free page hit counter

BANJARMASIN PADA AWAL ABAD KE-20

Kalimantan erupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki banyak wilayah perkotaan yang terletak di sepanjang aliran sungai. Sungai Barito merupakan sungai utama yang berada di Kalimantan Selatan dan mempunyai cabang sungai, antara lain: sungai Martapura dan sungai Kween. Sungai-sungai yang berada di Kalimantan Selatan tersebut di bagian barat bermuara ke Laut Jawa, sedangkan di bagian timur bermuara ke Selat Makassar, membentuk jaringan pelayaran dan perdagangan antar daerah yang saling terintegrasi satu sama lain. Pelayaran dan perdagangan itu memerlukan tempat berlabuhnya kapal-kapal yang membawa barang dagangan untuk dipertukarkan dengan barang dan diperjualbelikan di wilayah yang disinggahi.

Banjarmasin merupakan salah satu kota tempat berlabuhnya kapal-kapal tersebut. Penyebutan awal dari nama Bandjarmasih karena ada seorang pembesar atau orang yang sangat berkuasa di Banjar yang bernama Patih Masih (J.J.Ras,1968: 398- 399). Sudah sejak lama Banjarmasin menjadi tempat bertemunya para pedagang dari wilayah pedalaman ke kota (dari hulu ke hilir) dan ke luar ke laut bebas (Singgih Tri Sulistyo, 2003: 68-69). Secara geografis Banjarmasin terletak di daerah aliran sungai Martapura.

Banjarmasin sebagai tempat pemerintahan sejak jaman kerajaan Banjar menjadi pintu utama pelayaran dan perdagangan di Kalimantan Selatan yang mempunyai infrastruktur cukup memadai. Infrastruktur itu berupa gudang-gudang penyimpanan barang, pelabuhan sungai yang layak disinggahi kapal-kapal besar, tempat singgah dan bermukim. Infrastruktur ini membuat Banjarmasin menjadi tempat yang mempunyai daya tarik bagi para pedagang dari berbagai suku bangsa untuk singgah dan bahkan menetap serta melakukan aktivitas ekonomi dan sosial. Para pedagang tersebut, antara lain dari suku bangsa Arab, Tionghoa, Melayu, Bugis, Madura, Bali dan Jawa (R. Broesma, 1927: 18-25). Kota yang berada di pinggir sungai ini menjadi pusat pemukiman orang Banjar sejak dahulu. Orang Banjar, mengklaim sebagai suku yang berasal dari perkawinan silang antara penduduk asli Jawa dan imigran asing (Goh Yoon Fong, 1969: 13).(ILA/IAN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *