Cerpen Pt.6 Sopir Ganjil
Dua puluh menit menunggu, datanglah taksi yang lebih mini. Kami dipersilakan naik, barang-barang dikemasi sopir tadi, mungkin sebagai perantara menebus kesalahan. Ia melambaikan tangan sebagai pelepasan, sambil mengucapkan maaf dan sampai jumpa. Hih! rasanya ‘tak ingin lagi berjumpa dengannya males.
Aku dan Sagara duduk tepat di belakang kursi sopir. Satu jam perjalanan telah ditempuh, tersisa dua kota lagi untuk dilintasi, kata Sagara. Aku menarik nafas panjang, dan mengembus tenang, berharap tidak mendapati lagi kesialan, yang membuat riskan keadaan.
“Tenang bos! Untung banyak kita hari ini, nanti kita bagi-bagi,” ujar sopir menyahut lawan bicara di telepon genggam, diiringi senyum mengembang dan tawa licik.
Begitulah yang ku dengar jelas dari mulut si sopir, raut wajahnya terpantul melalui spion dalam, alias rear-visio mirror. Aku dan Sagara saling berpandangan, seakan paham dengan percakapan si sopir. Sopir Jahannam! Aku mengumpat pelan. Munafik sekali komplotan sopir ini, membuat alur kejadian sedemikian rupa untuk meraup keuntungan belaka.
Sopir itu masih saja asyik mengobrol dalam sebuah panggilan, baiknya sopir ini masuk dalam penjara saja, sudah pungli, tambah lagi melanggar undang-undang berkendara. Saking hanyutnya dalam percakapan, si sopir ini ‘tak lagi memperhatikan jalan, membuat taksi sedikit oleng ke kanan, dan mendapati truk dari arah berlawanan.
Semua terjadi dalam hitungan detik, sopir tidak sempat lagi menghindari, tidak bisa ku rincikan keadaan dalam taksi ini. Terakhir yang aku lakukan hanya berteriak menyebut nama Sagara, ia menenggelamkan wajahku di dadanya, sambil memegang erat lenganku. Detik berikutnya, gelap.(US)