Hujan Bulan Juni
Sapardi Djoko Damono pernah menulis puisi seperti ini: Hujan Bulan Juni tak ada yang lebih
Sapardi Djoko Damono pernah menulis puisi seperti ini: Hujan Bulan Juni tak ada yang lebih
Dalam heningnya malam dan terbitnya mentari Pancasila berdiri kokoh sebagai pilar negeri ini Lima dasar
Langkah kaki yang melambat Memerangkap dalam kejadian setiap alur Melantunkan suara-suara berisik Menunda setiap mata
Di kelas yang penuh warna-warni ilmu, Guru berdiri, menginspirasi dengan cahaya di matanya. Ia bukan
Di lautan ilmu kita berlayar, Menembus gelombang yang ganas menghadang. Dengan pena dan buku kita
Di lorong-lorong ilmu, kaki ini melangkah Membuka masa depan, yang penuh cahaya gemilang Setiap jejak
Jika pendidikan bisa bicara Ia ingin berjalan kemana-mana Memasuki setiap sudut kota Merambah sampai ke
Orang pandai terlalu banyak berserakan Menjelajahi setiap wilayah dengan segala keangkuhan Menengadahkan wajah bahwa ialah
Semilir angin yang sejuk menyadarkan bahwa hari telah dilalui Semburat jingga telah terlihat menyilaukan Menyela
Hari silih berganti Tiap detik terasa memenuhi hawa diri Menjelma menjadi sosok kuat Menjelma menjadi