Pendidikan yang Tinggi Belum Tentu Menghasilkan Orang yang Terdidik
Tagline pendidikan tak menjamin terdidik kini begitu merebak. Karena pada kenyataan di lapangan, banyak sekali orang-orang dengan pendidikan cemerlang memiliki karakter yang minus sangat. Hal tersebut terbukti pada munculnya berbagai tindak kriminal yang pelakunya orang-orang terdidik, seperti kasus korupsi, narkoba, pembunuhan, pelecehan, dan lain sebagainya. Seolah dunia pendidikan digunakan orang-orang tersebut untuk mengembangkan pemikiran mereka dalam mengemas kejahatan dengan lebih berkelas atau elegan. Seperti koruptor, apa yang mereka lakukan sama halnya dengan maling lakukan. Bedanya hanya pada besaran uang yang diambilnya. Jika maling memakai pakaian gelap sederhana dan tak berani menghadapi target, berbeda dengan koruptor yang dengan bangga memakai dasi serta dengan terang-terangan berhadapan dengan target.
Pendidikan di Indonesia seolah belum cukup mampu untuk mengubah perilaku seseorang bahkan dalam waktu beberapa tahun tersebut. Perlu diakui, Sebagian besar sekolah hingga perguruan tinggi di Indonesia memang berhasil membentuk orang-orang hebat, pintar, dan cerdas, tetapi tidak menjamin mereka semua orang-orang terdidik. Banyak dari orang-orang hebat itu menghabiskan hidupnya dalam jeruji besi. Sistem pendidikan Indonesia seolah hanya berfokus bagaiman membentuk generasi pandai dalam keilmuan saja tanpa memikirkan bagaimana adab serta akhlak mereka.
Hal tersebut merupakan pengingat agar Indonesia segera merevisi sistem pendidikannya. Sistem pendidikan yang awalnya hanya berfokus pada hasil tanpa memerdulikan proses, seharunya diubah menjadi sebaliknya. Karena jika pendidikan hanya berfokus pada hasil, maka orang-orang akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hasil terbaik tanpa peduli cara itu benar atau tidak. Dan hasil dari sistem pendidikan seperti itu adalah orang-orang pintar yang mampu berbuat apa saja asalkan keinginan atau tujuannya tercapai. Padahal belajar sendiri merupakan suatu proses yang tidak hanya mengubah pola pikir seseorang melainkan juga perilakunya. Selama sistem itu tidak berubah, Indonesia tentu tidak akan bebas dari korupsi.
Selain itu, peran orang tua juga sangatlah penting dalam pendidikan yang merupakan madrasah utama. Karena pada dasarnya pendidikan itu dimulai dari sejak dalam kandungan yang tentunya sangat dipengaruhi oleh kedua orang tuanya. Jangan pernah berpikir jika anak sudah mulai sekolah, maka tanggung jawab pendidikan telah beralih pada guru. Bukan, peran guru di sini hanyalah sebagai partner orang tua dalam pendidikan. Kunci utama pendidikan itu sendiri tetaplah pada orang tua. Pemikiran itulah yang paling utama ditanamkan pada orang tua masa kini. Karena orang tua masa kini lebih mengutamakan pekerjaan guna memenuhi kebutuhan materi anak lupa bahwa suksesnya pendidikan seorang anak bukan hanya ditunjang oleh materi melainkan juga moril berupa perhatian. Karena sejatinya sekolah bukan hanya sebagai bangunan tempat menimba ilmu saja melainkan bagaimana ilmu tersebut dapat diaplikasikan untuk berbagai kebaikan dalam kehidupan. (ZR/IAN)