TaHuRa (Tawa Hura Bersama) Part VI
Jurit malam adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh para peserta camping, gunanya untuk melatih kepemimpinan, mengasah keberanian, dan memecahkan masalah dalam waktu yang singkat juga kerja sama. Dalam aktivitas ini biasanya juga ditambahkan gimmick hantu bohong-bohongan, agar kegiatan tersebut jadi lebih seru dan menjadi moment yang tak terlupakan.
“Sar, pelan-pelan saja ya jalannya, soalnya gelap banget nih”.
“Iya Yun, ingat ya jangan pernah lepaskan pegangan kalian.”
Malam itu, tidak semua kelompok berhasil hingga pos terakhir, ada yang baru sampai di pos pertama, disuruh kembali karena tidak mampu menjawab maksud dari pesan yang dibawa. Ada juga yang belum sampai di pos pertama, sudah kembali karena ketakutan melihat hantu bohong-bohongan yang dilakukan oleh salah satu anggota pengurus OSIS. Berbagai macam kejadian telah mereka temui dan lalui. Kejadian yang benar-benar membentuk mental dan karakter mereka agar menjadi seseorang yang kuat namun tidak egois.
‘’Selamat datang di pos pertama, tolong perlihatkan pesan yang kalian bawa!” Ucap penjaga pos yang merupakan anggota pengurus OSIS.
(Sambil menyerahkan sepucuk surat) “Ini kak,” balas Sari.
“Kepala ku berwarna merah dan aku jalannya mundur, apa maksud pesannya?’’
Sari pun mendiskusikannya dengan teman-temannya yang lain hingga mendapatkan sebuah jawaban. Sari sudah menunjukkan sikap kepemimpinannya, dimana sebagai ketua kelompok, dia tidak ingin egois dan diktator meskipun dia tahu jawabannya, dia tetap harus mendengarkan pendapat anggotanya yang lain. Jawabannya pun mereka dapatkan, jawaban hasil diskusi kecil.
“Berdasarkan hasil diskusi kami, jawabannya obat nyamuk kak.”
Tanpa kalimat panjang lebar lagi, mereka diberikan pesan berikutnya untuk disampaikan ke pos dua yang artinya jawaban kelompok mereka benar. Permainan terus berlanjut hingga Sari dan kelompoknya berhasil kembali ke tempat semula dan mereka menjadi pemenangnya. Berbeda halnya dengan kelompok Agam dan Rani, mereka hanya mampu berada di pos kedua saja, setelahnya mereka harus kembali karena Rani ketakutan ketika bertemu hantu bohong-bohongan. Agam sebagai ketua mengambil keputusan bahwa mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan karena Rani lari begitu jauh dari kelompoknya. Bagi Agam, lebih baik gagal dalam kegiatan tersebut daripada gagal menjaga anggota kelompoknya. Sebuah prinsip yang menunjukkan seorang pemimpin sejati.