Membangun Kecerdasan Emosi sebagai Upaya Menangkal Terorisme dan Radikalisme
Pendidikan di Indonesia saat ini telah diupayakan agar tidak hanya memberikan pengetahuan yang lebih luas, melainkan juga menjadi sarana membentuk karakter generasi penerus bangsa yang kuat. Salah satu karakter yang dapat dibangun melalui pendidikan adalah kecerdasan emosi. Dalam konteks pencegahan terorisme dan radikalisme, kecerdasan emosi sangat penting untuk membentuk perilaku yang positif dan menghindari tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Beberapa penelitian menunjukkan keterkaitan antara pelatihan emosi terhadap tindakan siswa. Menurut penelitian Jennings & Greenberg (2009), pembangunan kecerdasan emosi pada anak dan remaja dapat membantu mengurangi perilaku agresif dan menyebabkan peningkatan kemampuan beradaptasi dan menyelesaikan masalah di sekolah. Penelitian lainnya oleh (Gini et al., 2007) juga menunjukkan hubungan yang serupa. Penelitian tersebut melakukan rogram pelatihan kecerdasan emosi di sekolah dan diketahui bahwa hal ini dapat membantu mengurangi perilaku bullying pada anak.
Daniel Goleman salah satu pakar di bidang kecerdasan emosi, dalam bukunya yang terkenal “Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ” (1995), mengidentifikasi karakteristik dari kecerdasan emosi. Kesadaran diri (Self-awareness) merupakan karakteristik dasar dari kecerdasan emosi. Kesadaran diri adalah kemampuan untuk memahami dan mengenali emosi yang kita rasakan dalam situasi tertentu. Dengan adanya kesadaran diri ini, seseorang dapat melakukan pengelolaan diri (self management), memperoleh kepekaan sosial (social awareness) dan keterampilan sosial (social skills) (Winarno, 2008). Segala bentuk karakteristik tersebut mampu menjadi dasar dalam mencegah munculnya perilaku negatif yang mungkin akan mengarah pada tindakan radikalisme dan terorisme. [RONI/AJP]
Referensi
Gini, G., Albiero, P., Benelli, B., & Altoè, G. (2007). Does empathy predict adolescents’ bullying and defending behavior? Aggressive Behavior, 33(5), 467–476. https://doi.org/10.1002/AB.20204
Jennings, P. A., & Greenberg, M. T. (2009). The prosocial classroom: Teacher social and emotional competence in relation to student and classroom outcomes. Review of Educational Research, 79(1), 491–525. https://doi.org/10.3102/0034654308325693/ASSET/IMAGES/LARGE/10.3102_0034654308325693-FIG1.JPEG
Winarno, J. (2008). Emotional Intelegence Sebagai Salah Satu Faktor Penunjang Prestasi Kerja. Jurnal Manajemen, 8(1).