free page hit counter

Indonesia Merdeka,Indonesia Emas atau Cemas?

Part 2

 

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Pandangannya lurus kedepan, tidak ada hal yang lebih menarik dari segerombolan anak yang sedang duduk di depan perpustakaan kampus dengan masing-masingnya memegang gadget. Tidak ada yang lebih istimewa dari seorang anak yang terabaikan di pojok ruang perpustakaan dengan sebuah buku yang ada di pelukannya dan beberapa orang yang ada di depannya.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Perundungan, huh?” tanya Rafa sembari berlalu menuju ruang kelasnya.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Ia peduli, namun terlalu malas untuk ikut serta dalam beberapa interaksi sosial yang menurutnya sangat tidak menyenangkan. Berkumpul dan tertawa bersama namun masih fokus dengan gadgetnya masing-masing. Mereka hanya berkumpul raganya saja namun tidak untuk jiwanya.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Apakah kamu sedang memperhatikan itu?” tunjuk Satria kepada segerombolan anak yang sedang merundung salah satu temannya.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Apakah telihat begitu jelas? tanya Rafa.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Tentu saja, matamu terlalu jelas jika menatap sesuatu.” Jawab Satria.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Rafa tidak menjawab apapun, ia hanya berdehem sebentar lalu pergi meninggalkan semua hal yang sempat mengganggu pikirannya. Memasuki kelas dan menjadikan buku sebuah pelampiasan untuk menghilangkan segala pikiran yang bersarang di kepalanya.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Kenapa menjauh? Tidak suka melihat hal tersebut? Tanya Satria berturut-turut.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Aku hanya bingung saja, jika aku ikut campur maka aku akan dianggap pahlawan kesiangan. Namun, jika tidak maka aku merasa sangat tidak nyaman.” Jawab Rafa jujur.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Mereka terdiam sejenak setelah beberapa kata yang dilontarkan oleh Rafa. Tidak ada yang salah mengingat segala sesuatunya dapat terjadi.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Kamu tidak salah, yang salah adalah mereka. Itukan yang kamu pikirkan?”

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Rafa mengangguk sebagai jawaban. Namun kemudian ia menggeleng untuk memperbaharui jawabannya.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Tidak, tidak. Mereka salah. Aku juga salah.” Jawabnya ragu dengan suara yang memelan.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Ya, kamu memang salah. Lalu, bagaimana yang benarnya?” tanya Raka yang tiba-tiba datang dan duduk disampingnya.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Yang benar itu adalah kamu berjalan kesana, kemudian lerai perundungan tersebut. Bukannya berdiam saja dan menunggu orang lain yang membantunya.” Jawab Satria yang kemudian menarik tangan Rafa dan membawanya ketempat kejadian tadi.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Rafa berjalan perlahan secara ragu, namun kemudian ia berjalan dengan langkah pasti. Terlihat dari kejauhan bahwa Rafa melerai perundungan yang dilakukan oleh teman-teman kampus mereka juga.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Dia hanya terlalu takut untuk mengambil langkah tegas, untuk dapat membuatnya bergerak adalah dengan meyakinkan keputusannya bahwa tindakan itu benar” Ucap Raka.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎“Ya, kamu benar. Kita hanya memerlukan orang yang berani sepertinya untuk menjadikan generasi selanjutnya terasa lebih damai. Negara kita memerlukan aksi nyata, bukan eksistensi dunia maya semata.” Sambung Satria.

 

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Semua hal memang memerlukan aksi nyata tanpa harus menunggu hal buruk terjadi, namun semua tidak akan selesai jika hanya dipikirkan tanpa ada tindakan pasti. Mungkin hal kecil yang kita lakukan untuk melerai perundungan tidak ada artinya bagi kita, namun tidak ada yang tahu jika suatu saat nanti, aksi kecil kita mampu membuat banyak perubahan bagi orang lain.

‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎ ‎Negeri kita bukan hanya memerlukan orang-orang cerdas secara intelektual, namun juga cerdas secara emosional dan spiritual agar ditahun kejayaan 100 tahun kemerdekaan, Indonesia bukan berubah menjadi Indonesia Cemas melainkan Indonesia Emas. (Zu/RON)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *