Indonesia Merdeka, Indonesia Emas atau Cemas?
Part 1
Semua orang tahu bahwa Indonesia mempersiapkan diri untuk menyongsong Indonesia emas di Tahun 2045 dimana Indonesia telah merdeka selama 100 tahun, dimana Indonesia juga mengalami bonus demografi. Lalu, bagaimanakah Indonesia dapat mempersiapkan diri menghadapi hal tersebut. Apakah akan benar-benar menjadi Indonesia emas ataukah akan menjadi Indonesia cemas?
Yuk, mari nikmati cerita pendek berikut!
Musim silih berganti, usia semakin hari semakin bertambah, terasa tidak ada yang berubah walaupun jati diri kian berubah. Scroll medsos namun seperti tidak ada gunanya sama sekali, apalagi scroll tiktok yang kebanyakan hanya sekumpulan aksi para manusia untuk mencari ketenaran diusia dini.
“Apa yang membuatmu melamun?” Tanya seseorang yang ada disampingnya.
Panggil saja Namanya Raka, dan namaku adalah Rafa. Terdengar mirip bukan? Tentu saja, kami merupakan saudara kembar identik namun dengan sifat yang jauh dari kata identik.
“Tidak ada” jawabku seadanya.
‘Hei, kita itu saudara jika kamu lupa. Aku bukan orang yang mudah kamu bohongi seperti orang lain. Apakah ada yang saat ini sedang kamu pikirkan dan mengganggu pikiranmu?” tanya Raka.
Rafa yang mendengar saudaranya kembali bertanya hanya bisa memandang lurus kedepan tanpa mau mengalihkan pandangannya dari suatu hal yang lebih menarik dari sekedar memandang wajah saudaranya yang terlihat sama dengannya.
“Aku hanya sekedar ingin berpikir sejenak, menggunakan sedikit kemampuan otakku yang sepertinya jarang terpakai ini. “ Jawab Rafa.
“Hei, hei, hei. Apakah saat ini saudaraku ini sedang bersyukur atas kecerdasan yang dimilikinya? Ataukah sedang bersedih karena jarang berpikir?” Rafa berhasil mengalihkan perhatian dan pertanyaan Raka yang sulit rasanya untuk dijawab.
“Tidak, aku hanya sedang sedikit merenungkan suatu hal yang mungkin sangat sepele untuk saat ini, namun bisa jadi berdampak besar untuk masa yang akan datang.” Jawab Rafa.
“Baiklah, sepertinya pembahasan kita cukup berat, lebih baik aku tanyakan lagi ketika kita sudah keluar kelas dan duduk bersantai.” Jawab Raka yang kemudian beranjak menuju deretan kursi yang ada di nomor dua dari belakang. Sebentar lagi dosen akan segera masuk dan pembelajaran dimulai.
***
Suara dentingan sendok menjadi hal yang sangat lazim terdengar, seruput air hangat ataupun suara gesekan sepatu yang sedang mengantri saat ini.
“Hei, cukup. Kamu sudah kebanyakan memasukkan saos pedas ke dalam makananmu” tegur Satria ketika melihat Rafa terlalu asik dengan gawainya sehingga tanpa sadar memasukkan begitu banyak saos pedas ke dalam kuah baksonya.
“ Apa yang kamu lihat, Raka?” tanya Rafa. Sebagai kembaran, tentu saja ia khawatir dengan saudara serahimnya.
“Tidak ada yang spesial, hanya lucu saja melihat perundungan yang terjadi, dan apa kalian tahu, ini begitu viral di media social!” ucap Raka dengan begitu semangat.
“Mana lihat!” Ucap Redyno dengan semangat sembari menyambar ponsel Raka untuk disaksikan bersama-sama.
Rafa yang melihat kejadian itu hanya bisa menghelas nafas, semua sesuai dengan bayangannya jika hal-hal yang seperti itu lebih laris untuk ditontonrtibuan orang dan lebih mudah viral dibandingkan dengan hal-hal berbau edukasi.
“Rafa, kamu kenapa?” tanya Satria.
Rafa hanya bisa menghela nafas berat dan berdiri, kemudian berlalu.
“Hei, kamu mau kemana?” tanya Raka ketika melihat saudaranya berlalu begitu saja.
“Ke kelas, hanya ingin merenungkan masa depan saja!” Jawab Rafa dengan suara lantangnya.
Dia memang selalu semaunya, kadang banyak bicara, dan kadang sedikit berbicara. Tidak ada yang mampu mengetahui kemana jalan berpikir Rafa. Bahkan, saudara serahimnya pun kadang masih bingung dengan jalan berpikirnya sendiri.
Bersambung … (Zu/RON)