Mengenal Sosok Bapak Pendidikan Indonesia: Ki Hajar Dewantara
Tanggal 2 Mei diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional tepat dengan hari lahirnya sosok aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi yaitu Ki Hajar Dewantara yang lahir di Pakualaman, 2 Mei 1889.
Setiap tanggal 2 mei ini pula selalu dilakukan upacara bendera diberbagai instansi kedinasan, namun hal ini sedikit berbeda di tahun ini dimana Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) selaku panitia peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) mengeluarkan Pedoman Penyelenggaraan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2020 dalam surat pemberitahuan Nomor 42518/MPK.A/TU/2020 tanggal 29 April 2020. Dalam pedoman tersebut, Kemendikbud meniadakan penyelenggaraan upacara bendera yang umumnya dilakukan satuan pendidikan, kantor kementrian/lembaga/pemerintah daerah, serta perwakilan pemerintah Republik Indonesia di luar negeri sebagai bentuk pencegahan penyebaran Cononavirus Disease 2019 (Covid-19).
Tidak diselenggarakannya upacara bendera untuk memperingati hari Pendidikan Nasional bukan berarti semangat pendidikan kita pudar. Sebagai generasi milenial sudah selayaknya kita lebih mengenal dekat sosok pahlawan kemerdekaan yang banyak menyuarakan hak-hak pendidikan yaitu KI HAJAR DEWANTARA. Seperti kata Bung Karno.
“Bangsa yang besar adalah Bangsa yang tidak pernah melupakan sejarahnya” Soekarno
Selain sebagai pelopor pendidikan, Ki Hajar Dewantara muda juga seorang politisi di jaman penjajahan Belanda hingga beliau meninggal dunia pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta pada usia 69 tahun dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata.
Pada usia 24 tahun, Bapak Pendidikan Indonesia tersebut ditangkap Belanda karena tulisannya yang paling terkenal yaitu Seandainya Aku Seorang Belanda (Als i keen Nederlander wa), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker pada 13 Juli 1913.
”Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan pikiran itu, bukan saja tidak adil tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang utama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya”
Akibat tulisan tersebut ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun, Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo memprotes dan mereka bertiga di asingkan ke Belanda. Ketiga tokoh ini dikenal sebagai “Tiga Serangkai”
Salah satu dedikasi Ki Hajar Dewantara di dunia pendidikan adalah membangun Taman siswa yaitu sekolah yang didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta (Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar dan siswa berarti murid). Pada pertama kali didirikan Taman Siswa ini bernama National Onderwijs Institut Taman Siswa , yang merupakan realisasi gagasan dia bersama teman di Paguyuban Sloso Kliwon. Hingga saat ini Taman Siswa tersebut telah memiliki 129 cabang sekolah di berbagai kota di Indonesia dengan berpusat di Balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta. (diolah dari berbagai sumber).
Oleh : Rian