free page hit counter

Belajar Komunikasi Supaya Sefrekuensi!

Dalam hidup kita semua pasti pernah tidak sependapat dengan orang lain, atau bahkan sampai terjadi cekcok. Perbedaan pendapat tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya perbedaan lingkungan pertemanan atau bahkan perbedaan pengalaman hidup, dan banyak lagi faktor yang lainnya. Ironisnya ada orang yang memiliki banyak perbedaan dengan orang disekelilingnya tetapi mereka masih respect satu sama lain. Namun ada yang nasibnya kurang beruntung karena perbedaan dia dan sekelilingnya, sehingga orang-orang tidak bisa respect terhadap dirinya bahkan sampai mengucilkannya dari pergaulan.

Fenomena ini bukan hal yang langka bahkan kita bisa menemukan ini di banyak lingkungan sekitar kita. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah kemampuan komunikasi yang masih rendah. Sekarang bagaimana caranya agar cara berkomunikasi kita dapat diterima orang banyak? Dalam buku “Made to Stick” karya Chip Health & Dan Heath, “Ide atau informasi yang bagus itu adalah yang bisa “stick” atau melekat di pikiran lawan bicara kita”. Agar informasi tersebut bisa stick di pikiran lawan bicara kita, caranya adalah dengan menggunakan metode S-U-C-C-E-S yaitu singkatan dari:

  1. Simplicity (Kesederhanaan)

Tidak semua orang yang kita temui memiliki referensi pengetahuan yang sama dengan kita sehingga kita tidak perlu menggunakan kosa kata yang terlalu rumit. Gunakanlah kosa kata yang sudah pasti dimengerti oleh orang-orang awam agar lawan bicara kita dapat memahami informasi kita secara menyeluruh. Hal tersebut bertujuan supaya kita tidak mengalami kesalah pahaman dalam berdiskusi.

 

  1. Unexpectedness (Tak terduga)

Sering kali pembicaraan kita tidak terlalu mendapatkan perhatian dari lawan bicara kita, mungkin saja hal itu terjadi karena topik itu tidak relate dengan lawan bicara kita. Sehingga kita harus update dengan tren-tren yang ada agar orang lain menjadi tertarik dengan pembahasan yang kita buat. Dan orang ga akan expect itu merupakan pembahasan yang berat jika kita kemas dengan bahasa gaul yang kerap digunakan sehari-hari.

 

  1. Concreateness (Kenyataan)

Agar orang lain mudah mengerti dengan hal-hal yang kita rasa kompleks, kita bisa menggunakan analogi untuk menyampaikan informasi tersebut. Dan ada baiknya kita harus pastikan analogi yang kita pakai merupakan pengetahuan yang umum atau pengetahuan itu dekat dengan kehidupan orang yang kita tuju

 

  1. Credibility (Terpercaya)

Siapa sih orang yang mau percaya begitu saja dengan seseorang yang informasinya masih diragukan? Ada baiknya ketika kita memberikan inofrmasi kepada seseorang, beritahukan juga sumber dimana kita mendapatkan informasi tersebut. Dengan begitu orang yang mendengarkan kita juga tidak ragu untuk memberikan feedback terhadap hal yang kita sampaikan.

 

  1. Emotion (Penjiwaan)

Secara naluriah, kita bisa membandingkan orang yang menyanyikan sebuah lagu dengan penjiwaan dan tanpa penjiwaan, tentu orang yang menjiawai lagu pembawaannya dalam bernyanyi tidak membuat orang bosan saat menontonnya. Begitu juga saat kita berkomunikasi dengan orang lain, cobalah untuk menghadirkan empati di dalam cerita yang kita bawakan, dengan begitu lawan bicara lebih tertarik untuk memberikan atensinya terhadap cerita yang sedang dibahas.

 

  1. Stories (Cerita)

Jika memungkinkan hadirkanlah sebuah cerita dalam topik pembicaraan, dengan harapan mungkin cerita yang kita hadirkan dapat menjadi inspirasi atau menghibur lawan bicara kita. Cobalah untuk menghadirkan sedikit lelucon dalam cerita tersebut agar pembicaraan terasa hangat, biar bagaimana pun senyum dan tawa dapat menghadirkan vibes positif dalam setiap pertemuan.

Itulah 6 metode komunikasi yang diharapkan dapat menjadi jawaban dalam kegagalan kita dalam menjalankan komunikasi terhadap orang-orang disekitar kita. Kegagalan dalam hidup merupakan hal yang wajar saat kita sedang berproses. Ada orang yang gagal berkomunikasi saat public speaking, ada yang gagal dalam membina hubungan bahkan ada orang yang gagal dalam pertemanan.

Belajar komunikasi sama seperti mempelajari cabang ilmu yang lain. Kita butuh banyak berlatih dan belajar, sesekali kita juga butuh evaluasi atau kritik dari orang sekitar, bahkan mungkin kita sesekali juga harus merasakan benturan kegagalan yang rasanya sakit. Namun dari ujian-ujian kehidupan itulah kita menjadi bertumbuh dan menjadi dewasa oleh kegagalan yang pernah menimpa kita. (AR/IAN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *