free page hit counter

“JANGAN MAKAN KLEPON” ?

OPINI – Hm, sudah mikir yang bukan-bukan ya, pas lihat judul di atas? Dont negative thinking dulu, ya.

Fenomena yang terjadi tentang makanan klepon yang tiba-tiba diharamkan dan dianggap tidak islami beberapa bulan lalu menyebar di media sosial. Bahkan topik ini sempat menjadi trending di platform Twitter. Sayangnya tidak terdapat acuan atau dasar dalam isu ini.

Belum lagi hal ini terjadi di tengah pandemic covid-19, isu yang menyebar menimbulkan narasi, misalnya “Kue klepon tidak Islami. Yuk tinggalkan jajanan yang tidak Islami dengan cara membeli jajanan Islami, aneka kurma yang tersedia di toko syariah kami…”. Klaim yang seperti ini sebenarnya tidak memiliki dasar yang kuat. Kue klepon ini dinilai tidak islami hanya karena karena visual warna hijau ditaburi dengan parutan kelapa membuat yang mirip dengan pohon cemara dan salju.

Terlepas dari hal tersebut, klepon sebenarnya merupakan jajanan favorit masyarakat Indonesia. Hampir semua orang di Tanah Air mengetahui makanan ini. Bentuknya bola, teksturnya lembut dan kenyal, biasanya disajikan dengan parutan kelapa.

Saat makanan berwarna hijau ini digigit, dari dalamnya akan keluarga cairan terbuat dari gula merah atau gula aren. Penyajian dari klepon juga khas. Biasanya, makanan disajikan dalam wadah terbuat dari daun pisang. Namun kini, ada juga klepon yang disajikan dalam wadah plastik.

Tak hanya tersedia di pasar, penjual kue keliling juga kerap menjajakan klepon. Tribunnewswiki.com mengutip dari laman SariHusada.co.id, menulis, klepon sudah ada sejak lama. Makanan ini telah ada sejak 1950-an. Kala itu, klepon disajikan juga di restoran-restoran di Indonesia, Belanda, hingga Cina. Meski begitu, belum diketahui dari mana klepon ini berasal. Pun begitu dengan asal-usul sebutannya, mengapa bisa dinamai klepon. Namun, itu semua adalah hal yang berlebihan jika kita dengan mudahnya mengharamkan makanan tradisional yang sudah lama kita makan apalagi sebenarnya makanan ini jelas terbuat dari bahan yang halal, yang artinya makanan inipun halal.

Hal ini harus menyadarkan kita jika hoax bisa tersebar dimana saja, termasuk pada aspek kearifan lokal kita sendiri, yakni klepon. Pada akhirnya kita harus selalu berhati-hati dan tidak ikut menyebarkan berita yang jelas tidak bersumber tersebut. (Chr/Nov)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *