free page hit counter

BUDAYA DI KABUPATEN BARITO KUALA

Kabupaten Barito Kuala merupakan sebuah kabupaten yang mana memiliki kebudayaan yang tumbuh sebagai bentuk respon terhadap lingkungan alam. Kabupaten Barito dengan ibukotanya Marabahan daerah nya dikelilingi sungai dan rawa. Salah satunya sungai terbesar dan terlebar yaitu Sungai Barito yang membelah Kabupaten Barito Kuala. Di Kabupaten Barito Kuala terdapat Anak Sungai Barito yang mengitari hampir sebagian besar wilayah Kabupaten Barito Kuala. Kondisi lingkungan alam Kabupaten Barito Kuala menyebabkan berkembangnya kebudayaan yang berorientasi pada sungai dan rawa, sehingga dapat ditemukan di daerah ini benda-benda budaya sebagai hasil karya masyarakatnya dalam memelihara dan mengolah alam.

Masyarakat di daerah Barito Kuala memiliki keterampilan menangkap ikan dan memanfaatkan sungai sebagai media perekonomian, maka di daerah ini dapat ditemukan industri tradisional yang berkaitan dengan pengolahan ikan dan pembuatan perahu. Terkait dengan penangkapan ikan, di Kabupaten Barito Kuala dapat ditemukan alat menangkap ikan dan alat menangkap udang. Kabam (tampirai seluang), alat untuk menjaring ikan saluang, bahannya terbuat dari paring (bambu). Kabam dibuat secara sederhana, yaitu dengan mericih atau membelah paring (bambu) menjadi dua bagian kemudian diambil bagian seratnya dan diricih menjadi sebilah lidi, selanjutnya dianyam secara tersusun.

Kabam atau tampirai Seluang digunakan dengan cara meletakkan umpan kemudian tutupnya diikat, selanjutnya ditambatkan pada tiang. Alat lain yang digunakan untuk menangkap ikan adalah alat penangkap udang atau perangkat hundang/udang, bentuknya memanjang dengan kedua bentuknya berbentuk kerucut, pada bagian tengahnya diberi lubang berbentuk segi empat. Alat penangkap ikan seluang yang lain adalah tanjuk, berbentuk setengah lingkaran.

Sebagai daerah yang dikelilingi oleh sungai, Kabupaten Barito Kuala juga memiliki daerah pembuat perahu tradisional, daerah tempat pembuatan perahu tradisional hingga kini yakni di daerah Alalak tepatnya di Pulau Sewangi. Mereka menangani semua tahapan pekerjaan, mulai mengetam hingga menambahkan sayap pada badan jukung. Jukung adalah perahu khas Kalimantan, terkhusus Kalimantan selatan. Pada provinsi “seribu sungai“ ini jukung sudah menjadi kendaraan rakyat.

Jukung memiliki ukuran sekitar enam meter dan lebar lebih dari satu meter terbuat dari sebatang pohon yang dilubangi bagian tengahnya. Perahu lainnya biasanya badan utamanya merupakan sambungan dari sejumlah papan. Selama ini pulau Sewangi di Kalsel identik dengan pembuatan jukung. Pembuatan jukung bagi warga pulau Sewangi merupakan pekerjaan atau mata pencaharian utama. Nama kalsel juga pernah diharumkan dengan Jukung buatan pulau Sewangi yang juga pernah di pamerkan di  Eropa. Jukung Pulau Sewangi dikenal murah dan handal, diakui oleh para nelayan di Kalimantan.

Melihat dari banyaknya manfaat serta dampak positif dari kebudayaan Barito kuala untuk warga masyarakat, wajib bagi kita anak muda penerus bangsa mengetahui serta menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan yang ada di setiap daerah kita. (DSA/IAN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *