MENYAMPAIKAN PERDAMAIAN DENGAN PANTUN BANJAR
Pantun Banjar adalah pantun yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar. Sama halnya dengan pantun pada umumnya, pantun banjar merupakan karya seni tulisan dan lisan yang disusun dengan seperangkat prosa kata – kata sehingga menjadi kesatuan yang menjadi sebuah pantun. Pada masa-masa Kerajaan Banjar masih berdiri (1526-1860), pantun tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan bagi rakyat semata, tetapi juga difungsikan sebagai sarana retorika yang sangat fungsional, sehingga para tokoh pimpinan masyarakat formal dan informal harus mempelajari dan menguasainya dengan baik, yakni piawai dalam mengolah kosa-katanya dan piawai pula dalam membacakannya.
Selain itu, di setiap desa juga harus ada orang-orang yang secara khusus menekuni karier sebagai tukang olah dan tukang baca pantun (bahasa Banjar Pamantunan). Kemampuan atas seorang Pamantunan yang handal dilakukan langsung di depan khalayak ramai dalam ajang adu pantun atau saling bertukar pantun yang dalam bahasa Banjar disebut Baturai Pantun. Para Pamantunan tidak boleh tampil sembarangan, karena yang dipertaruhkan dalam ajang Baturai Pantun ini tidak hanya kehormatan pribadinya semata, tetapi juga kehormatan warga desa yang diwakilinya. Pantun Banjar menjadi sarana dalam menyampaikan nilai – nilai ajaran norma, tata karma, sosial, hingga sebagai hiburan yang dapat disaksikan oleh rakyat.
Contoh pantun Banjar :
Jangan talalu bajalan ka hilir
Kalu pina batis tadingsir
Jangan talalu banyak bapandir
Kalu urang lain kawa tasindir
Arinya hujan bakayuh jukung
Jukung takait di pohon para
Jangan supan jangan tanggung
Amun kita handak mambangun nagara
Burung pipit tarabangnya tinggi
Tarabang tinggi tehantup galam
Wahai pemuda wan pemudi
Ayo kita mambangun nagari siang dan malam (RA/IAN)