free page hit counter

Tiga Aspek Literasi

Tahun 2005 buta huruf di Indonesia masih 10% hari ini orang buta huruf di Indonesia hanya 1,9%. Namun pada kenyataannya bisa baca tetapi tidak mengerti apa yang dibaca. Hal ini sebenarnya menjadi kritik untuk bidang pendidikaan, harus memastikan bahwa anak Indonesia setelah dia membaca, anak tersebut mampu menceritakan ulang apa yang ia baca, lalu mampu menuliskan apa yang dibaca. Kemudian mampu mengimplementasikan hasil bacaan. Oleh karena itu, literasi harus terdiri dari tiga aspek berikut.

  1. Enlightenment atau pencerahan merujuk pada proses di mana individu memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia di sekitar mereka. Dalam konteks literasi, ini mencakup:

Pemahaman Dasar: Individu belajar membaca dan menulis, serta memahami informasi dasar yang diperlukan untuk berfungsi dalam masyarakat.

Kesadaran Sosial: Melalui literasi, individu menjadi lebih sadar akan isu-isu sosial, budaya, dan politik yang mempengaruhi kehidupan mereka dan masyarakat.

Kritis terhadap Informasi: Pencerahan juga melibatkan kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi informasi, sehingga individu dapat membedakan antara fakta dan opini, serta mengenali bias dalam sumber informasi.

  1. Enrichment (Pengayaan)

Enrichment atau pengayaan adalah proses di mana individu memperluas pengetahuan dan keterampilan mereka melalui pengalaman dan pembelajaran yang lebih mendalam. Aspek ini mencakup:

 

Pengembangan Keterampilan: Individu tidak hanya belajar membaca dan menulis, tetapi juga mengembangkan keterampilan literasi yang lebih kompleks, seperti analisis teks, penulisan kreatif, dan komunikasi efektif.

Eksplorasi Beragam Sumber: Pengayaan melibatkan akses ke berbagai sumber informasi, termasuk buku, artikel, media digital, dan pengalaman langsung, yang dapat memperluas wawasan dan pengetahuan individu.

Kreativitas dan Inovasi: Melalui pengayaan, individu didorong untuk berpikir kreatif dan inovatif, baik dalam mengekspresikan ide maupun dalam memecahkan masalah.

  1. Empowerment (Pemberdayaan)

Empowerment atau pemberdayaan adalah proses di mana individu merasa memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mengambil tindakan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka peroleh. Aspek ini mencakup:

 

Kemandirian: Individu yang diberdayakan mampu mengambil keputusan yang informasional dan bertanggung jawab atas pilihan mereka sendiri.

Partisipasi Aktif: Pemberdayaan mendorong individu untuk terlibat dalam komunitas mereka, berpartisipasi dalam diskusi publik, dan menyuarakan pendapat mereka tentang isu-isu yang penting.

Perubahan Sosial: Melalui literasi yang memberdayakan, individu dapat menjadi agen perubahan dalam masyarakat, mempengaruhi kebijakan, dan berkontribusi pada perbaikan sosial.

 

Ketiga aspek literasi—enlightenment, enrichment, dan empowerment—saling terkait dan saling mendukung. Pencerahan memberikan dasar pengetahuan, pengayaan memperluas keterampilan dan pengalaman, dan pemberdayaan memungkinkan individu untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan tersebut untuk membuat perubahan positif dalam hidup mereka dan masyarakat. Dengan memahami dan mengintegrasikan ketiga aspek ini, kita dapat menciptakan individu yang tidak hanya terampil secara literasi, tetapi juga mampu berkontribusi secara aktif dan positif dalam masyarakat.

Literasi memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan di Indonesia. Dengan meningkatkan literasi, kita tidak hanya membantu siswa dalam prestasi akademik mereka, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi individu yang kritis, kreatif, dan mampu berkontribusi positif dalam masyarakat. Upaya untuk meningkatkan literasi harus menjadi prioritas dalam sistem pendidikan agar Indonesia dapat maju dan bersaing di tingkat global. (US/IAN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *