Menjadi Remaja Berbeda
Beberapa contoh kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan sekitarnya tersebut membuat Sari memiliki pemikiran yang berbeda dengan anak usia remaja lainnya. Dia berpikir bahwa keluarga terutama orang tua dan alam merupakan tempat pulang yang paling nyaman dan aman. Orang tua merupakan kunci kesuksesan hidup kita karena ridhonya merupakan ridho Tuhan, itu yang diajarkan agama Sari. Bagaimana Tuhan akan meridhoi kehidupan kita jika kita saja tidak mau menghormati orang tua. Kemudian muncul pertanyaan sepenting itukah ridho orang tua? Ya, karena untuk mencapai kesuksesan hidup bukan hanya usaha atau kerja keras melainkan ridho Tuhan itu yang utama. Tanpa ridho-NYA, semuanya akan sia-sia. “Work hard and pray hard! Ucap bu Fia dengan lantang saat proses belajar mengajar. Sebagai manusia, kita wajib berusaha sekeras-kerasnya tapi jangan lupa doanya diperkeras atau diperbanyak juga dan tahukah kalian, doa yang paling cepat dikabulkan? Doa atau ridhonya orang tua.”
Itulah alasan Sari selalu melibatkan orang tua dalam berbagai hal di kehidupannya. Melibatkan dalam arti membantu memberikan saran maupun arahan ketika Sari mengalami masalah bukan sebaliknya.
Orang tua Sari paham akan posisi mereka untuk anaknya yang sudah berusia remaja. Mereka tidak lagi mengatur hidup Sari dalam berbagai aspek kehidupan ataupun mendikte anak mereka seperti kemauan mereka sebagai orang tua. Mereka sadar jika mereka bersikap diktator seperti kebanyakan orang tua sekarang justru membuat Sari menjadi anak yang berontak dan jauh dari orang tua. Hal itu tentu akan membuat mereka sulit mengontrol sikap Sari di luar sana.
“Ya terserah kamu sajalah nak. Ibu ngikuti kamu saja, kan kamu juga bilang kalau tempatnya bagus dan aman. Dan yang paling penting bisa dilalui motor orange kesayangan ayahmu.”
Sebagai orang tua harus bisa membedakan cara mendidik anak ketika memasuki usia remaja. Usia remaja merupakan usia krusial dimana mereka mulai mencari jati diri mereka, pertanyaan tentang siapa dirinya, apa tujuan hidupnya akan selalu mengelilingi otak mereka. Anak remaja seharusnya tidak lagi diperlakukan layaknya anak-anak yang semua harus diarahkan melainkan dia harus bisa menentukan pilihan sendiri atas hidupnya, dia harus diberikan kekebasan dalam merespon apapun fenomena atau masalah di lingkungannya.
“Iya bu. Pokoknya, Sari minta ibu siapkan makanan yang banyak dan enak-enak saja ya biar ga kelaperan (sambil tertawa). Nah kalau ayah pastikan si orange ga mogok yah.”
“Iya putri kesayangan ayah, ayah dan ibu percayakan semuanya sama kamu termasuk arah jalannya ya.”
“Sip lah yah.”
Fungsi orang tua hanya sebagai pendamping yang memberikan saran, nasihat, maupun arahan yang terbaik sesuai pengalaman yang sudah lebih dulu dilalui. Hal itulah yang Sari dapatkan dari kedua orang tuanya. Cara mendidik orang tua Sari membuatnya semakin dekat dengan mereka bukan sebaliknya. Cara didikan orang tuanya inilah menjadi salah satu penyebab Sari memiliki pemikiran luas yang mampu menganalisa setiap kejadian di sekita sehingga membentuk pribadi yang kuat dalam kehidupan.
Lalu bagaimana dengan alam? Alam mempunyai tempat tersendiri dihatinya. Baginya alam memberikan kenyamanan tersendiri yang belum tentu dia dapatkan di kota. Kegiatan di alam memang melelahkan, bahkan temannya sendiri Rani sering berkicau padanya, “Ngapain sih capek-capek naik bukit, bawaan berat, kadang kepanasan dan kehujanan. Lebih baik ke Mall aja shopping, makan atau bermain di arena permainan, dan yang pasti di sana adem.” Dengan wajah datar dia hanya menjawab, “Maaf kesenangan itu bukan melulu soal main.” Dia ingin merasakan kesenangan jiwa dan raga. Bukan hanya untuk kesenangan raga, jiwa seseorang itu punya ruh. Coba kalian rasakan saja jika berada di puncak bukit, kalian pasti akan merasa bukan apa-apa. Kalian kecil, jika melihat betapa indahnya ciptaan Tuhan.
by: Zulfia