Mengapa Harus Menahan Kepentingan Diri Demi Toleransi
OPINI – Banyak siswa mungkin berpikir dan berasumsi, memiliki guru mata pelajaran yang seiman sangat perlu. Namun hal itu sangat kurang tepat, karena kita perlu menerima para Guru yang berbeda Iman dan harusnya dipersilahkan saja mengajarnya di kelas kita (dengan syarat matapelajaran tersebut bukan bidang Agama). Mereka para Guru yang dulunya juga pernah belajar di usia kecil seperti kita, mereka yang dulunya berjuang menjadi Abdi Negara dengan mengikuti seleksi Nasional tenaga keguruan. Pada akhirnya akan ditempatkan dimanapun yang berkekurangan, dan dimanapun yang berkebutuhan.
“Tapi, untuk guru mata pelajaran umum di madrasah, regulasi mengatur bahwa itu bisa juga diampu oleh guru non muslim. Hal itu sejalan dengan regulasi sistem merit,” ungkap Muhammad Zain seorang Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kementerian Agama, di Jakarta (31/01/2021).
Katakanlah seorang Guru, Ibu Eti, beragama Kristen, mendapat SK CPNS di Sekolah yang nuansanya Islami yakni MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Tana Toraja di Kabupaten Sulawesi Selatan, maka yang terlihat Adem saja dan makmur saja seperti dalam kabar berbagai media inews.id, sindownews.com, okezone.com, yahoo.com, dan detik.com, tidak ada masalah. Beliau saat iini mengajar matapelajaran Geografi.
Eti Kurniawati (paling kanan) | sindonews.com/iNews TV
Banyak siswa mungkin merasakan jengkel, ketika kamu tidak berpuasa namun jam sudah terik hari di siang hari kamu merasakan lapar, tapi kamu terpaksa makan di hadapan teman-temanmu demi tubuhmu yang kamu rasakan sudah tidak enak lagi, dan kamu merasa sangat jengkel jika ditegur makan di tempat umum.
Beda halnya ketika ada teman yang beragama Non-Muslim, Teman saya namanya XZ (dia siswa SMK Negeri 5 Banjarmasin), beragama Hindu, kami magang di sebuah tempat yang sama, pada tahun 2010, saat saya sedang berpuasa, bukan saya sendiri saja, di lingkungan dengan adanya teman-teman lainnya dan juga bos kantor terharu mendengarnya ketika menanyakan dia belum makan.
Dia tidak menunjukan sedikitpun bahwa dia hendak makan ketika berada di tempat orang-orang yang sedang berpuasa, dan dia rela tidak makan siang hingga sorenya. Sungguh #SobatDamai! Inilah menahan kepentingan diri demi toleransi. Namun, tidak masalah juga jika sebenarnya dia makan siang saja saat kami sedang ada di dekat Dia, karena toleransi tidak selalu soal mengalah.
Artinya sikap keharusan (modal of neccesity) menahan/mengalah kepentingan diri sendiri demi toleransi adalah perlu juga mencari jalan terbaik agar tidak merugikan orang lain dan tidak merugikan diri sendiri untuk makan (bagi Non-Muslim) yang tidak berpuasa. Inilah semangat empati-toleransi menahan kepentingan pribadi atas kepentingan yang lebih mulia, baik dari Suku-Ras-Antar Golongan.
(SRH/IAN)
source: sulsel.inews.id, kemenag.go.id