BIPOLAR ATAU DEPRESI : APA PERBEDAANNYA?
OPINI – Menjaga kesehatan mental itu sangat penting, sobat damai. Karena semakin kita bisa menjaga kesehatan mental, di situ juga akan muncul kedamaian di hati sobat damai. Istilahnya ga sehat maka ga damai. Xixixi…
Dalam dunia psikologi, kita mengenal adanya bipolar dan depresi. Tahu, gak kalau keduanya ini berbeda?
Gangguan bipolar ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrem. Hal ini membuatnya sering disangka sebagai depresi. Lalu, apa bedanya?
Menurut dr. Andri, SpKJ dari RS OMNI Alam Sutera, gangguan bipolar dan depresi memang sama-sama membuat seseorang mengalami kesedihan ekstrem dan berlebih. Namun, ada perbedaan mendasar antara gangguan jiwa depresi dan gangguan. Yakni, pengidap gangguan bipolar pasti pernah mengalami fase manik. Dr. Andri, SpKJ mengatakan fase manik adalah saat seseorang merasakan bahagia yang berlebih.
“Jadi kalau fase manik itu, semakin lama bukan semakin sedih, tapi malah semakin luar biasa gembira dan terasa memiliki semuanya,” ungkapnya, dikutip dari kanal Youtube Andripsikosomatik, baru-baru ini.
“Kemudian juga ada beberapa kasus dengan menghambur-hamburkan uang dan membeli-beli barang yang nggak perlu,” sambungnya.
Sejumlah ciri lain bisa ditampilkan ketika mengalami fase manik, di antaranya:
- Energi tinggi Suasana hati meningkat
- Rasa harga diri meningkat
- Kurangnya tidur
- Berbicara lebih banyak dari biasanya
- Cepat marah
- Sulit konsentrasi
“Terkadang, teman-teman yang bipolar atau pasien, memiliki keinginan yang terlalu tinggi, atau memiliki kepercayaan yang luar biasa. Kemudian juga banyak di antara mereka yang mempunyai nafsu seksual yang tiba-tiba meningkat,” ungkapnya lagi.
Melansir dari Webmd, sekitar 6 juta orang dewasa di Amerika memiliki gangguan bipolar. Namun gangguan bipolar tersebut lebih jarang dibanding depresi, yang dialami sekitar 16 juta orang dewasa.
Ketika fase depresi, pasien gangguan bipolar merasa gelisah dan tidak berharga di mata orang lain.
Depresi juga menghilangkan minat seseorang yang biasa disukainya. Selain itu, depresi juga dikaitkan dengan masalah pola tidur, perubahan nafsu makan, dan sulit konsentrasi. Hal ini dapat menjadi penyebab risiko orang yang depresi memilih bunuh diri. Jika Anda pernah mengalami gejala-gejala di atas, baik itu rasa senang tingkat tinggi yang berbahaya ataupun kesedihan mendalam nan ekstrem, disarankan untuk segera mencari bantuan dari dokter jiwa. Hindari mendiagnosis diri sendiri tentang masalah kejiwaan ataupun gangguan jiwa yang Anda alami, demi mendapatkan pertolongan maksimal dari dokter. (Nov)
Sumber : Suara.com