Fenomena dan Tradisi Bulan Ramadhan
Puasa merupakan aktivitas pantang makan dan minum dalam jangka waktu tertentu karena adanya berbagai alasan seperti agama atau kepercayaan dan kesehatan. Salah satu budaya yang tak bisa dilepaskan dalam bulan puasa adalah tradisi Ngabuburit. Ngabuburit berasal dari bahasa sunda (suku asli Jawa Barat) yang berarti bersantai-santai sambil menunggu waktu sore. Salah satu kegiatan Ngabuburit yang paling umum dilakukan di Indonesia adalah dengan berburu takjil. Takjil sendiri sebenarnya adalah sebuah kosakata yang berasal dari Arab dengan makna “menyegerakan”. Berdasar pengertian ini, maka takjil diartikan sebagai menyegerakan berbuka puasa. Karena dalam Islam, menyegerakan berbuka puasa adalah sebuah anjuran. Setelah mengalami perkembangan, takjil bergeser makna menjadi makanan yang biasa disajikan sebagai kudapan berbuka puasa.
Fenomena yang sering muncul di bulan Ramaḍan salah satunya dalam aspek ekonomi yaitu lonjakan harga-harga pada saat bulan Ramaḍan. Berdasarkan teori ekonomi, harga akan naik apabila permintaan naik tetapi penawaran dalam jumlah sedikit. Teori seperti ini bisa membuat pedagang berlaku curang dengan cara menimbun barang-barang sampai bulan Ramaḍan dan kemudian barang tersebut baru akan dijual. Kondisi tersebut membuat pedagang melihat suatu peluang mendapat keuntungan jika barang-barangnya dijual pada saat bulan Ramaḍan (terutama sembako) karena pedagang sudah memperediksi bahwa permintaan pada bulan Ramaḍan akan meningkat. Meningkatnya kebutuhan dan konsumsi warga yang berpuasa dimanfaatkan oleh para pedagang untuk semakin meningkatkan omset dagangannya, bahkan jauh-jauh hari sebelum puasa mereka sudah banyak menyetok barang untuk mengantisipasi kelangkaan barang atau kenaikan harga barang. Hal sperti ini sudah pasti terjadi saat akan memasuki bulan ramadhan, pada saat ramadhan itu sendiri dan pada saat menjelang idul fitri. (TIP/IAN)