Bahasa Indonesia Menyatukan Perbedaan
Rina, seorang murid sekolah dasar yang berasal dari Bandung baru saja pindah sekolah ke sekolah dasar negeri yang berada di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Setelah memperkenalkan diri, guru tersebut mempersilakan Rina duduk dibangku urutan ketiga yang kosong.
Bel sekolah berbunyi, pertanda istirahat pertama dimulai…
“Halo!” sapa seseorang kepada rina yang masih duduk dibangkunya
“Hai!” Rina membalas sapaan tersebut.
“Nama ulun Tina, ayo kita ke kantin bareng” ajak Tina sambil menggandeng tangan Rina
Rina hanya tersenyum dan mengikuti langkah Tina. Sesampainya di kantin Tina mendengus kesal
“Duh acil sempol kada bejualan, nukar jajan apa ya?” tanya Tina sambil menggerutu.
“Maaf Tin, aku gak ngerti kamu ngomong apa, bisa bahasa indonesia?” pinta Rina.
“oh iya lupa kamu belum bisa bahasa banjar. Ini lho bibi yang jual sempol langgananku gak jualan, jadi kamu mau jajan apa?” tanya Tina balik
“Aku ngikut kamu ajadeh”
Mendengar hal itu, Tina mengajak Rina untuk membeli ice cream saja dikoperasi.
Sesampainya dikoperasi Rina dan Tina membeli ice cream dan beberapa makanan ringan, kemudian kembali ke kelas.
Suasana kelas saat ini sudah mulai penuh karena anak kelas dua sd sudah kembali ke kelasnya. Di dalam kelas, Rina dikerumungi beberapa teman lainnya yang ingin berteman juga kepada Rina.
Usai teman-temannya memperkenalkan diri satu-satu, salah satu teman Rina bertanya kepadanya.
“Kamu tahu sempol kah?” tanyanya
“Iya, aku tahu ko jajanan sempol” jawab Rina
“Kenapa gak jajan itu? Padahal itu jajanan kesukaan anak-anak sekolah sini tahu”
“Tadi Tina udah ngajak mau jajan itu tapi tutup” jelas Rina.
“oooh”
Setelah mendengar percakapan tersebut, Tina ikut andil dalam percakapan tersebut.
“Acilnya garing jer” ucap Tina kepada teman kelas tersebut.
“Garing apa acilnya”
“Kada tahu jua nda”
Mendengar percakapan tersebut, Rina ikut nimbrung kedalam percakapan tersebut karena mendengar kata “garing” yang tidak asing dalam bahasa sunda.
“Garing?’ tanya Rina.
“iya” ujar mereka serentak.
“Garing bukannya kering ya, ko bisa sampai gak jualan. Gak ada air?” tanya Rina lagi.
Mendengar pernyataan Rina membuat Tina melongo, karena garing yang selama ini dia tahu artinya sakit.
“Bukan, garing itu artinya sakit sejak kapan garing artinya kering” balas Tina.
“Garing itu kering, masa jadi sakit sih aneh banget”
“Kamu yang aneh, jelas-jelas garing itu sakit mana ada garing artinya kering”
Perseteruan itu berlanjut hingga Ibu Mila wali kelas dua sd tersebut masuk ke kelas. Mendengar keributan tersebut Ibu Mila memisahkan kedua muridnya tersebut.
“Rina, Tina ada apa ini ribut-ribut?” tanya Ibu Mila dengan lembut.
“Ini bu Rina aneh banget masa garing itu artinya kering jelas-jelas garingkan artinya sakit, iya kan bu” protes Tina.
“Sejak kapan bu garing artinya sakit arti garing kan kering bu” ujar Rina tak kalah protes.
Mendengar protes keduanya membuat Ibu Mila tersenyum. Lalu, Ibu Mila menjelaskan bahwa garing dalam bahasa banjar artinya memang sakit, sedangkan garing dalam bahasa sunda artinya memang kering. Jadi, keduanya tidak salah, namun Ibu Mila mengingatkan kepada murid-muridnya bahwa Indonesia memiliki banyak suku dan bahasa yang beragam untuk mempersatukan tersebut maka komunikasi antar suku dapat menggunakan bahasa Indonesia agar tidak terjadi persekutuan yang terjadi seperti Tina dan Rina, sehingga kita bisa hidup damai dengan saling berkomunikasi menggunakan bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia. (AJP/IAN)