ngulang lagi” tenang Ibunya Dinda ketika mengetahui bahwa Dinda mendapatkan nilai merah disalah satu mata kuliahnya.

“Iya, Bun. Aku nggak apa-apa.” Tenangnya dengan tekad yakin akan melampaui Caca disemester depan. Ia akan membuktikan pada semua orang bahwa ia bisa menjadi lebih baik dengan pantang menyerah.

Cukup! Berbuat tidak baik tidak akan membuatmu merasa lebih baik, selebihnya hanya akan menjadi sebuah penyesalan di kemudian hari. Rasa bersalah yang mendominasi akan membawa sebuah kehancuran pada dirimu sendiri.

“Din, kamu tahu nggak sih kalau sebenarnya rumus yang dikasih oleh Caca emang sengaja disalahkan, soalnya aku yakin kalau kamu nggak akan seteledor itu untuk melewatkan bagian penting dari sebuah catatan.” Ungkap salah satu teman Dinda.

“Udahlah nggak apa-apa. Mungkin dia juga nggak sengaja,” jawab Dinda membela.

“Atau kamu memang sudah mengetahuinya?” Tanya salah satu temannya lagi namun tidak di jawab oleh Dinda.

“Tuh kan, Ra. Aku yakin kalau Dinda pasti udah tahu. Secara Dinda kan orangnya teliti, nngak akan seceroboh itu.” ungkap Najwa yakin dan mereka semua terdiam ketika menyadari ada seseorang yang berdiri di belakang mereka.

“Din,” panggil Caca.

“Kalian duluan aja ke kelas. Aku nyusul” ucapnya kepada dua temannya.

“Kok kamu gitu sih, Din. Kalo kamu tahu aku sengaja salahin kamu kenapa nggak benerin aja, kenapa harus rela buat ulang di semester depan?” Tanya Caca kurang bersahabat.

Dinda berbalik membelakangi Caca.

“Terkadang memuaskan hati orang lain terasa lebih menyenangkan dibandingkan menambah beban dirinya yang terlihat baik-baik saja namun tidak. Mungkin masa lalu tidak mengenakkan akan selalu menemani hingga kelangkah yang lebih jauh, namun ia tidak akan selalu mempengaruhi. Kalau perbuatan kurang baik aku dulu yang bikin kamu seperti ini sama aku, aku terima kok. Karena aku yakin kalau sebenarnya kamu itu baik, hanya saja kamu nggak bisa rela tentang kejadian yang hanya bisa dikenang itu. Selama kamu nggak nyakitin orang lain, aku bisa aja pura-pura bodoh.” Jawabnya dengan senyuman.

“Tapi kamu nggak bisa lulus seperti yang kamu harapkan,” jawab Caca dengan suara bergetar.

“Jalan hidup bisa berubah tapi tetap dapat diperbaiki, namun kehilangan teman yang telah menemani selama ini, kapan aku mau cari lagi?” jawab Dinda dengan gurauan tidak lucunya.

Caca hanya terkekeh dan berlalu, “thanks, Din.” Ucapnya kemudian tersenyum.

Saling memaafkan adalah solusi terbaik untuk menerima keadaan yang telah berlalu. Mengikhlaskan kejadian buruk dan menerima keadaan yang baru. Yakinlah setiap orang pasti berubah namun akan baik-baik saja ketika mereka diperlakukan dengan baik. Tidak semua keburukan dibalas dengan keburukan. So, bertindak bijaklah agar tidak menyakiti siapapun. (Zu/IAN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *