Pancasila, Solusi untuk Membawa Indonesia yang Damai
Keharmonisan dalam bernegara menjadi sebuah tugas dari setiap masyarakatnya untuk terus menjaganya. Hal tersebut nyatanya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Negara besar seperti Indonesia yang memiliki 17.504 pulau dan beragam suku, ras dan agama sering menyulutkan api konflik. Mari sedikit menengok ke beberapa tahun kebelakang, ada berapa konflik antar ras, suku, atau budaya yang pernah terjadi di Indonesia.
Konflik antar suku yang pernah terjadi tidak sedikit jumlahnya. Mengutip dari kompas.com, berdasarkan catatan Yayasan Denny JA jumlah kasus yang pernah terjadi yaitu sebanyak 2.398 kasus kekerasan dan diskriminasi selama 14 tahun setelah reformasi hingga tahun 2019. Latar belakang dari setiap kasus atau konflik yang pernah terjadi ini juga berbeda-beda. Jika diprosentasekan, 65 persen berlatar belakang agama, 20 persen kekerasan etnik, 15 persen kekerasan gender dan 5 persen sisanya adalah kekerasan seksual.
Salah satu konflik suku, ras dan agama (SARA) adalah konflik dengan masyarakat Papua. Akibatnya beberapa mahasiswa Papua melakukan eksodus dan pulang ke Papua. Dampak parahnya lagi, kerusuhan demi kerusuhan terjadi Papua. Seharusnya fenomena-fenomena seperti demikian tidak akan pernah terjadi jika setiap orang memiliki kesadaran tentang apa itu keberagaman.
Kemerdekaan Indonesia juga bisa diraih karena perjuangan dari seluruh elemen masyarakat Indonesia. Bukan salah satu etnis, suku, ras atau agama tertentu saja. Sehingga, atas dasar apa seseorang bisa melakukan ujaran kebencian, rasis, atau mendiskrimasi terhadap suku, ras dan agama lain. Indonesia memiliki dasar negara yang sudah utuh, yaitu Pancasila.
Pancasila merupakan landasan fundamental. Kandungan lima sila dengan maknanya masing-masing yang seharusnya bisa genggam oleh setiap warganya. Nyatanya, dasar-dasar negara tersebut masih belum dipahami secara utuh, yang mengakibatkan adanya sikap-sikap dismkriminatif.
Isu SARA memang sangat hangat sekali untuk diterus dipantik. Ditambah lagi ketika terdapat kepentingan politis dari salah satu golongan. Perbedaan antara manusia seharusnya bisa membuat masyarakat Indonesia lebih kuat, nyatanya justru sebaliknya. Masyarakat Indonesia justru lebih memilih mendewakan golongannya dan mendikriminasi golongan yang lain. Oleh karena itu, mari sekali lagi kita pahami makna setiap Sila Pancasila untuk bisa menghargai satu sama lain.
Pancasila adalah Satu
Pancasila dipahami dengan lima sila didalamnya. Namun, setiap sila yang terkadung tersebut memiliki kesinambungan satu sama lain. Mereka (Sila Pancasila) memiliki hubungan satu sama lain, sehingga tidak bisa dipahami secara terpisah.
Setiap manusia memiliki kepercayaannya masing-masing. Urusan kepercayaan adalah urusan personal atau pribadi yang tidak bisa dicampuri oleh orang lain. Seseroang tidak bisa menilai kepercayaannya sendirilah yang paling benar, karena sekali lagi urusan kepercayaan tidak bisa dinilai oleh orang lain. Sila pertama pada Pancasila seharusnya bisa dipahami seperti demikian. Jika memang sudah pahami dengan betul, seharusnya tidak ada lagi yang namanya penistaan agama, atau mendiskriminasi golongan dengan kepercayaan yang berbeda.
Salah satu kasus pendiskrimasian golongan kepercayaan lain terjadi pada para jamaah Ahmadiah dan Syiah. Mereka (Jamaah Ahmadia dan Syiah) dituduh sebagai penyebar ajaran sesat. Mereka dipaksa untuk pergi dari tempat tinggal selama bertahun-tahun. Atas fenomena ini, tokoh plurasisme Indonesia, Buya Syafii menilai perbuatan seperti demikian adalah perbuatan yang antikemanusiaan, dengan alasan sepeti apapun orang tidak boleh teraniaya seperti demikian.
Sila pertama yang berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa seharusnya sudah cukup untuk membawa perdamaian antar umat beragama di Indonesia. Tidak ada yang bisa menilai sebuah kepercayaan itu sesat hanya karena tidak sama dengan seperti yang anutnya. Pahami bahwa perbedaan tersebut adalah kekayaan yang dimiliki Indonesia. Menghargai dan toleransi merupakan salah satu kunci utama untuk bisa menghilangkan sikap-sikap diskriminatif.
Selain itu, pada Sila Kedua Pancasila yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradap. Dari kasus SARA yang pernah terjadi, kita bisa menilainya disana bahwa asas dari sila kedua ini masih belum seluruhnya dipahami. Masih banyak orang, tapi tidak dengan kemanusiaan. Mari kita lihat, dimana sisi kemanusiaan pada kasus yang menimpa para Jamaah Ahmadiyah dan Syiah. Mereka terusir dari tempat tinggalnya, mengungsi bertahun-tahun dan tinggal ditempat-tempat yang tidak layak. Namun, masih bersyukur, masih terdapat orang-orang yang menghargai manusia lainnya.
Kesadaran akan makna Pancasila memang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Sila-sila tersebut bukan sebuah hafalan belaka, yang biasaya diajarkan pada saat masih sekolah dasar. Namun, pendalaman maknanya yang seharusnya diimplementasikan. Setiap orang mungkin hafal dengan sila-sila Pancasila, namun bagaimana dengan pemahaman maknanya.
Perpecahan yang terjadi seperti kasus pendiskriminasian masyarakat Papua yang akhirnya membuat mereka melakukan Gerakan Papua Merdeka. Pasti terdapat sulutan atau pantikan yang terjadi sebelumnya, sehingga mengakibatkan adanya konflik. Sila Persatuan Indonesia seharusnya bisa membawa perdamian dan tidak ada lagi perselisihan antar suku, ras atau pun agama.
Pemerintah juga memiliki peran penting untuk bisa meredam semua permasalahan yang terjadi. Bukan pembiaran atau membuat sebuah kebijakan yang justru membuat keadaan semakin memanas. Seperti pada kasus yang terjadi di Papua baru-baru ini. Keputusan pemerintah membatasi akses internet di Papua adalah sebuah keputusan yang dinilai salah. Mungkin tujuannya bagus jika untuk memfilter persebaran berita hoax, namun bagaimana dengan akses para jurnalis disana yang harus memberikan gambaran sebenarnya yang terjadi.
Sila keempat berbunyi Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Dari butir sila keempat ini, pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus berdasarkan musyawarah. Tidak ada sebuah keputusan yang bisa diambil secara sewenang-wenang. Oleh karena itu, dengan memahami sila-sila yang lain, setiap kebijakan yang diambil tujuannya adalah untuk membawa masyarakat Indonesia yang lebih baik, yang adil dan menjunjung tinggi kemanusiaan.
Hal itu juga menyambung pada sila ke lima, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sehingga, pada implementasinya di masyarakat, tidak ada lagi kesenjangan yang membuat selisihan antar golongan. Mulai dari hukum yang tegakkan, kebijakan yang dibuat semua adalah untuk kepentingan rakyat. Sebagaimana dengan sistem demokrasi yang dianut negara ini.
Rawat Keberagaman dan Bangun Indonesia menjadi Lebih Baik
Dari kesemua sila dalam Pancasila dapat dilihat bahwa masing-masing sila tersebut saling berhubungan. Pemahaman Pancasila secara utuh dari masyarakat dan pemerintah akan membuat negara ini berjalan sesuai dengan arahnya.
Perselisihan atau konflik SARA yang pernah terjadi atau yang sedang terjadi bisa diselesaikan dengan jiwa yang Pancasilais. Memahami bahwa Pancasila adalah pedoman dalam hidup, dan landasan dalam bernegara. Indonesia bukanlah negara hanya milik satu golongan saja, melainkan milik seluruh masyarakat Indonesia.
Pergeseran jaman yang begitu pesat, seharusnya sudah bukan waktunya lagi untuk berselisih. Konflik horizontal yang terjadi dimasyarakat seharunya sudah diubah menajdi suatu keharmonisan untuk membangun Indonesia yang baik. Kemajuan jaman, teknologi yang berkembang pesat, menjadi sebuah media untuk bisa membangun sebuah negara yang utuh.
Perdamaian akan diraih jika setiap orang sudah menamkan rasa toleransi dan saling menghormati satu sama lain. Membangun negara yang begitu kaya tentunya akan lebih baik dilakukan secara bersama, tanpa memandang ras, suku, atau agama. Keberagaman yang dimiliki Indonesia adalah kekayaan yang harus terus dirawat.
Redaksi Duta Damai Kalsel