Menembus Batas Kemerdekaan Pendidikan di Pelosok Kalimantan
Kalimantan, sebuah pulau yang kaya akan keindahan alamnya, sering menjadi pusat perhatian. Namun, di balik panorama alam yang memesona, terdapat tantangan besar dalam sektor pendidikan, terutama di wilayah pedalaman atau pelosok Kalimantan. Meskipun demikian, berbagai upaya telah dilakukan untuk membawa pendidikan yang berkualitas hingga ke daerah-daerah terpencil ini.
Tantangan-tantangan pendidikan di wilayah pedalaman Kalimantan sangatlah kompleks. Salah satu tantangan utama adalah aksesibilitas. Topografi sulit dan minimnya infrastruktur transportasi menyulitkan akses ke sekolah bagi penduduk pedalaman. Selain itu, keterbatasan infrastruktur pendidikan seperti fasilitas penunjang dan sarana yang memadai juga menjadi hambatan serius.
Hal tersebut dirasakan oleh khadijah, seorang pengajar di hutan pegunungan meratus. Butuh waktu 15 jam untuk Khadijah sampai ke SD Negeri Juhu. Untuk sampai ke SD Negeri Juhu Khadijah harus berjalan dari Desa Kiyu, desa terakhir yang dapat diakses dengan kendaraan bermotor (Ib. Detikedu, Kisah Khadijah Rintis Pendidikan di Hutan Pegunungan Meratus, 27/11/23).
Kurangnya tenaga pengajar yang bersedia ditempatkan di daerah terpencil merupakan masalah lain yang dihadapi. Sekolah-sekolah di pelosok Kalimantan sering kali hanya memiliki satu guru yang mengajar di berbagai tingkat kelas. Ini mengakibatkan kualitas pengajaran terganggu dan kesempatan belajar siswa menjadi terbatas.
Tingginya tingkat putus sekolah juga menjadi perhatian serius. Faktor ekonomi dan budaya seringkali memaksa anak-anak di daerah terpencil untuk meninggalkan pendidikan demi membantu keluarga dalam mencari nafkah. Hal ini mengakibatkan rendahnya tingkat literasi dan keterampilan di kalangan penduduk pedalaman.
Meskipun demikian, berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan di pelosok Kalimantan. Program Mobile School yang menggunakan kendaraan khusus dilengkapi fasilitas belajar telah diperkenalkan untuk membawa pendidikan langsung ke daerah-daerah terpencil. Selain itu, pembangunan infrastruktur pendidikan, peningkatan kualitas tenaga pengajar, dan pemberdayaan masyarakat juga menjadi fokus utama dalam upaya peningkatan pendidikan di wilayah ini.
Dalam kegiatan ekspedisi dan gontong royong pendidikan oleh komunitas Akar Bukit di Dusun Mangga jasa, Desa Aing Bantai, Kecamatan Batang Alai Timur Kabupaten Hulu Sungai Tengah, salah satu warga mengungkapkan harapan besar terhadap pendidikan di pegunungan Meratus.
“Bukan kami yang terlambat sekolah, akan tetapi sekolah yang terlambat masuk,” ungkap warga setempat bernama Apit. (Ib. Mata Banua, Pendidikan di Meratus Masih Belum Merdeka, 17/8/22)
Secara keseluruhan, pendidikan di pelosok Kalimantan masih menjadi isu yang memerlukan perhatian serius. Namun, upaya-upaya yang telah dilakukan menunjukkan adanya harapan untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan di wilayah terpencil tersebut. Dengan kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat, diharapkan pendidikan di pelosok Kalimantan dapat menjadi tulang punggung bagi kemajuan wilayah tersebut.(RA/IAN)