free page hit counter

BAK MERPATI YANG TAK PERNAH INGKAR JANJI

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Kota Roma selain terkenal dengan sebutan kota abadi, juga dikategorikan sebagai salah satu kota romantis di Eropa. Karena terdapat banyak tempat wisata mulai dari Menara Pisa, Colosseum, Air Mancur Trevi, hingga bangunan bersejarah lainnya.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Hari-hari yang dilalui Diego, Yvonne, dan Arianna di kota Roma tentu memiliki kenangan tersendiri untuk mereka. Berbagai hal dalam putaran garis waktu telah mereka lalui di sana baik itu menyenangkan maupun menyedihkan. Tapi tentunya lebih banyak yang menyenangkan.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Kini perjalanan penuh kenangan manis tersebut harus berakhir dan mereka akan segera pulang, kembali ke mansion mereka sesungguhnya.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Lusa kita akan kembali ke rumah. Jadi rapikan barang-barang kalian ya.” ucap Diego dengan nada dingin.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Kita akan pulang pa? Secepat ini?” ucap Arianna dengan nada tak terima jika liburannya berakhir begitu saja.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Pepatah yang mengatakan bahwa sejauh apapun seseorang pergi, tetaplah tujuan akhirnya adalah selalu rumah ternyata benar. Sejauh apapun mereka sekeluarga pergi, tetaplah rumah selalu menjadi tujuan mereka dan akan selalu ada rasa ingin pulang meskipun begitu banyak kenyamanan yang ditawarkan di kota Roma, tetap saja tak mampu menyanyingi kenyamanan dan keindahan mansion yang mereka miliki.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Iya, papa mulai merindukan mansion kita. Cukup lama kita meninggalkannya.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Mansion kita akan tetap sama pa…tidak akan berpindah.” ucap Arianna yang terdengar sinis karena tidak setuju dengan keputusan papanya itu.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Sudahlah sayang, ikuti saja keinginan papamu. Lagipula dia sudah menepati janjinya bukan?” ucap Yvonne menengahi percakapan panas tersebut.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Yvonne paham betul dengan perkataan Diego. Apa yang Diego lakukan tidak lain adalah untuk Arianna sendiri yang merupakan putri kesayangannya. Namun, Diego tak bisa mengungkapkan sepenuhnya kepada Arianna.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Lama-lama, kehadiran Yvonne sebagai ibu dan istri pengganti untuk Arianna dan Diego seakan menjadi nyata. Ya sikap yang ditampilkan Yvonne bak sosok ibu sekaligus istri sesungguhnya. Entah dia sadari atau tidak, yang jelas posisi yang ditempati Yvonne sepertinya membuatnya begitu nyaman.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Mendengar keluh kesah Arianna yang menolak untuk pulang, membuat Diego memikirkan sesuatu hal agar putrinya tak bersikap seperti itu. Dan yang terpikir saat itu adalah berbelanja. Berbelanja berbagai macam barang mulai dari camilan hingga benda-benda unik lainnya yang merupakan khas dari kota Roma.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Tapi sebelum pulang, kita pergi berbelanja terlebih dahulu untuk oleh-oleh.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Benarkah? Aku boleh membeli barang apapun untuk ku bagikan pada teman-teman pa?” tanya Arianna dengan perasaan antusias dan gembira.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Tentu saja.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Rencana Diego kali ini sepertinya berhasil membuat Arianna senang dan melupakan rasa kekecewaannya sebelumnya ketika Diego mengumumkan kepulangan mereka dari kota Roma.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Meskipun sebenarnya pulang dari tempat berlibur merupakan hal yang biasa dan tak perlu ada perasaan sedih bahkan kesal. Karena liburan ke suatu tempat bisa dilakukan kembali apalagi untuk Diego itu bukanlah hal yang sulit. Akan tetapi, suasana sama yang tak akan dia dapatkan kembali membuat Arianna enggan beranjak pergi secepatnya dari kota itu.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Dan ajakan berbelanja menjadi senjata ampuh Diego kali ini untuk Arianna. Sebelum pulang dari liburan memang rasanya tidak afdol jika tak membawa atau membeli berbagai macam oleh-oleh khas kota Roma baik untuk sekadar kenang-kenangan maupun untuk dibagikan nantinya.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Hal tersebut sepertinya juga akan menjadi budaya yang wajib bagi keluarga Diego setiap perjalanan liburan berikutnya. Ya sebelum waktu kepulangan mereka tiba, tak masalah jika Diego mengajak Arianna dan Yvonne untuk berbelanja membeli beberapa barang untuk kenang-kenangan dan oleh-oleh atas perjalanan mereka kali ini di kota Roma yang terkenal dengan berbagai sebutan dan sejarahnya.

***

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Pagi-pagi sekali Diego membangunkan Arianna, mempersiapkan semuanya, mulai dari sarapan hingga dirinya yang telah berpakaian santai seperti seseorang yang tengah siap pergi ke suatu tempat.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Ayo Arianna bersiap kamu tidak lupa kan hari ini kita mau ke mana?” ajak Diego yang sejak pagi sekali tengah siap.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Tentu saja tidak pa…tapi apa tidak terlalu pagi?”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Tentu saja tidak karena kita akan mengunjungi beberapa tempat perbelanjaan terkenal yang ada di kota ini.” jawab Diego dengan begitu semangatnya.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Setelah semuanya siap, mereka pun meluncur menggunakan mobil BMW menuju tempat-tempat perbelanjaan yang ada di kota Roma. Mobil yang disewa Diego merupakan salah satu mobil terbaik diantara mobil lainnya. Mobil dengan merk tersebut memiliki elektronik yang modern sehingga mampu memberikan kenyamanan, keamanan, serta kestabilannya baik untuk pengemudi maupun penumpang.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Selain menawarkan keindahan alam beserta kebudayaannya, kota Roma juga menghidangkan berbagai kuliner spesialnya seperti pizza bahkan tempat-tempat belanjanya.Tetapi sebelum menuju tempat perbelanjaan, Diego memutuskan untuk melakukan wisata kuliner terlebih dahulu.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Sebelum berbelanja, kita mencicipi pizza dulu ya.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Boleh juga pa…Arianna setuju.” ucapnya dengan semangat.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Kalau soal makanan, pasti bersemangat.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Tentu saja pa…cacing-cacing diperutku ini sangat senang dengan makanan.” jawab Arianna dengan senyum penuh kebanggaan.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Kini mereka tengah berada di sebuah restoran pizza milik chef Gabriele Bonci yang bernama Pizzarium. Restoran ini menyajikan pizza terenak dengan kekhasannya tersendiri.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Ehm…enak sekali pizzanya.” ucap Arianna yang dengan lahapnya menyantap pizza.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Iya tekstur pizzanya sangat lembut.” tambah Yvonne.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Pizza con le Patate memang selalu menjadi menu utama yang direkomendasikan para kritikus makanan di kota itu. Selain karena rotinya dinilai sangat lembut karena menggunakan tepung Buratto yang berasal dari utara Italia, proses pemisahan dalam memasak roti dengan topping juga menjadi nilai plus dan ciri khas dari restoran ini. Topping yang baru ditambahkan sesuai dengan keinginan pengunjung serta disiapkannya topping yang khas di setiap musim membuat restoran ini tak pernah sepi pengunjung.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Setelah memuaskan perut mereka dengan pizza terenak, kini saatnya perjalanan berlanjut. Berkunjung ke tempat-tempat belanja di luar negeri merupakan salah satu hal yang juga menyenangkan dilakukan saat liburan di kota Roma yang juga terkenal sebagai salah satu pusat fashion di Eropa.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Kota Roma menawarkan berbagai tempat perbelanjaan yang bisa dijadikan sebagai referensi. Mulai dari tempat belanja favorit hingga harga yang ditawarkan begitu menarik.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Tempat-tempat belanja tersebut adalah Via Cola di Rienzo, Via Condotti dan Spanish Step, Porto Portese Flea Market, Eurroma dan Castel Romano, serta Via Del Corso.Tempat-tempat perbelanjaan tersebut memiliki ciri khas dan keistimewaan masing-masing yang tentunya membuat para pengunjungnya terpana.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Pa…aku ingin membeli ini yang banyak.” ucap Arianna sambil menunjukkan jarinya pada sebuah miniatur Colosseum.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Yang ini? Untuk apa Arianna?”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Untuk dipajang di kamarku pa…dan juga untuk ku bagikan pada teman-temanku di sekolah sebagai kenang-kenangan bahwa aku pernah ke sana. Bolehkan pa?”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Hanya anggukan tanda setuju yang dilakukan Diego. Ya sepertinya keputusan Diego mengajak Arianna berbelanja akan menguras cukup banyak uangnya.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Harga Miniatur Colosseum yang merupakan miniatur bangunan sisa reruntuhan amfiteater yang menjadi salah satu landmark dan karya terbaik dari arsitektur Romawi kota Roma tersebut ternyata tak sesuai dengan ukurannya. Miniatur dengan ukuran 5 inci tersebut memiliki harga sebesar Rp 203.970 dalam mata uang rupiah. Harga yang cukup fantastis.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Sama halnya dengan Arianna, Yvonne juga tertarik dengan barang-barang unik di sana. Yvonne sangat tertarik pada kerajinan marbel dan keramik khas di sana.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Diego…aku mau yang ini ya.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Yvonne menunjukkan sebuah hasil seni kerajinan batu marbel yang merupakan salah satu jenis oleh-oleh khas dari Roma serta sebuah bunga keramik yang indah.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Untuk apa?”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Kalau yang ini (menunjukkan batu marbel) untuk tetangga kita dan Fabian. Sedangkan yang ini (menunjukkan bunga keramik) untuk penghias ruang tamu di mansion. Bagaimana?”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Ya, terserah kamu saja Yvonne.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Sepertinya jiwa belanja Yvonne mulai meronta-ronta. Sekilas barang yang dibeli Yvonne memang tidaklah banyak. Namun, harganya cukup fantastis.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Untuk harga sebuah batu marbel, Diego harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 237.690 dan harga tersebut tidaklah pasti tergantung dengan jenis dan ukurannya dan kebetulan pilihan Yvonne kali ini memiliki harga di atas itu.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Sementara untuk biaya yang dikeluarkan untuk bunga keramik yang dikemas dengan sangat apik oleh kayu tersebut adalah Rp 4.250.000.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Tidak hanya Arianna, ternyata Yvonne juga menguras dompet Diego. Namun Diego tak ambil pusing, dirinya paham betul jika hal tersebut merupakan hal biasa ketika liburan. Dia menganggap semua itu sebagai hadiah untuk mereka yang sudah setia menemaninya selama ini.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Melihat dua perempuan itu asyik berbelanja, membuat Diego juga tak hanya diam dan bertindak sebagai penonton saja. Dia juga mulai berbelanja untuk dirinya sendiri dan beberapa klannya.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Diego tampak membeli beberapa Wine Tuscany. Wine Tuscany merupakan wine yang sangatlah mendunia karena kualitasnya. Wine yang terbuat dari anggur pilihan dan diolah dengan profesional ini merupakan minuman anggur yang luar biasa rasanya. Minuman tersebut dia beli dengan harga Rp 1.697.380.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Bukan hanya itu, Diego juga tampak mengambil beberapa kotak cokelat Italia untuk dirinya sendiri yang merupakan maniak cokelat. Cokelat dari Italia boleh jadi tak sepopuler cokelat Swiss dan Belgia, namun kelezatan yang ditawarkan cokelat yang terbuat dari 56% Dark Chocolate Bar dengan rasa manis tanpa asam serta bebas dari gluten membuat penikmatnya dijamin ketagihan.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Wah banyak sekali kamu beli cokelatnya.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Iya selain untukku, juga untuk Arianna, kamu, dan Fabian.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Tapi sampai sebanyak itu?” tanya Yvonne tak percaya bahwa Diego benar-benar maniak cokelat.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Cokelat yang dibeli Diego cukup menguras banyak dompetnya. Bagaimana tidak, 100 gram cokelat Italia yang dibelinya dibandrol dengan harga Rp 920.671. Sementara cokelat yang diambilnya mungkin lebih dari 1 kg.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Melihat hal tersebut membuat Arianna kini mulai merengek membeli ini itu bahkan untuk sesuatu yang bukan untuknya. Namun, yang membuat Yvonne sedikit kecewa, Diego terus saja menuruti kemauan Arianna berbanding terbalik dengan Yvonne yang tak menghiraukan permintaan Arianna.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Tampaknya prinsip Diego dalam mendidik Arianna mulai luntur meski Yvonne sebagai ibu pengganti mencoba mengingatkan kembali prinsip yang Diego dan Fionne tanamkan pada Arianna sejak dulu.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Berbagai macam oleh-oleh (barang dan makanan) sudah mereka beli, barang-barang mereka pun sudah terpacking dengan rapi. Saatnya mereka menuju bandara untuk segera pulang menuju mansion kediaman mereka di Vomero.

***

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Dering handphone  Diego berbunyi tepat saat mereka sampai di mansion Vomero. Nama Eston tertulis jelas dalam panggilan itu.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Iya yah…saya akan segera ke bandara.” ucap Diego dengan raut wajah panik.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Eston merupakan ayah mertua Diego atau lebih tepatnya ayah dari Fionne. Selain sebagai ayah mertua, Eston juga merupakan seorang mafia yang memimpin klan mereka.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Di satu sisi, Diego merasa sangat senang karena dia bisa bertemu kembali dengan ayah mertuanya itu. Namun, disisi lain dia juga khawatir keberadaan Yvonne sebagai pengganti Fionne akan terungkap.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Fabian, siapkan mobil! Kita akan ke bandara.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Siap bos.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Yvonne dan Arianna tampak bingung, mereka baru saja sampai di mansion yang merupakan alasan Diego untuk membawa mereka pulang. Tetapi belum satu jam, Diego mengajak Fabian untuk pergi ke bandara kembali.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Ada apa? Apa ada yang tertinggal?” tanya Yvonne

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Tidak. Hanya saja ayah Fionne yang merupakan mertuaku datang ke sini.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Apa? Lalu bagaimana dengan aku?” tanya Yvonne dengan nada khawatir.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Kamu tenang saja di rumah bersama Arianna. Biar aku yang mengurus semuanya.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Diego pun pergi bersama Fabian dengan membawa beberapa Wine Tuscany yang rencanya akan dia berkan untuk Eston, ayah mertuanya sebagai oleh-oleh dari Roma.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Selamat datang di Vomero.” ucap Diego sambil memeluk ayah mertuanya itu.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Ya sudah lama sekali kita tak bertemu.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Diego menjemput Eston tepat waktu. Mereka saling berpelukan sebagai salam pertemuan dua orang yang begitu lama tak bertemu. Tak banyak kata yang mereka ucapkan, Diego langsung mengajak Eston untuk ke mobilnya menuju mansion tempat tinggalnya di Vomero.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Dalam perjalanan, Diego menyerahkan oleh-oleh yang dia bawa dari Roma untuk Eston. Eston pun menerimanya dengan sangat senang.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“O ya, ini untukmu.” ucap Diego sambil menyerahkan sebuah kotak yang berisi Wine Tuscany.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Wow, kau dari Roma rupanya.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Ya, kuharap kau menyukainya ayah.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Tentu saja, Wine Tuscany adalah hadiah terbaik untukku.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Perbincangan mereka terus berlanjut dari hal yang umum hingga hal yang paling spesifik. Mulai dari soal bisnisnya di Bolivia hingga soal Matteo yang merupakan keponakan dan sekaligus saingan berat Diego dalam dunia mafia.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Jadi ayah ke Bolivia hanya untuk membeli sebuah lukisan curian?” tanya Diego penuh telisik.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Ya, aku berhasil mendapatkan lukisan itu dengan harga murah tanpa melalui proses lelang karena aku mengenal baik kuratornya.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Eston nampak bangga dengan keberhasilan dirinya yang mendapatkan lukisan yang berharga tersebut dengan harga yang murah. Namun, perbincangan selanjutnya membuat Diego sedikit kesal.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Tapi sebenarnya keberhasilan yang aku dapat takkan sempurna tanpa kerja bagus dari Matteo.”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Memangnya Matteo melakukan apa untukmu?”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Dia membantuku menyelundupkan lukisan itu ke Vomero dengan sangat sempurna.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Diego memang sudah menduga bahwa Eston memang sengaja mengajak Matteo ke Bolivia untuk menyelundupkan lukisan yang dia beli. Karena jika Eston sendiri yang membawanya, bisa-bisa dia diperiksa di bea cukai dan proses penyelundupan pun gagal. Tapi Diego tak bisa memberikan komentar lebih selain ikut memuji kerja Matteo.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Iya yah kerja Matteo memang selalu memuaskan.” ucap Diego ikut memuji meskipun dalam hatinya sedikit kesal.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Perbincangan tersebut pun berhenti seketika saat mobil mereka memasuki halaman mansion kediaman Diego di Vomero.(ZR/IAN)

***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *