20 November: Hari Anak Sedunia
OPINI – Setiap tanggal 20 November diperingati sebagai Hari Anak Sedunia yang pertama kali dicetuskan pada tahun 1954 dengan nama Hari Anak Universal. Peringatan ini berawal dari pembentukan United Nations international Children’s Emergency Fund (UNICEF) oleh Badan Dunia Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Tahun ini, perayaan Hari Anak Sedunia mengambil tema “A day to Reimagine a Better Future for Every Child.” Dalam bahasa Indonesia, berarti satu hari yang digunakan untuk membayangkan atau membentuk kembali masa depan yang lebih baik bagi setiap anak.
Setiap perayaan Hari Anak tentunya banyak harapan besar yang digantungkan untuk anak-anak di seluruh dunia. Momentum ini juga sangat tepat untuk kita lebih giat lagi mempromosikan hak-hak anak yang mungkin selama ini masih kita abaikan. Berbicara mengenai anak, tentunya banyak orang yang terlibat dalam mewujudkan kesejahteraan pada anak, semua lapisan masyarakat berperan melindungi dan menjaga setiap anak di sekitar kita.
Dewasa ini, permasalahan yang terjadi pada anak seakan menjadi kasus yang kompleks dan beragam, dan aksi tahunan perayaan Hari Anak Sedunia menjadi pengingat bagi kita bahwa masih banyak krisis-krisis hak anak yang terjadi, bukan berarti setahun sekali saja kita untuk kembali menggaungkan hak-hak anak. Namun, setiap hari adalah waktu yang tepat kita untuk berperan memastikan anak tidak mengalami kekerasan, setiap anak berhak bisa mengembangkan potensi diri sesuai bakatnya, serta berhak merdeka dari tuntutan-tuntutan yang melemahkan.
Dikutip dari tirto.id pada Hari Anak Sedunia 2020 ini, UNICEF menyerukan pada orang tua dan pemerintah untuk memastikan enam poin rencana untuk anak ini agar terpenuhi. Seperti memastikan semua anak belajar; menutup kesenjangan digital; terjaminnya akses layanan kesehatan dan gizi; dukung dan lindungi kesehatan mental anak-anak dan remaja; akhiri pelecehan, kekerasan berbasis gender; dan penelantaran anak-anak.
Dalam 6 poin tadi juga memuat isu dunia seperti mengenai akses air bersih, sanitasi, dan atasi degredasi lingkungan. Hentikan peningkatan kemiskinan yang berdampak pada anak dan memastikan pemulihan inklusif untuk semua, dan yang terakhir, menggandakan upaya untuk melindungi dan mendukung anak-anak dan keluarganya yang hidup di tengah konflik, bencana dan pengungsian. (Sa/Nov)
Sumber :