KISPIRATIF : dr. Handoko Gunawan, Sp.P.
KISPIRATIF :
“Jika Tuhan memberi saya kesehatan, kita bisa bersatu lagi suatu hari nanti. Tetapi jika tidak, maka begitulah hidup – Saya tidak ingin mengesampingkan sumpah saya begitu saja”
OPINI – Masih dalam momen menginspirasi kalian. Agustus memang membawa roman pahlawan dan perjuangan. Saat ini perjuangan yang kita hadapi adalah perjuangan dalam melawan Covid-19. Di balik perjuangan ini tentu tidak lepas dari perjuangan para tenaga medis. Jika sebelumnya kita menilik dokter Rebecca Lee Dorsey kelahiran Amerika Serikat, maka sekarang kita akan menilik dokter kelahiran Rangkasbitung, 18 Agustus 1940. Yah.. Tanggal dimana pada tahun 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengesahkan rumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia sekaligus mengangkat Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Pertama. Siapakah beliau yang lahir di tanggal bersejarah ini? Beliau adalah dr. Handoko Gunawan, Sp.P.
Tidak asing, bukan? Bahkan menengar namanya membuat hati kita bergetar haru. Siapa yang tidak mengenal beliau? Maret lalu nama beliau menjadi pemberitaan di televisi, maupun sosial media. Lelaki paruh baya yang mendedikasikan dirinya hingga akhir hayat berada di garda terdepan Rumah Sakit penanganan Covid-19.
Kilas balik, dr. Handoko Gunawan merupakan seorang pulmunologist atau dokter spesialis paru yang telah lama mendedikasikan dirinya di dunia medis selama kurang lebih 39 tahun. Perjalanannya menjadi seorang dokter dimulai ketika beliau lulus dari Universitas Indonesia menjadi seorang sarjana kedokteran pada tahun 1963. Setelah itu pada tahun 1965 beliau lulus di kedokteran umum dengan gelar (dr). Kemudian masih di perguruan tinggi yang sama, beliau melanjutkan pendidikan spesialisasinya memilih pulmonologi dan kedokteran respirasi (paru) dan lulus pada tahun 1981.
Keluarga dr. Gunawan sebelumnya telah meminta beliau agar tidak merawat pasien yang diduga COVID-19 karena berpotensi membahayakan beliau. Namun, keinginan itu tidak beliau kabulkan
“ Saya dilantik sebagai dokter. Saya tidak ingin mengesampingkan sumpah saya begitu saja.” ungkapnya.
Bukan hanya soal sumpah profesi yang sudah ia ucapkan sebelum akhirnya terjun sebagai dokter, tetapi ia percaya bahwa Tuhan sudah mengatur semuanya.
“Saya sempat mengatakan ini ke keluarga saya, pasrahkan saja semuanya ke Tuhan. Jika Tuhan memberi saya kesehatan, kita bisa bersatu lagi suatu hari nanti. Tetapi jika tidak, maka begitulah hidup,” ucapnya menenangkan.
Di sisi lain, dr Gunawan menceritakan kekhawatirannya pada tenaga medis yang kini tengah merawat pasien Covid-19.
“Beberapa perawat menggigil ketakutan ketika harus mengunjungi pasien yang diduga terinfeksi Covid-19”. Hingga ikut serta bekerja hingga pukul 3 dini hari.
Karena hal demikian, beliau digelari warganet sebagai Pahlawan Covid 19. Namun, tahukah Sobat Damai semua jika ternyata dr. Gunawan menolak pujian tersebut. “Oh tidak, aku bukan pahlawan. Pahlawan sebenarnya adalah para dokter dan paramedis yang telah meninggal dunia selama pandemi,” katanya. Lebih lanjut dr Gunawan menyatakan, “para pahlawan adalah perawat yang masih merawat pasien sambil menangis (karena takut) tetapi karena mereka mengambil sumpah sebelum mereka memasuki profesi ini, mereka terus melaksanakan tugas mereka. Sedangkan aku hanya seorang pemandu sorak,” tambahnya.
Selain dedikasi terhadap para pasien Covid-19, Dokter Spesialis Paru yang tak ragu untuk terjun menangani Covid 19 di usianya yang 80 tahun ini juga dikenal bersahaja dan rendah hati. Di masa pengabdiannya dituliskan bahwa saat berada di Kalimantan untuk menjadi tenaga ahli kesehatan di sana, dokter Handoko pernah hanya dibayar dengan sayur dan buah-buahan saja. Hal itu tak mengurungkan niatnya untuk tetap mengabdi bagi kesehatan masyarakat di sana.
Tidak sedikit orang yang menaruh simpati dan rasa kagum kepada beliau. Karena semangat, dedikasi, tekad, dan mentalnya yang luar biasa. Ajaib nya, di usia yang sudah tidak lagi muda, fisik yang sudah terlihat renta, beliau masih mempunyai semangat yang menyala-nyala. Beliau adalah seorang dokter yang berhati mulia, rela menempatkan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi. Bahkan beliau rela mati demi berjuang atas nama kemanusiaan. Beliau tampil sebagai simbol optimisme, keberanian, ketulusan. Karakter seseorang pahlawan. Tidak berlebihan jika kita menyebut beliau sebagai salah satu pahlawan Covid-19.
Kini dr. Handoko telah pergi. Beliau adalah satu dari sekian banyak pahlawan dari tenaga medis yang gugur di masa pandemi Covid-19. Dari kisah ini sobat damai dapat membayangkan bahwa di luar sana ada yang mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan nyawa kita. Ada yang harus kehilangan ayah, ibu, maupun anaknya demi mengabdi pada masyarakat. Sending love for them. Buka mata dan hati kita, bahwa kita harus saling membantu. Terutama di masa New Normal, selalu gunakan masker, cuci tangan, jaga kebersihan, jaga jarak dan saling mengingatkan.
Terimakasih, Pahlawan …
(NOV)
Sumber :
Kompas.com
Okelifestyle