SANG PENJINAK 2
Anak-anak kelas IIB semakin antusias mendengarkan ceritaku. Riuh kelas bertanya-tanya apa yang akan selanjutnya terjadi pada Sang Penjinak makhluk gaib.
Aku memantik mereka. “Mau lanjut ceritanya?”
Serentak mereka menajwab “Mauuuu…”
“Kalau mau lanjut mendengar cerita dari bapak, semua orang harus menulis ini satu paragrapf ini dulu, setuju?” Kataku pada mereka.
“Setujuu…”
Aku pun mulai menuliskan materi pelajara di papan tulis. Mereka mulai menulis, Azka si kecil juga ikut menulis dengan perlahan.
“Sudah selesai menulisnya? Yang sudah selesai coba angkat tangan! Bapak cek sambil jalan ya. Kalau sudah selesai semua baru kita lanjut ceritanya.”
Tak lama kelas mulai ribut, itu tandanya banyak dari mereka sudah selesai menulis. Aku mulai bercerita kembali.
Goorah dan Sang Penjinak menyusuri dalam gua dengan sangat-sangat cepat. Sampai mereka menemukan sebuah pintu besar bercahaya, penuh dengan gembok. Sang Penjinak turun dari badan Goorah dan Goorah kembali menjadi cicin.
Sang Penjinak melepaskan cincin pada jari kelingking. Lalu cincin itu berubah menjadi ranting hidup berwarna coklat dan berbadan kecil. Makhluk ini mempunyai kemampuan untuk membuka segala kunci. Pintu besar berhasil terbuka.
Terlihat satu sosok duduk bersila ditengah ruangan dengan penuh wibawa. Cahaya dari satu celah goa penjara rahasia menerangi beliau. Sang Penjinak memasuki ruangan.
“Asalamualaikum, Putra Sang Pajar.” Ucapa Sang Penjinak.
“Waalikumsalam” Jawab Presiden Soekarno dengan mengokkan wajah.
“Izinkan hamba membawa Tuan keluar dari tempat ini.”
Presiden Sorekarno hanya menganggukkan kepala.
Cincin keempat dilepaskan dari jari jempol. Makhluk berbadan besar seperti gajah muncul jelmaan dari cincin…
“tringgg…” Bel tanda berakhirnya pembelajaran telah berbunyi.
“yahhh…” suara kekecewaan serentak terdengar dari kelas IIB
Aku menghentikan ceritaku dan menutup pembelajaran dengan terburu-buru. Nampak raut kekecewaaan terlihat pada wajah mereka.
“Sekian dari bapak. Semoga lain waktu kita akan bertemu dengan suasanan yang lebih menyenangkan dan dengan lanjutan cerita yang lebih menarik. Cuci tangan sampai bersih, cukup sekian dan terima kasih…”
“BERSAMBUNG”
(DIL/RON)