free page hit counter

Solusi Atas Pemerataan Pendidikan ke Wilayah Terpencil

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Sudah 20 tahun sejak Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SIDIKNAS) dipakai di negeri ini. Masalah pendidikan masihlah pula belum teratasi juga, bahkan seiring waktu memunculkan masalah baru yang sangat berbeda dengan kurun waktu 20 tahun terakhir. Hal ini bukan berarti menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya atas munculnya permasalahan baru tesebut. Melainkan semua itu memang sudah semestinya ada dan menjadi perbaikan bersama yang terus diupayakan secara berkelanjutan.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Salah satu masalah pendidikan di Indonesia ialah pemerataan kualitas pendidikan sampai ke daerah pelosok dan terpencil negeri ini. Ada banyak faktor yang menyebabkan terhambatnya proses pemerataan pendidikan, diantaranya kemiskinan ekstrem, kurangnya dukungan keluarga, metode yang tidak sesuai muatan lokal, faktor geografis, keterbatasan akses infrstuktur, dan kurangnya keberpihakan pada guru. Untuk mengatasi hal ini, solusi yang dapat diupayakan yaitu metode 3 tungku 2 peran.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎John Rahail, seorang dosen di Universitas Cendrawasih, Papua, memperkenalkan konsep kolaborasi 3 tungku (pemerintah, tokoh adat, dan tokoh agamar) 2 peran (tokoh perempuan dan pemuda) untuk membangun infrastruktur sekolah kampung di daerah terpencil. Upaya ini ternyata membuahkan hasil yang cukup bagus, karena pemerintah dapat melakukan pengawasan atas motivasi siswa melalui tokoh adat dan tokoh agama. Sementar itu, peran tokoh perempuan dan pemuda memiliki tugas untuk menjembatani sosialisasi program tersebut. [RON/IAN]

 

Referensi :

https://theconversation.com/solusi-bangun-pendidikan-di-wilayah-terpencil-menurut-riset-211464

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *