Pasar Tradisional Terbesar Part3
Perjalanan berlanjut mencari perlengkapan sekolah seperti tas, buku, pensil, dan lainnya. Dari jauh Sari sudah mengincar tas yang ia inginkan.
“Bu, kita ke toko yang itu ya, Sari pengen lihat tas yang itu.”
Tas yang diinginkan sari itu memiliki model sederhana dan berwarna biru sesuai dengan warna kesukaannya.
“Bu Sari mau yang ini ya, boleh?”
“Ini berapa mas harganya?”
“Seratus dua puluh ribu bu.”
“Bisa kurang mas? Jadi seratus ribu saja ya, gimana?”
“Ya sudah bu, ini tasnya.”
Setelah acara tawar-menawar antara ibu dengan penjual tas, si biru akhirnya menjadi milik Sari. Sari memang sudah lama ingin membeli tas baru tapi dia sadar akan keterbatasan dana yang dimiliki ayah dan ibunya. Karena keterbatasan dana itu pula Sari tidak membeli sepatu karena sepatu lamanya masih dalam kondisi bagus. Sari sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu, disaat semua teman-temannya memakai seragam, sepatu, dan tas baru setiap tahunnya, dia hanya memakai yang lama jika masih bisa digunakan kecuali sudah rusak baru Sari membelinya.
Setelah membeli seragam, tas, kaos kaki, dan juga peralatan tulis seperti buku dan lainnya, mereka mencari tempat makan untuk makan siang. Mereka makan di daerah pertokoan dekat pasar. Makan siang mereka di sana ditemani secangkir teh es manis dan sepiring nasi sop banjar yang masih mengepul asapnya, nasi sop banjar merupakan menu andalan dan khas kota Banjarmasin. Mereka juga dihibur oleh pengamen muda dengan lagu “Jangan Menyerah” dari D’Masive. Lagu tersebut terngiang begitu merdu penuh makna dari sang pengamen mengalir lembut seolah sang pengamen seperti bercerita tentang hidupnya yang tidak pernah menyerah setiap harinya.
“Ini mas ambil, suara mas bagus anak saya suka.”
“Terima kasih bu. Semoga ibu diberikan rezeki yang banyak.”
“Aamiin,” ucap ibu dalam hati.
Ya, ibu dan Sari memang senang memberi uang pada pengamen karena mereka berpikir, setidaknya pengamen ada usahanya, tidak hanya menengadah tangan saja untuk meminta-minta. Mereka menjual suaranya untuk menghasilkan uang dan tidak memaksa untuk diberi (sukarela). Selain itu, anggap saja hal itu merupakan sedekah yang tanpa kita sadari.